Part 31

92 20 1
                                        

“Allah selalu memberikan yang terindah, meski dibalut air mata. Allah selalu memberikan yang terbaik, meski diselimuti rasa sakit. Allah tak pernah kurang memberi, hanya saja kita tak pernah peduli. Semoga Allah mengampuni.”

(Syarifah Fatima Munzir Al-Musawa)


Happy Reading😇

Aku terduduk lemas di bawah lantai air mata yang sejak tadi ingin ku tahan untuk tidak keluar, sepertinya dia menginginkan keluar supaya rasa sakit ini tidak selalu di pendam saja tapi orang lain harus tau bahwa dirinya rapuh seperti kertas yang terkena air.

Sampai terdengar suara hangat yang berada di samping dirinya.
"Kamu gapapa? Kamu kenapa kok tiba-tiba nangis?"

"K-kak Agung ... Ayah ninggalin Miftah," ucap Miftah sembari menutup wajahnya dengan kedua lengan.

"Ninggalin? Maksudnya?"

"Ayah meninggal. Ayah ninggalin Miftah sama kak Misbach disaat, kak Misbach mau menikah. Miftah pengen lihat wajah ayah. Sekarang kita pulang ya, kak!"

"Kita masih belum bisa pulang, disini kita lagi kerja bukan lagi jalan-jalan. Jadi ngga bisa seenaknya pulang ataupun pergi tanpa izin dari pihak atas."

"Tapi aku pengen pulang sekarang! Pastinya mereka bohong sama Miftah kalau ayah meninggal kan? Aku pengen pastiin aja, kalau emang ini kenyataan Miftah mau lihat proses pemakaman ayah."

Agung menghela napas dengan
kasar. "Menangislah jika memang itu menyakitkan, tertawalah jika kamu merasa bahagia. Terkadang seseorang selalu mendapatkan ujian baik maupun buruk." Agung masuk ke dalam kamar dan mengambil satu buah bantal, dan dilemparkan kepada Miftah yang masih saja menundukkan kepalanya dan kerudung yang sudah mulai basah oleh air matanya. "Nangisnya jangan ditutup tangan, mending sama bantal tapi nanti cuci sarung bantal nya ya. Punya orang tuh." ucap Agung lalu pergi keluar meninggalkan Miftah yang masih saja menangis.

Agung mengambil handphone nya yang berada di saku celananya itu dan duduk dibangku rotan yang disediakan di depan rumah.

Calon Dokter Muda

Agung Perdana : Asalamualaikum, pemakaman ayahnya Miftah kapan?

Bima Sakti Walaikumsalam, ayahnya Miftah meninggal? Meninggal kenapa?

Agung Perdana  : Kecelakaan

Zein : Gung. Lo mau pulang bareng sama Miftah? Misbach bilang lo sama Miftah jangan pulung dulu, nanti aja pas sedekah yang ke tujuh baru kesini aja.

Agung Perdana : Iyaa, gue disini masih sibuk nanti siang mau rapat sama rumah sakit Pelamonia Makassar.

Zein : keadaan Miftah gimana? Gak pingsan kan?

Agung Perdana : Gak kok, cuman dia nangis mulu sampe matanya ngga keliatan banget.

Zein : Yaudah bilangin jangan nangis mulu biar ayahnya tenang. Misbach juga kata si Ica masih ngurung dikamar nya.

Bima Sakti : Gue sama Zahra bakal ke sana tapi gue berangkat nya siang, karena ada rapat.

Zein : Bawa makanan yang banyak ya. Biar ngga malu-maluin.

Bima Sakti : Ngga bakal lupa itu mah asal nanti gue minta uang bensin ya.

Zein : Minta sama Agung, gue masih belum gajihan.

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang