Part 19

112 32 2
                                    

Happy Reading😇

Seketika Agung merasa ragu untuk menerima panggilan dari Alifa. Tapi untuk apa dia ragu? Bukankah mereka hanyalah sahabat bukan? Akhirnya Agung mengalah dan menerima panggilan darinya.

"Asalamualaikum."

"Walaikumsalam. Iya ada apa Alifa?"

"Tidak ada apa-apa, alhamdulillah kamu masih menyimpan nomor handphone saya."

"Iya begitulah." Agung masih sibuk merangkum semua materi yang ada dibuku paketnya itu.

Alifa tertawa geli. "Aku nggak berubah ya, kamu sedang sibuk?"

"Tidak juga. Bisa tho the point
nggak? "

"Oke, apakah kamu ada acara besok? Di tempat pesantren aku sedang mengadakan cara khantaman Al-Qur'an dan Juz ama. Apakah kamu bisa hadir?"

"InsyaAllah."

"Saya tunggu jawaban kamu. Aku harap kamu bisa datang terlebih lagi aku mengundang Pak Kiyai."

"Iya."

"Kalau begitu, Asalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Alifa tidak bisa behenti untuk tidak tersenyum. Sosok Agung benar-benar
seperti candu dan dia sekaligus cinta pertamanya sejak mereka SMP.

Disisilain, mendapati undangan dari
Alifa, seketika ia teringat Miftah.
Sambil memasang wajah dinginnya
dan smirknya, sebuah ide cermerlang
pun muncul di otaknya.

"Sepertinya aku harus berani untuk memberikan pesan kepadanya. Atau tidak?" gumam Agung sembari mengacak-acak rambutnya dan langsung membuka aplikasi Whatsapp dan menuliskan nama kontak yang sedang ia cari.

Agung : "Asalamualaikum,"

Miftahul Cantik : "Walaikumsalam, ini siapa ya? Kenapa bisa punya nomornya ponsel saya?"

Agung : "Saya Agung senior kamu. Saya mendapatkan nomor kamu dari Zein. "

Miftahul Cantik: "Ada perlu apa?"

Agung : "Saya hanya ingin menyampaikan pesan dari Zein, apakah anda baik-baik saja? Dia tidak bisa memberikan pesan kepada mu karena batrai handphonenya abis."

Miftahul kaget saat mendapatkan pesan dari senior gantengnya itu, kalian mau tahu kenapa dia kaget? Karena Zein tepat didepannya sedang meminum segelas kopi bersama ayahnya.

Miftahul Cantik : "Bener tuh dari Kak Zein bukan dari kakak pesannya?"

Agung : "Iya mau ngapain
saya bohong. "

Miftahul Cantik : "Kakak. Bohong itu dosa tau, kakak mau tahu gak? Orang kak Zein nya lagi dirumah Miftah kenapa harus chat kakak buat ngomong sama Miftahul coba?"

Miftah tertawa sangat kencang sembari membalas pesan yang diberikan oleh seniornya itu. Udah tahu salah ngga mau ngaku lagi.

Agung : "Maaf, saya di panggil sama dosen nanti kita lanjutkan lagi chat nya."

"Sumpah gue malu!!" teriak Agung didalam yg yang membuat para mahasiswa yang berada di sana dengan memberikan tatapan sinis kepadanya ada juga yang mengatakan nya dengan kasar.

Astaghfirullah

Astaghfirullah

Astaghfirullah

"Kenapa jantung gue deg-deg? Gue ngga kena penyakit serangan jantung kan? "

Miftah masih saja tertawa sembari sekali-kali mengusap air matanya dikarenakan ketawa.

"Ketawa itu ngga boleh berlebihan!" Peringat Ayah sembari menyeruput kopi hitamnya.

"Maaf ayah."

.................


Matahari sepertinya masih enggan
menampakkan diri. Ia masih setia
bersembunyi di sisi gelapnya.
Manusia pun sepertinya masih enggan untuk berpisah dengan kasur empuk dan selimut yang sangat menghangatkan itu. Namun alarm jam walker memaksakan mereka untuk bangun dari kenyamanan dan memulai aktivitas hari ini.

Terdengar suara gadis mungil yang sedang melantunkan ayat suci Al-Qu'an dengan sangat merdu. Setelah sholat shubuh, seperti biasa ia langsung membaca Al-Qur'an miliknya. Kebanyakan orang lebih memilih tidur ataupun bermain handphone setelah sholat shubuh daripada susah payah menahan kantuk demi membaca Al-Qur'an, tetapi tidak dengan gadis mungil ini.

Miftah sudah tidak memikirkan kejadian yang kemarin lagi, kini ia harus fokus sama pendidikannya itu. Lagi pula sepertinya itu hanyalah kesalah pahaman antara dirinya dan seniornya itu. Jadi untuk apa masalah kecil seperti itu harus
dibesar-besarkan? Walaupun nantinya dirinya akan terkenal di kalangan para senior.

Pagi yang cerah, sinar matahari kini
sudah semakin tinggi diatas sana.
Angin berhembus lembut menerpa dedaunan. Ah, sungguh hari yang sangat indah.

Miftah kini sudah siap untuk memulai harinya, tanpa ada bebas sedikitpun. Seperti biasa, ia selalu sarapan bersama keluarganya. Karena hari ini hari minggu, Miftah dan Zein mendapatkan undangan dari Agung untuk menghadiri acara khantaman.

"Bun? Umma nanti mau ke acara khantaman Al-Qur'an bareng kak Zein gapapa kan?" tanya Umma kepada bundanya yang sedang sibuk memotong lontong.

"Bagus dong, biar kamu ada acara masa setiap libur rebahan mulu sih," jawab bundanya dengan antusias.

"Bukan rebahan bun, Umma pengen mengistirahatkan otak aku."

"Alasan mulu kamu."




🌹🌹🌹🌹🌹

~Tbc~

Jangan lupa vote dan komentarnya:)

Gratis kok ngga bayar ini.

🌹🌹🌹🌹🌹

31 Januari 2020

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang