Part 34

67 15 6
                                    

Happy Reading😇

"Bunda. Miftah pulang ya, jangan sampai telat makan dan bunda harus ikhlasin ayah juga ya! Asalamualaikum, bunda." Miftah pamit kepada bunda nya yang hanya dibalas anggukan olehnya.

"Bang, bunda gapapa Miftah tinggal?" tanya Miftah kepada Misbach yang berada di samping kanannya.

"Gapapa kok, disini ada abang, uwak sama teh Arum juga ada," jawab Misbach sembari mengelus-ngelus kepalanya yang terbalut oleh kerudungnya.

"Iya atuh bang. Maaf Miftah nggak bisa bantu ngurusin bunda dan yang lainnya."

"Iya itu mah sudah kewajiban abang sebagai anak pertama, kamu mah mending belajar yang benar supaya bisa jadi dokternya."

......................

Kabar langit malam hari ini terlihat sangat mendung karena tadi hujan membasahi kota Sumedang. Yang tersisa hanyalah genangan air hujan di jalanan. Dengan jarum jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam itu, motor sport milik Agung melesat memecahkan keheningan malam ini.

Motor Agung bergerak sangat cepat menuju tempat yang sudah disepakati oleh orang tuanya itu. Setelah sampai ditempat sorot mata Agung menyapu sepanjang jalan. Memperlihatkan orang-orang yang sedang menikmati makan malam nya itu.

"Agung!"

Panggilan itu membuat Agung menoleh.

"Kenapa?" tanya Agung singkat.

"Ayok ikut aku, yang lain udah nungguin kamu," ucap Alifa kepada Agung yang hanya dibalas anggukan olehnya.

Agung berjalan ke arah mereka, sembari memasuki tangannya ke dalam saku celananya.

"Asalamualaikum," ucap Agung sembari menyelami orang tuanya dan orang tua Alifa.

"Walaikumsalam," jawab mereka semua.

"Ummi Diandra ngga ikut kesini?" tanya Agung sembari mengambil kursi lalu mendudukinya.

"Dia sibuk belajar, sebentar lagi mau ujian," jawab Umminya.

"Kalian sudah kenal kan? Jadi tidak usah perkenalan lagi bukan?" tanya Ayahnya Agung kepada Alifa dan Agung.

"Agung sama Alifa udah kenal, karena dia teman Agung waktu SMP," jawab Alifa sembari tersenyum.

"Bagus, berarti perjodohan ini bisa kita lanjutkan," ucap ayahnya Agung dan dibalas anggukan oleh yang lainnya kecuali Agung.

"Agung ngga mau nerima perjodohan ini!!!" kata Agung dingin sembari menahan amarahnya itu.

"Kamu menolak pernikahan ini, tetapi pernikahan ini akan tetap berlangsung," jawab ayahnya dengan santai.

"Agung pamit, Asalamualaikum," ucap Agung, lalu meninggalkan restoran itu tanpa mendengar teriakan dari sang bunda dan ayahnya dan menengok kebelakangan sedikitpun.

........................

Zahra menatap buku novel yang pernah dibelikan oleh Miftah. Novel itu tentang perjodohan dan orang ketiga konfliknya hanya biasa saja tapi ini bisa membuat kita mengeluarkan air mata saat membacanya, bukan karena cengeng tetapi perasaan sang tokoh utama seperti perasaannya terhadap sang suami yaitu Bima.

Dirinya bukan menduga-duga Bima selingkuh tetapi sudah dua hari ini, Bima tidak pulang ke rumah ini termasuk juga dia absen kerja terus. Zahra malas untuk menelfon atau memberikan chat kepadanya, nanti dia kegeeran gimana dong? Padahal emang kenyataan nyariin.

Bima menggeliat diantara tidurnya,
kepalanya tiba-tiba saja terasa amat sangat pusing. Dahinya berkerut dalam guna menetralkan rasa sakit di kepalanya dan tenggorokannya yang sangat kering itu.

DEG

Kesadarannya semakin dihantam dengan kenyataan bahwa dia ke club malam bersama dengan teman-temannya dan ....

Dan apalagi ini, ada sebuah tangan yang melilit dengan sangat erat di perutnya.

Dengan gerakan perlahan kepalanya menengok ke samping tubuhnya.

Astaghfirullah

"AKH!" jeritnya refleks.
Bersamaan dengan itu Bima bangun dari posisi tidurnya, Bima mencoba melihat wajah perempuan yang tertutupi oleh selimut tebal berwarna putih.

Tubuhnya bergetar saking ketakutannya dan percayalah bahwa ini luar kendalinya. Ia berpikir bahwa ini hanyalah sebuah mimpi bukan kenyataan yang terjadi di sampingnya adalah sahabat istri dari temannya sedang tertidur disampingnya.

Sampai terdengar suara lenguhan khas orang bangun tidur mengintrupeksi kepanikan Bima.

"Bima!!!" teriak perempuan itu, saat melihat wajah Bima yang berada di sampingnya sedang menatap dirinya dengan wajah yang pucat pasi itu.

Bima tidak menjawab pertanyaan dari perempuan itu, ia lebih memilih diam dan memikirkan masalah ini bila orang tua dan istrinya mengetahui ini bisa-bisa  menghancurkan rumah tangganya dan orang tuanya murka kepadanya dan menghapus namanya dari KK.

"Bima, lo ternyata laki-laki bejat ya! Lo udah punya istri, lalu gue istri dari sahabat lo juga diambil. Gue bakal kasih tau ke istri lo dan kalau gue hamil anak lo gimana Bim?!" tanya perempuan itu, sembari menundukkan kepalanya dan menangis tersedu-sedu.

"Gue juga gak tau La! Seingat gue ke club bareng suami lo dan Putra, terus gue dikasih minuman sama suami lo disitu gue udah mabok berat jadinya gue gak mikir itu minuman apa dan tanpa pikir apapun gue langsung minum aja. Bangun-bangun gue disini dan ada lo juga di samping gue."

"Lo nggak usah bohong, Bim!"

"Gue gak bohong La, gue play boy itu dulu, tapi sekarang gue punya tanggungjawab sebagai seorang imam untuk keluarga kecil gue. Lo nggak mikir juga kenapa lo bisa juga ada di club? Sedangkan lo aja ngga ikut ke club?" tanya Bima sembari memakai baju yang berada di lantai.

"Terus maksud lo kita dijebak gitu?"

"Mungkin."

.......................

Miftah baru saja menyelesaikan ujian praktek hari pertamanya, sedangkan Zahra, Alex dan teman-teman yang lainnya mereka  mendapatkan jadwal malam.

"Nur, kamu kenapa sini? Ujiannya sudah selesai?" tanya Miftah yang baru saja membereskan ruang operasi.

"Ah, bukan apa-apa. Cuma aku sepertinya terkena flu," jawab nya sembari duduk di bangku ruang tunggu.

"Flu? Kamu terkena flu, kok bisa sih?"

"Iyaa, kemarin malam aku kena hujan. Tapi rasanya dingin dan batuk terus."

"Baiklah, aku mau cek suhu tubuh kamu dulu yak."

"Demam kamu 39,3 derajat. Kamu harus dirawat hari ini dan tunggu sampai demamnya turun baru bisa pulang."

"Hah? Flu aja kenapa harus dirawat? Masa calon dokter harus dirawat sih."

"Mau calon dokter, polisi, presiden atau apapun itu, kamu wajib banget di rawat."

"Iyaaa, ibu dokter."

"Nah, begitu dong nurut jadinya aku tambah sayang sama kamu!"

"Sayang sama aku atau dokter Agung?"

"Sahabat lebih baik, daripada laki-laki yang belum tentu jadi imam ku nanti mending sahabat dong."

"Aw, makasih Miftah!!"

🌹🌹🌹🌹🌹

Dah ah, itu aja duluu
Ketemu di part slanjutnya!!

See ya💜

🌹🌹🌹🌹🌹

23 Mei 2021

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang