Part 40

23 5 1
                                    

Happy Reading😇

Setelah makan malamnya dan membereskannya ke tempat cuci piring, Zahra bangkit dari tempat duduknya saat mendengar ketukan pintu yang menandakn bahwa ada tamu yang berkunjung ke rumahnya.

"Asalamualaikum, Zahhhrrraaaa...," kata Miftah yang menirukan suaranya seperti anak kecil.

Tok... Tok...Tokk...

"Walaikumsalam, ngapain kesini kamu?" tanya Zahra sembari menghadang Miftah supaya tidak  melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya.

"Mau minjem buku dong sekalian juga minta makan."

"Minta-minta bayar dong."

"Nanti kalau aku udah jadi sultan, baru aku bayar ya."

"Mana bisa begitu, belum jadi sultan udah keburu mati duluan gimana dong?"

"Kamu ngedoa'in umur ku pendek gitu? Jahat kamu, aku benci kamu!"

"Bukan ngedoa'in tapikan kita nggak tahu masa depan kita nanti. Lebay kau!"

"Iyaa tapikan jangan begitu dong ngomongnya."

"Tenang kok aku bakalan dukung kamu, asal di jalan yang benar. Kalau jalannya salah bakal gue betot."

"Terimakasih sayangnya akoh."

"Iyaa."

....................

"Agung jangan lupa seminggu lagi kamu fitting baju pengantin. Nanti sebelum berangkat dari rumah sakit kamu jemput Alifa juga!" ucap Umminya

"Agung nggak mau menikah sama dia Ummi. Agung sudah ada calon, bunda pasti tahu calonnya seperti apa."

"Siapa calonnya? Anaknya seperti apa? Taat sama agama tidak?"

Agung duduk di atas bangku kosong yang terdapat di depan halaman rumahnya. "Ummi masih ingat anaknya almarhum pak Maulana?"

"Pak Maulana yang tinggalnya di Kuningan bukan? Inalilahi wainnailaihi roji'un kapan pak Maulana meninggal? Kenapa nggak ada yang ngasih tau Ummi sama Abi? Dan juga anaknya yang namanya Misbach sama siapa satunya lagi, Ummi lupa."

"Iyaa bu, pak Maulana meninggal karena kecelakaan di saat itu juga Agung bareng sama Miftah lagi ada dinas di Makassar dan namanya Miftahul sering dipanggil sama keluarga nya Umma."

"Ya Allah, nanti Ummi sama Abi bakal kesana. Kamu sudah kesana kan?"

"Sudah Ummi."

"Alhamdulilah, Ummi mau nanya sama kamu kenapa  memilih perempuan itu yang umurnya empat tahun dibawah kamu, kenapa nggak sama Alifa yang umurnya sama seperti kamu dan juga dia anak yang sangat baik dan pintar sama agamanya."

"Agung nggak mempermasalahkan umur Agung yang berbeda empat tahu sama Miftah yang penting Agung benar-benar sayang sama dia. Semua orang dimata Agung baik tapi ada beberapa orang yang menurut Agung tidak baik ialah orang-orang yang berkhianat dan kehilangan harga dirinya laki-laki maupun perempuan." Tegas Agung sembari menatap wajah Ummi nya.

Ummi hanya bisa menghela napas, ketika sang anak pertamanya itu berbicara tegas persis seperti syahnya yang sudah berbicara A tidak boleh ada yang mengganggu gugat keputusannya.

"Nanti kamu bisa ajak Miftah kesini?"

"Sebenarnya Miftah itu nggak tahu bahwa Agung teman masa kecilnya. Karena Agung sengaja nggak ngasih tahu identitas Agung yang aslinya buat jadi hadiah di hari dia mengucapkan sumpahnya sebagai seorang dokter."

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang