Part 45

22 2 0
                                    

Happy Reading😇

"Sudah siap di khitbah?" tanya Abang.

"Jika memang dia laki-laki yang Allah kirimkan untuk Miftah dan menerima apa adanya pada diri Miftah ini, InsyaAllah Miftah siap. Asalkan dia taat pada agama dan untuk wajah apa adanya saja."

"Baiklah, ayo."

Bismillah, semoga laki-laki itu memang benar jodoh ku dan perahu cintaku ini bisa meninggalkan pelabuhan hati yang sudah bukan milikku lagi. Selamat tinggal kak Agung.

Aku berjalan dituntut oleh Bang Misbach yang berada disisi kananku. Aku bisa mendengar suara kak Zein dan orang-orang yang baru dengar suaranya. Dan mungkin itu adalah keluarga dari orang yang akan mengkhitbah ku.

"Ini Miftahul Jannah, adik perempuan saya." kata Bang Misbach.

Aku mendengar suara ibu-ibu yang seumuran seperti Bunda mengatakan MasyaAllah dan ada juga yang berucap Astaghfirullah. Entah apa itu maksudnya mungkin mereka kaget melihat. Kondisi ku yang seperti ini.

Sambil menundukkan kepala dan memilin ujung jilbabku. Bang Misbach mengajak ku untuk duduk dan membisikkan untung tidak menundukkan kepala. Siapapun dia, semoga bisa jadi yang terbaik untukku.

"Ehem..."

Ruangan itu mendadak hening saat suara deheman dari seorang laki-laki yang suaranya sangat familiar di telinga ku.

"Agung?"

"Iya, Umma."

Jadi laki-laki itu adalah Agung. Yang akan mengkhitbah ku? Bukannya dia akan menikah dengan kak Alifa?

"Bagaimana, Umma? Laki-laki ini akan menjadikanmu pendamping hidupmu." kata Bang Misbach.

Pikiran ku tiba-tiba kosong. Antara syok dan harus bagaimana. Aku bertanya-tanya kenapa dia lebih memilih mengkhitbah ku dibanding menikah dengan kak Alifa?

"Kalau kamu menerima khitbah saya, InsyaAllah saya akan mengantarkanmu pada surga." ucap Agung.

"Termasuk dengan kak Alifa juga? Kak Agung mau menjadikan Miftah sebagai istri kedua gitu. Mohon maaf, Miftah menolak."

Agung tercengang ketika mendengar perkataan yang keluar dari mulut Miftah, belum apa-apa dirinya sudah ditolak. Sungguh kasihan nasibku ini. "Aku sudah membatalkan pernikahan ku dengan Alifa, aku lebih memilih mu perempuan masa kecil yang selalu bersama dengan ku ,walaupun terkadang takdir selalu saja memisahkan kita."

"Kenapa aku harus menerima pinangan kamu ini?"

"Aku juga tidak berharap sekali kamu menerima pinangan ku ini, karena aku pernah mengecewakan kamu dan membuat mu mendapatkan musibah disaat hari bahagia mu. Hatiku bahagia saat melihatmu bahagia. Melihatmu senyumanmu saja bisa menghilangkan rasa rinduku. Tapi Allah pernah berjanji, orang baik akan dipertemukan dengan orang baik(pula). Jika takdir berkata aku tidak baik untukmu aku akan mundur untuk memperjuangkan mu bukan aku menyerah tetapi memang takdir nya kita bukan berjodoh bukan, jadi buat apa kita harus berjuang dan mempertahankan hubungan yang tidak direstui oleh Allah."

Miftah tersenyum bahagia ketika mendengar jawaban yang ditunggu-tunggu olehnya. Jawaban yang keluar dari mulutnya selalu saja membuat hatinya bergetar menahan diri untuk tidak menangis terharu didepan orang-orang.

"Kamu benar ingin  mengkhitbah ku dengan kondisi ku yang tidak bisa melihat apa-apa selaian gelap gulita ini?"

"Aku menerima mu apa adanya dan ku ingin bertanggung jawab atas musibah yang aku perbuat kepada mu untuk menjadikan mu sebagai istri ku."

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang