Part 42

26 3 0
                                        

Happy Reading😇

Miftah baru saja selesai foto bersama dengan abangnya dan anak-anak coast yang lainnya, bundanya tidak bisa mengikuti dikarenakan kondisi kesehatannya yang masih belum bisa di katakan baik-baik saja.

Tiba-tiba Zein berjalan dengan sangat cepat mendekati Miftah. Diikuti oleh Zahra dan Nur.

"Aku mau ngomong sama kamu, tapi nggak disini," ucap Zein setelah berada di hadapan Miftah.

"Ikut aku dulu," lanjutnya dan langsung melangkahkan kakinya.

Miftah mengeryit heran atas sikap Zein yang seperti itu. Begitupun dengan Zahra dan Nur.
Tak biasanya mereka bertiga bersikap seperti kepadanya.

Dan ternyata, Zein berhenti di pinggir taman belakang. Dia pun langsung menghadap ke arah Miftah.

"Umma."

"Iyaa, kenapa sih?"

"Aku mau ngasih tau sesuatu, sebenarnya Dokter Agung itu temen masa kecil kita berdua orang yang selalu kamu cari itu."

"Beneran kak? Kakak ngga bohong atau prank kan?" tanya Miftah sembari mengeluarkan air mata nya.

"Aku ngga pernah bohong sama kamu," jawab Zein lembut.

Sedangkan Zahra dan Nur biasa saja dikarenakan ini sudah direncanakan oleh mereka bertiga, karena menunggu Agung yang berbicara keburu lebaran semut tiba.

Miftah langsung menatap ke arah Zahra dan Nur yang hanya dibalas oleh mereka berdua dengan senyuman jahat versi mereka berdua.

"Agung tadi di taman depan lagi ada urusan mungkin," kata Zein sembari melepaskan jas dokternya yang menampilkan kaos lengan pendek berwarna putih.

Saat Miftah ingin mengelap air matanya menggunakan tissu yang berada di dalam tasnya. Ia mendengar suara sesorang yang sedang mereka bicarakan.

Miftah melangkahkan kakinya menuju asal suara itu, sebelum sampai disana sayup-sayup terdengar mereka membahas tentang pernikahan. Miftah berjalan dengan sangat berhati-hati supaya tidak diketahui oleh mereka dan sampai dibelakang punggung dokter Agung ia sangat terkejut dengan omongan yang dikeluarkan oleh perempuan yang di hadapan Agung.

Perempuan itu wajahnya tertutup oleh pohon bunga sepatu yang hanya menampilkan setengah badannya saja. Miftah tidak percaya bahwa Agung sahabat masa kecilnya yang berjanji akan menikahinya itu disaat mereka berdua sudah beranjak dewasa tetapi malah di jodohkan oleh orangtuanya. Bagaikan hatinya terhunus oleh seribu pedang tajam baru saja ia merasa sangat  bahagia  karena bertemu dengan sahabatnya itu tetapi di kecewakan lagi oleh yang namanya takdir. Memang benar takdir Allah SWT sulit untuk kita bisa tebak.

Miftah berjalan dan mendekati mereka berdua. "Kak Agung mau menikah sama siapa?" tanya Miftah yang membuat Agung terkejut karena keberadaan Miftah yang sudah ada di pinggir nya itu.

"Sama saya," jawab perempuan itu sembari melangkahkan kakinya ke depan sembari tersenyum kepada Miftah.

Tanpa mengatakan sepata kata pun, Miftah mengangkat rok nya sedikit dan langsung berlari begitu saja dengan sangat kencang. Tanpa pikir panjang Agung  berlari dan menyusul Miftah.

Sedangkan Zein, Nur, dan Zahra baru saja tiba disana masih ada Alifa yang sedang tersenyum bahagia, Zein yang melihatnya membuatnya bergidik ngeri.

"Kamu lihat Miftah ngga Al?" tanya Zein.

"Dia tadi lari ke arah gerbang selatan," jawabnya sembari meninggalkan mereka bertiga.

Zein, Nur, dan Zahra langsung berlari menuju gerbang selatan.

"Miftah!!!" Agung terus saja memanggil Miftah yang mulai menyebrangi jalan raya yang sedang sangat sepi.

Miftah menyebrangi jalan raya dan di tengah-tengah jalan dia terbelit kakinya dengan rok nya yang membuat dirinya terjungkal ke depan. Walaupun sudah terjatuh dia mencoba untuk berdiri tapi tidak bisa dikarenakan kaki kanannya keseleo sampai terdengar suara klakson mobil dan teriakan dari Agung yang menyuruhnya untuk minggir tapi dia tidak bisa berdiri maupun berjalan.

Truk muatan pasir itu bergerak sangat cepat sembari membunyikan klakson dan memberitahu dengan kode tangannya suruh untuk minggir ke kiri.

Tiinn....

Tiiinnn....

"Miftah awas!! Cepet kamu berdiri jangan diem begitu saja!" teriak Zahra histeris saat melihat truk itu sebentar lagi akan menubruk Miftah dengan sangat kencang.

Nur dan Zein yang baru saja sampai di depan gerbang langsung berteriak juga saat melihat Miftah yang ingin mencoba berdiri namun tidak bisa. 

"Aku mau nyamperin Miftah. Dia sepertinya kesulitan untuk berdiri," ucap Nur yang sudah siap-siap untuk berlari namun lengan kanannya di pegang oleh Zein yang berada di belakangnya.

"Kamu diem saja disini. Biar aku aja yang kesana," jawab Zein.

Saat Zein ingin berlari, mobil truk itu sudah menabrak Miftah dengan sangat keras. Kepalanya terbentur aspal yang membuat darah segar mengalir.

Brakk...

Agung dan Zein berlari mendekati Miftah yang sudah tergeletak dengan saat naas. Sedangkan sang sopir truk itu menabrak tiang listrik saat dia mencoba banting setir.

Agung langsung menggendongnya Miftah yang sudah di penuhi oleh darah segar dan baju dokternya juga ikut terkena darah.

Zahra baru saja selesai mengecek sang sopir truk dia hanya mendapatkan luka ringan dikepala karena terkena benturan dengan dashboard dan sekarang sedang dibawa ke puskesmas oleh warga yang melihat terjadinya kecelakaan.

"Lo ikut gue, Zahra dan Nur kalian yang didepan gue sama Zein dibelakang. Mohon kerjasamanya," ucap Agung tegas.

Zein mencoba mengecek kesadaran kepada Miftah. "GCS 111," ucap Zein kepada Agung saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Nadi?"

"Bradikardia." Zein mencoba membangunkan Miftah. Nadinya dalam keadaan lemah yang disebut dengan Bradikardia.

Zein terus mengempas-kempiskan ambubag, sedangkan Agung mendengarkan udara yang masuk di dalam stetoskop nya. Agung mencoba mendiagnosis bahwa Miftah dalam keadaan kegawatan, apabila mereka tidak ada di lokasi kejadian ini mungkin Miftah bisa meninggal. Semua ini gara-gara dirinya yang menyebabkan Miftah seperti ini.

Sesampainya mereka berempat di rumah sakit, Zahra dan Nur kompak mendorong brankar masuk kedalam IGD.

............................



Misbach baru saja sampai dirumah sakit ketika diberitahukan oleh Zahra bahwa Miftah tertabrak truk, padahal dirinya sudah menunggu Miftah di dalam kampus sejak tadi.

Agung baru saja keluar di ikuti oleh Zein dan Dokter Akbar. Dokter Akbar langsung bergegas menuju rumah sakit Pakuwon untuk mendapatkan hasil lab.

"Dia akan sadar sebentar lagi dan saya harus ke rumah sakit Pakuwon di karenakan ada masalah di bagian mata milik Miftah," ucap Dokter Akbar sembari memberitahu keadaan Miftah di dalam sana dan meninggalkan mereka semuanya.

"Maaf...."

Semua pasang mata langsung menatap Agung aneh karena tiba-tiba mengatakan maaf.

"Maaf, ini semua salah Agung," lanjutnya.

Misbah mengeryit bingung, sedangkan Zein, Nur, dan Zahra diam karena tidak ada yang berani bersuara. Mereka tidak mengetahui jalan ceritanya kenapa Miftah bisa berada di tengah-tengah jalan sambil memegangi kakinya.

"Sebenarnya, ini semua gara-gara permasalahan perjodohan aku dan Alifa."




Hallo semuanya, Love Is True updet ya. Jangan lupa vote dan coment sebanyak-banyakny. Sampai jumpa di part selanjutnya ✨

15 Agustus 2021

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang