Part 14

104 37 6
                                    

Jangan lupa Al-Kahfinya🌹

"Barang siapa yang membaca Al-Kahfi pada malam jumat, dia akan disinari cahaya antara dia dan
ka'bah." (HR. Ad, darimi)

🌹🌹🌹🌹

Happy Reading😇

Setengah jam berlalu, akhirnya mata
kuliahnya berakhir. Rasa panas seperti terbakar di dada, perut kembung, dan rasa nyeri di perut dekat ulu hati tiba-tiba saja melanda dirinya membuat Miftahul
membereskan semua peralatan menulis dan buku-buku kuliahnya ke dalam tas.

Semua itu diakibatkan tadi pagi dirinya belum sarapan karena dia sudah telat beberapa menit. Mungkin sekarang maag nya kambuh.

"Miftah, kamu tidak apa-apa?" tanya salah satu mahasiswa lain yang kebetulan melihatnya. "Wajahmu terlihat  pucat."

Miftahul meringis dan memasakkan untuk tersenyum. "Aku tidak apa-apa. Permisi."

Miftahul langsung beranjak dari sana menuju pintu meskipun kali ini temannya itu kali ini temannya itu menatapnya khawatir. Namun belum sampai di ambang pintu tiba-tiba pandangan Miftah mulai mengabur bertepatan saat Agung yang baru saja beranjak dari tempat duduknya. Dengan cepat Agung merengkuh tubuh Miftah yang pingsan
sebelum terjatuh ke lantai.

Apa boleh buat. Tak berniat modus atau apapun, tapi ini dalam keadaan darurat.

"Jika anda menjumpai suatu kecelakaan mobil, dan anda melihat korban kecelakaan tersebut dalam keadaan yang di khawatirkan membahayakan nya, atau semakin berat luka yang di deritanya, maka wajib bagi anda mengangkat korban wanita meskipun tanpa mahramnya, karena kondisi ini merupakan darurat."

............

Miftah membuka kedua matanya secara perlahan dan merasa silau dengan cahaya di plafon ketika dirinya mulai mengumpulkan kesadarannya. Miftah pun mengusap salah satu matanya dan meringis kesakitan di bagian perut dekat dengan ulu hatinya.

"Jangan terlalu banyak bergerak."
Cegah seorang pria yang ternyata itu adalah Zein.

"Kak Zein?"

"Iya sekarang kan bagian jadwal kakak masuk kuliah, bunda bilang kamu gak sarapan pagi kan? Makanya sarapan dulu walaupun sedikit yang penting maag kamu ngga bakal kambuh lagi?"

Miftah lebih memilih untuk kembali merebahkan tubuhnya dengan pelan sebagai alasan yang tepat saat ini.
Zein yang sudah sangat mengerti dengan sikap Miftah memilih untuk pasrah.

"Sebentar lagi kakak ada kuliah, kamu bareng sama Zahra ya, Zahra temen mu bukan? Misbach udah pulang lagi ke Kuningan tadi jam 09:13 pagi tadi."

"Yang bawa aku ke UKS siapa kak?"

"Tadi sama Zahra, abang lihat aja pas kamu di gotong sama anak-anak kelas kamu."

"Kok bukan kakak ganteng itu sih?" gumam Miftah sembari meremas selimut yang menyelimuti tubuhnya.

"Kakak ganteng? Siapa tuh?" selidik Zein sembari menaruh obat yang berada di dalam tas nya.

"B-Bukan siapa-siapa kok."

Zein terkekeh. "Aku pergi dulu, Asalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Kepala Miftah mendadak pening, padahal dirinya harus
mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Kepalanya mulai terasa sakit apalagi bagian perutnya yang seperti dililit itu.


............

Seorang dokter wanita sedang kini tengah memeriksa kondisi Miftah.

"Jadi keadaannya sekarang gimana Dok?" "Jadi bagaimana keadaannya sekarang Dok?" tanya Zein kepada Dokter yang bertugas disekolah nya untuk menjaga UKS.

"Kondisinya sudah membaik dan sekarang juga Miftah boleh pulang.
Saran saya Miftah harus tetap makan
dengan teratur agar asam lambungnya tidak meningkat."

Dokter tersebut menatap Miftah dan Zein secara bergantian. Miftah hanya mengangguk dengan saran yang diberikan oleh dokter itu.

"Satu lagi kurangin makan pedas nya ya," tambah dokter itu sembari tersenyum ke arah Miftah.

"Kebanyakan makan seblak tuh, makan seblak nya enak pas penyakit nya kambuh teriak-teriak sambil nangis," ledek Zein kepada Miftah yang di hadiahi oleh Miftah cubitan maut nya di pinggang bagian kanan.

"Kak Zein ngeselin bilangin kak Misbach nih."

"Bilang aja, bisa-bisa abang kamu baru nyampe udah balik lagi ke sini. Demi adiknya yang susah di atur ini."

"Dasar ngeselin!!"

Dokter itu terkekeh melihat tingkah laku mereka berdua. "Saya permisi dulu."

Dokter itu pergi bertepatan
saat Agung memasuki ruang UKS
dan seketika membuat Agung sakit hati melihat Zein dan Miftah sangat dekat dibandingkan dirinya.

"Asalamualaikum," ucap Agung

"Walaikumsalam, lo belum pulang tumben? Ngga ngajarin anak-anak pesantren?" tanya Zein kepada Agung.

"Ngga," ucap Agung dingin

"Cemburu bro?" bisik Zein kepada Agung yang di bales melotot oleh Agung.

"Kalian mau pada pulang kan? Pake mobil gue aja."

"Gue bawa motor, lo bareng sama Miftah aja."

"Lo ikut, gue gak mau dosa."

"Terus kalau gue ikut, gue jadi orang ketiganya gitu."

"Good! Tumben lo pintar," ucap Agung lalu meninggalkan mereka berdua.

"Untung temen kalau bukan udah gye ajakin baku hantam." Kesel Zein.

"Umma duluan kak Zein lama." Pamit Miftah sembari mengambil handphone yang berada di atas nakas.

"Lah kok gue pada ditinggal sih??" teriak Zein sembari keluar dari ruang UKS.

🌹🌹🌹🌹

"Hati-hati lo apakah ini pertanda ada cinta segitiga di antara Agung dan Zein?"

Terimakasih yang sudah membaca cerita. Jangan lupa tetap dirumah aja ya😇🙌✨

Selamat malam🌚✨

15 Januari 2021

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang