Part 41

21 4 0
                                    

Happy Reading😇

Tok ... Tokk ... Tokkk ....

Zahra yang semula sedang sibuk melipat pakaian yang sudah kering mendongak, Zahra menatap Bima yang sedang sibuk didepan laptopnya dan dibalas dengan tatapan bingung oleh Bima. "Siapa itu?"

Bukannya menjawab Bima malah mengangkat bahunya tinggi-tinggi. "Gak tau. Coba kamu yang kesana, aku masih sibuk nih."

"Lu kira gue lagi rebahan gitu?" ucap Zahra bangkit dari tempat duduknya sembari melemparkan kaos berwarna hitam milik Bima.

"Maaf sayang. Aku nggak bisa ninggalin ini pekerjaannya."

Ceklek

Tatapannya terfokus kepada seorang wanita muda dengan senyuman lebarnya itu yang membuat matanya hampir tidak kelihatan dikarenakan tertarik oleh senyuman, siapa lagi kalau bukan Miftahul Jannah.

"Ngapain lo kesini? Gue sibuk," kata Zahra sedikit berteriak.

"So sibuk lo. Gue kesini cuman minta temenin gue ke mall yuk! Tenang gue bawa uang sendiri kok."

"Bentar gue izin dulu sama kak Bima. Lo diem disini, jangan masuk," ucap Zahra sembari masuk ke dalam rumah.

Miftah pura-pura tidak mendengar perintah yang diberikan oleh Zahra dan langsung membuntuti Zahra secara diam-diam.

"Kak! Gue mau ke mall bareng sama Miftah, lo bisa jaga rumah kan?"  Zahra meminta izin kepada Bima yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Aku ikut boleh?" tanya Bima.

"Bukannya kakak lagi sibuk ya?"

"Sebentar lagi kerjaan aku selesai kok."

"Sebentar itu kapan? Masih belum pasti bakal selesai dalam satu menit bukan? Gue berangkat ini sama Miftah bukan sama orang yang nggak di kenal."

"Yaudah saya izinkan kamu pergi tanpa saya asal ada satu persyaratannya!"

"Kenapa harus pake acara syarat-syaratan sih?"

"Biar kamu nggak nakal aja."

"Yaudah, cepetan kasih tau syaratnya apa? Keburu siang nih."

"Kamu harus manggil saya Mas atau AA dan kamu harus perbaiki cara bicara mu itu!"

"Perbaiki apanya? Perasaan cara bicara gue seperti orang-orang yang lainnya."

"Maksud saya jangan menggunakan bahasa gaul."

"Gak ada hukumannya kan?"

"Kalau kamu melanggar aturan nya, saya bakal cium kamu saat itu juga!"

Zahra yang mendengar kata cium dari Bima membuatnya merinding seketika. "Mana ada hukuman yang kayak begitu," protes Zahra.

Bima terkekeh melihat wajah Zahra yang seperti kepiting rebus itu. "Ada kok. Santuy aja orang kita berdua udah halal ini."

"Iyaa aku turutin peraturan yang kamu berikan itu," jawab Zahra dengan tidak ikhlas.

"Harus ikhlas dong, kalau nggak ikhlas durhaka kamu."

"Aku ikhlas bangettt...."

Miftah yang berada di balik tembok ruang tamu, sambil mendengarkan percakapan mereka berdua hanya bisa menahan rasa ingin ketawa saat melihat Zahra yang dibuat kesal dan baper itu.

Miftah menghampiri mereka berdua yang sedang perang batin itu. "Udah si ikutin aja perkataan dari kak Bima. Nunggu kalian selesai bertengkar bisa-bisa mall nya udah tutup."

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang