Part 46

21 2 0
                                        

Happy Reading😇

Hari minggu, tepatnya tanggal tujuh November, Agung dan Miftah melangsungkan pernikahannya. Pagi ini Miftah, sedang di rias karena sebentar lagi akad akan dimulai. Walaupun ia tidak bisa melihat bagaimana proses pernikahannya, seberapa megahnya dan wajahnya dirias yang seperti apa. Tetapi yang dia minta hanyalah semoga dilancarkan acara pernikahannya tanpa sedikitpun masalah.

Akad dilangsungkan di Masjid terdekat dengan kost milik Miftah. Bundanya tidak bisa mengikuti acara pernikahannya dan dengan kondisinya Miftah yang tidak bisa melihat apa-apa takutnya akan membahayakan kesehatan Bundanya yang masih belum bisa mengikhlaskan suaminya.

Setelah memberikan sedikit ceramah untuk pasutri ini, bapak penghulu mulai memberikan arahan untuk pengucapan ijab qobul. Suasana mulai tegang. Terlebih wajah Agung yang sudah cuek dan dingin  dari lahirnya ditambah lagi sekarang dirinya harus mengucapkan ijab qobul tanpa salah sedikitpun sudah tambah kaku saja sudah sangat mirip dengan kanebo kering.

"Saya terima nikahnya Miftahul Jannah binti Maulana Mustofa maharnya empat juta rupiah, dibayar tunai!" ucap Agung di akhiri dengan helaan napas.

Suara saksi yang menyerukan kata 'sah' membuat Agung tersenyum tipis.
Jantungnya yang sejak tadi berdetak lebih kencang dari biasanya sekarang mulai mereda.

Keluarga besar Agung dan Miftah baru saja sampai di rumah untuk mempersiapkan orang-orang yang akan berkondangan kepada mereka berdua.

"Selamat ya, akhirnya sudah resmi jadi adik ipar gue." kata Misbach sambil memeluk tubuh Agung. Bergantian dengan Zein dan Bima.

"Ya sudah, anterin Miftah ke kamar tidur kalian." usul Misbach sembari menarik turunkan alisnya.

"Jangan lupa berdo'a." seru Bima saat Agung menuntut Miftah menuju kamar.

"Masih pagi, nanti malam aja." teriak Agung sembari tersenyum bahagia.

"Gapapa takutnya keburu ngantuk lebih baik sekarang." ujar Bima.

Agung memegang knop pintu dan mendorong pelan. Lantas dirinya masuk bersama dengan Miftah yang tangannya sedang menelusuri tembok. kamar ini hanya muat untuk satu orang kasur nya pun sangat kecil untuk mereka berdua tidur bersama.

Agung melihat tangan Miftah yang sedang mencari suatu barang. "Cari apa?" tanya Agung.

"Ini aku cari tissue nggak ada, biasanya kan suka  di taruh di atas lemari ini." ucap Miftah.

Agung mencari-cari keberadaan tissue itu berada, ternyata ada di atas kasur. Agung mengambil nya dan langsung memberikan kepada Miftah.

"Mau ngehapus make up nya?" tanya Agung

"Nggak kan acaranya sampai malam, aku cuma ini keringatan terus."

"Gapapa dihapus aja kalau kamu nggak betah, nanti kan bisa di rias lagi."

"Nggak, aku cuma mau ganti baju aja ya!"

"Iyaa, mau pakai baju atau kemeja?"

"Kemeja putih sama rok plisket warna coklat muda."

"Mau aku bantuin nggak?"

"Aku bisa sendiri kok, jadi jangan modus ya. Tutupnya matanya sampai aku bilang buka matanya, ingat walaupun aku nggak lihat tapi Allah melihat ya."

"Iyaa istriku!" gumam Agung.

"Kamu bilang apa tadi?"

"Gapapa kok."

........................

Miftah dan Agung menghela napas panjang secara bersamaan. Entah berapa banyak tamu yang diundang, tapi yang pastinya ini sangat banyak. Sejak pukul lima sore sampai jam sepuluh malam orang-orang berdatangan tanpa jeda dibandingkan dengan siang hari tadi yang hanya beberapa orang saja. Mereka berdua pun berganti untuk melaksanakan sholat maghrib dan isya.

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang