🔹Adab Menasihati.
Sesiapa yang menasihatimu secara sembunyi-sembunyi maka ia benar-benar menasihatimu
Sesiapa yang menasihatimu di khalayak ramai, dia sebenarnya menghinamu.(Imam Syafi'i).
Baru sampai meja pertama sudah
terdengar suara Gus Ali terdengar seperti menginterupsi mereka berdua lagi. "Siapa yang menyuruh kalian duduk? " Umma dan Ica membalikkan badan menghadap Gus Ali."Lah? Tadi kan ustadz yang bilang.
Kalo udah selesai ngerjain hukumannya boleh masuk kelas," ucap Ica membela diri."Saya bilangnya kalian BOLEH MASUK. Bukan BOLEH DUDUK. Kalian berdua paham kan bahasa manusia? Ataukalian tidak pernah belajar perbedaan makna dan kalimat? Percuma kalian sekolah dari kecil sampai sekarang begitu saja nggak bisa bedain. Sudah cepatan kalian berdiri dipojokkan sampai pelajaran saya selesai." ucap Gus Ali dengan nada dingin dan menusuk.
"Kalian berdua tidak tuli kan?" tanya
ustadz Ali. Mata Ica dan Miftahul
berusaha menahan air mata agar
tidak luruh. "Tidak Gus ..." jawab
mereka berdua dengan lirih."Kalau kalian tidak merasa tuli,
pastinya kalian sudah melaksanakan
perintah saya dari tadi bukan?" Seakan tersindir, Umma melangkah kakinya kepojokkan depan kelas diikuti oleh Ica. Mereka berdua berjalan sembari menundukkan kepalanya."Ya Allah ... Maafkan Umma dan sahabat Umma ini, bukan maksudnya Umma membangkang guru. Tapi pantaskah seorang ustadz berbicara seperti itu?" tanya Umma dalam hatinya.
"YaAllah ... Maafkan Ica dan sahabat Ica ini, bukan maksudnya Ica membangkang guru. Tapi pantaskah seorang ustadz berbicara seperti itu? Dan membentak dua orang perempuan dikarenakan masalah sepele." tanya Ica dalam hatinya.
Teman-temanya sekelasnya hanya
menatap mereka dengan sendirinya dan iba. Karena sudah paham sifat mereka berdua yang anti dengan bentakan, semua tahu bawah mereka berdua menangis dalam diam. Tapi sayangnya tak ada satupun yang berani angkat berbicara untuk membantu mereka berdua termasuk juga Raka saudara laki-lakinya Umma."Semuanya fokus ke dalam materi saya hari ini ... kalian tidak ingin seperti mereka berdua kan?" semua perhatian yang awalnya tertuju kepada mereka berdua, menjadi teralihkan ke materi yang disampaikan oleh gus Ali.
Raka sejak tadi tidak tenang
dalam kelas yang tiba-tiba suasananya menjadi mencengkram. Ia memiliki firasat akan terjadi sesuatu pada adik saudaranya. Apalagi sejak sore Umma baru pulang dari Kuningan dan tidak makan malam bersama keluarganya langsung melanjutkan membuat proposal untuk tugasnya hari Jum'at besok. Entah bagaimana caranya, tapi ia merasakan sakit ketika mendengar ustadz berbicara seperti itu kepada Umma.Pelajaran terasa bergulir dengan
sangat lambatnya. Tidak seperti
biasanya.Walaupun Umma dan Ica dihukum
suruh berdiri, tak mungkin mereka berdua melewatkan tugas dari Gus Ali. Ia ikut mencatat apa yang dicatat oleh teman-temanya.Beberapa menit kemudian pelajaran
Gus Ali sebentar lagi akan berakhir.
Seiring berakhirnya jam pelajaran,
pertahanan Umma mulai runtuh.
Kepalanya pening hebat, pandangnya
mulai kabur membuat apa yang dilihatnya menjadi bayangan saja dan tiba-tiba saja berubah menjadi hitam. Ia merasa ada yang mengalir di hidungnya, lututnya seakan lemas untuk menompang tubuhnya. Hingga akhirnya Umma ambruk di depan kelas. Umma Pingsan.Brukk
Semua terkejut tak kecuali Gus Ali.
Ica yang berada didekatnya langsung
menepuk-nepuk pipi chubby milik
Umma. Raka yang melihat Umma
pingsan langsung berlari dari tempat duduknya."Umma bangun!! Jangan bikin gue takut dong," ucap Raka yang sedabg mengelap darah yang terus mengalir di hidungnya menggunakan seragamnya.
"Ayoo kita bawa UKS!! Raka kamu panggil bang Misbah dia lagi kerja di warung sebelah." Perintah Ica kepada Raka.
"Ayoo gue bantu bawa Mifta ke UKS," ucap ketua dan wakil ketua kelasnya.
Gus Ali merasa bersalah atas kejadian ini. Ia tak menyangka akan seperti ini.
............
Pemandangan yang pertama ku lihat adalah Kak Misbah dan Kak Zein
yang sedang khawatir dan disebelah kiri melihat Ica yang sedang menangis dan Raka yang sedang menundukkan kepalanya."Kakak kalian kenapa disini?" tanya
Umma dengan lirih."Lo udah sadar? Ada yang sakit ngga? Mau minum ngga?" Raka yang sedang menundukkan lalu mendengar suara Umma lalu menghampiri nya.
"Lo kalau ngomong pelan-pelan dong."
"Gue khawatir Umma. Ini aja gue
abis diceramahin sama abang lo gara-gara gue gak bisa bantu.""Lo bisa lihatkan? Gue gapapa jadi
ngga usah panik," ucap Umma terkekeh pelan."Ayo makan dulu dek. Ini Kakak bawa nasi sama ayam dari warung," ucap Misbah sedang membuka plastik.
"Tahu aja kalau aku lagi laper."
"Asalamualaikum," ucap orang dari luar.
Aku mebelalakkan melihat Gus Ali
masuk. Tuh orang mau ngapain sih?
Kurang puas gitu nge hukum gue sama Ica? Jujur, aku masih kesal sama dia udah mah songong sok ganteng lagi."Walaikumsalam," ucap mereka semua yang berada diruangan.
"Udah sadar lo? Pinter banget ya lo akting nya. Nanti kalau lo dapet hukuman lagi lo pura-pura pingsan lagi aja sampe pacarnya dateng lagi," ledek Gus Ali sembari menatap tajam wajah Umma yang pucat.
Brakk
Suara gelas yang di banting oleh Misbah.
"Maksud lo apaan ngomong begitu?"
teriak Misbah sembari membanting
piring yang berisi makanan.Umma menundukkan kepalanya ia baru saja melihat kakaknya yang biasa lembut kepada semua orang sekarang dia memperlihatkan bahwa dia sedang marah.
"Gue gak ada apa-apa sih, pengen ngasih tahu aja percuma pake hijab syar'i tapi pacaran," jawab Gus Ali dengan santainya.
"Ica dan Raka bawa Umma ke kelas ya." perintah Zein.
03 Desember 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Semesta Berucap
Spiritual[ ROMANCE~ SPRITUAL~CHICKLIT] ***** Miftahul, seorang gadis yang terbiasa bersikap sesukanya, kalau kata anak muda sekarang mah bar-bar. Memiliki teman sesosok lelaki idaman yaitu teman masa kecilnya yang bahkan tidak dia sadari kehadiran nya. Ketik...