Part 26

90 30 14
                                    

Happy Reading😇

Tok tok tok

Zahra menolehkan kepalanya yang sedari tadi menghadap cermin yang terbuat dari kayu jati.

"Masuk saja! Pintu ngga saya kunci,"
ucapku. Sebelumnya aku memang meminta waktu untuk sendiri dulu.

Ternyata Miftah. Malaikat tak
bersayap selain Umi yang selalu
untukku. Kupandang Miftah dengan wajah kesal yang selalu ku tampilkan ketika aku dan Miftah bertemu.

Miftah berjalan mendekatiku senyuman yang tidak pernah ia lupakan.

"Lagi ngapain lo? Udah gak usah nangis, bukannya lo pengen banget pacaran sama kak Bima kan? Sekarang udah tinggal ngomong 'sah' udah jadi," ucap Miftah sembari menepuk bahu Zahra.

"Sakit Miftah!!!"

"Baperan banget sih."

"Zahra," kata Miftah sembari
menuntunku ke arah tepi kasur
pengantin. Dengan tatapan mata
yang menyendu. Menyakinkan bahwa akan baik-baik saja.

"Sahabat gue udah tambah besar ya?
Sebentar lagi lo udah jadi istrinya kak Bima, surga lo sekarang bukan di umi lo lagi sekarang, tapi di kak Bima. Lo harus berbakti ke kak Bima, perlakukan dia dengan baik. Walaupun dia nyakitin kamu tidak sengaja ataupun sengaja. Kalau ada masalah sama dia lebih baik kau diam sembunyikan dari orang lain ataupun orang tua lo. Tapi gue mohon kalau ke lo perlakuin dia dengan baik
Gue mau lo jadi istri sholehah, patuhi perintah kak Bima selagi tidak menentang ajaran Agama, jaga kehormatan kak Bima. Huuna
libaasun lakum, wa antum libaasun
lahum. Istri adalah pakaian suami, dan suami adalah pakaian istri. Lo ngerti kan?"

Zahra mengeratkan pelukannya kepada Miftah. Air matanya yang mulai menetes membasahi wajahnya yang sudah di make up itu, untuknya waterproof.

Miftah memandang Nur yang sedang masuk ke dalam kamar Zahra, tengah memandang Zahra dengan tatapan sendu.

"Sttt ... Masa lo begitu aja nangis? Mana Zahra nya bar-bar? Tunjukin ke orang lain bahwa lo bisa, nerima takdir ini!" ucap Miftah sembari melepaskan pelukan Zahra.

"Kok di lepas sih pelukannya? Yaudah gue sama Nur aja," protes Zahra dengan bibir nya ke bawah.

"Yaudah terserah! Gue mau benerin kerudung gue dulu ya."

Sekarang gantinya Nur yang memberikan sedikit wejangan untuknya. Aku tak menyangka mempunyai kedua sahabat yang sangat menyanyanginya selain orang tuanya.

Apakah aku sanggup menjalani ini? Dengan sikap kak Bima yang seperti itu? Apakah aku bisa menjadi seperti apa yang mereka harapkan?

Bismillahh ... Bantu hamba, ya Allah.
Allahumma yassir, wa laa tu'assir.
Semoga engkau memudahkan dan tidak menyulitkan.

................

"Tess ... Satu ... Dua ... Tiga ...."

Suara MC sudah mulai terdengar,
membacakan satu persatu urutan acara pada siang hari ini.

"Ah! Senengnya nih yang sebentar lagi, mau jadi nyonya Bima," goda Miftah membuat pipi Zahra bersemu.

"Sssttttt!!!" lerai umi Zahra kepada Miftah.

Miftah terkikik. "Hehehe. Maaf ummi."

Zahra segera menghapus jejak
air matanya kemudian tertawa pelan.

"Saya terima nikah dan kawinnya
Zahra Amelia binti Suhendra dengan seperangkat alat sholat serta emas
50 gram dan uang tunai sebesar
20 juta, dibayar tunai!"

Dan kalimat yang berasal dari suara
itu sukses membuat jantung Zahra bertalu-talu.

"Bagaimana para saksi sah?"

Deg! Deg! Deg!

"Sah!!"

"Alhamdulillah," ucap umi Zahra, disusul oleh Miftah dan yang lainnya.

"Selamat ya, Sayang. Hari ini umi
bahagia sekaligus sedih, karena anak umi yang pertama sudah menikah, dan sedih ngga ada yang ngurusin adek kamu kalau umi sibuk," tutur Umi Zahra sembari menitikkan air matanya.

"Ummi maafin Zahra ...." Zahra memeluk umminya sembari ikut menangis.

"Untuk gue minta sama tukang riasnya make up waterproof, kalau udah luntur terus tuh make up," celetuk Miftah yang melihat dari tadi nangis.

"Itu bilangin jangan nangis lagi, matanya tambah sembab nanti pas foto-foto matanya ngga keliatan," ucap Nur sembari terkekeh.

"Sudah, sudah. Ummi bisa minta bantuan sama abi kamu, kamu udah jangan nangis terus kasihan itu sama mata kamu. Sekarang itu hari bahagia kamu bukan hari sedih!"

"Iyaa Ummi."

"Mempelai wanita di persilahkan
untuk turun menemui mempelai sangat pria."

Semua pasang mata yang ada di ruangan itu serempak menoleh dan menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Termasuk, Bima yang kini mematung menatap sang 'istri' yang sedang berjalan kearahnya dibantu oleh Miftah dan Nur dibelakangnya.

Seolah tidak ada hal menarik yang lebih menarik dipandangnya selain
Zahra yang kini telah terlihat sangat cantik dengan balutan setelan kebaya
serba berwarna putih.

Zahra duduk bersebelahan dengan
Bima yang masih tersenyum lebar.

Setelah proses penukaran cincin,
Zahra mencium tangan suaminya,
dilanjutkan dengan Bima mencium kening sang kekasih halal nya itu.

"Terimakasih sudah menerima perjodohan ini, dan terimakasih juga sudah bersedia menerima pernikahan
ini dan menjadi istri saya dengan
ikhlas," bisik Bima kepada Zahra sembari tersenyum lembut.


🌷🌷🌷🌷🌷

Happy wedding buat Bima dan Zahra

Selamat malam minggu bagi yang punya pacar, yang gak punya pacar
masih ada gebetan kok.

Jangan lupa juga vote&coment

27 Februari 2021

🌷🌷🌷🌷🌷

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang