Part 37

48 8 7
                                    

Happy Reading😇

Zahra umurnya yang baru saja dua puluh tahun itu sebentar lagi akan mendapatkan status janda muda. Walaupun rumah tangganya hanya berjalan 5 bulan saja, tapi itu bisa menjadikannya contoh supaya tidak terulang kembali.

Menikah muda itu harus mempunyai ekstra tenaga dan pikiran yang sangat kuat, kalau lemah mungkin nasibnya akan seperti diriku ini.

Menurut kalian semua, aku bersedih ketika mengetahui bahwa Bima selingkuh sedikit? Karena bersedih tidak akan mengubah semuanya dibandingkan bersedih karena diselingkuhi. Jujur, aku lebih memikirkan omongan dan sudut pandang orang-orang yang mengetahui tentang berita aku dan Bima. Apalagi  keluarga besarnya Bima, saat aku akan pulang dari rumah mertuaku itu tatapan dan omongan yang membuat ku seperti orang yang sangat bersalah karena masalah yang menimpa keluarga kecilku ini. Alhamdulillahnya, masih ada yang memihak diriku walaupun bisa dihitung oleh jari.

Sungguh sangat membuat kepala pusing dan batin pun ikut-ikutan sakit apalagi sebentar lagi ia akan mengucapkan sumpah dan mendapatkan gelar doktor. 

Ah, sudahlah lupakan semua masalah hari ini lebih baik jalan-jalan ke mall itung-itung menghilangkan stress.

Zahra dan Miftah sedang berdiri di mall yang lumayan sangat terkenal di Sumedang. Berhubung ini adalah jam makan siang restoran semuanya hampir penuh oleh  orang-orang yang sedang kelaparan.

Zahra sedang sibuk mengadarkan tatapannya. Mencari-cari restoran yang lumayan sepi pengunjungnya.

Jika boleh jujur Zahra sangat membenci ke mall karena apa? Karena disana makanannya mahal lebih baik makan di nasi padang depan rumah sakit langganan Zahra dan Miftah kalau jam makan siang.

"Gue mau beli Donkin Danuts, lo mau beli apa?" tanya Miftah dekat telinga Zahra yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Apa?" tanya Zahra sembari menutup telinganya karena terkejut.

"Gue mau beli Donkin Danuts, lo mau beli apa?"

"Samain aja, jangan lupa disana numpang wifi."

"Sudah pasti itu mah."

Selang beberapa menit makanan yang tadi mereka sudah pesan akhirnya selesai juga. Miftah langsung mencari-cari tempat duduk untuk mereka berdua.

"Lo bukannya nyari tempat duduk gitu malah ikutan antri," protes Zahra karena merasa kesal karena mereka hanya kebagian tempat duduk di luar.

"Gapapa lah enak tahu diluar, pakenya AC alami."

"Iya tapi masalahnya disini bau rokok, gue males."

"Yaudah tinggal tutup aja hidungnya atau nggak sana masuk, orang tempatnya penuh semua sama anak-anak kuliahan dan orang yang lagi pada makan siang abis meeting disini."

"Untungnya gue teman, bukan orang tua mu."

"Kalau lo jadi orang tua gue gimana?"

"Gue nya gak mau!"

"Iya kenapa?"

"Iya guenya nggak mau."

"Kenapa?"

"Mana gue tahu, gue kan ikan."

"Terserah kau, gue gak mau ngomong sama lo."

"Itu lo ngomong sama gue bukan?"

"Terserah kau deh, gue pusing ngomong sama lo."

"Pusing itu minum obat bukannya curhat."

.....................

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang