Part 30

87 22 0
                                        

"Ujian dan musibah datang, agar kita bisa mengerti akan nilai hari-hari yang menegangkan,
yang telah kita lalui, yang mana dalam keadaan itu kita tidak langsung memuji Allah akan nikmat itu."

Happy Reading🙂

Aku hanyalah wanita biasa yang hanya bisa bersabar dan berjuang demi rumah ini, kalau kalian bertanya, apakah saya bisa menghadapi cobaan ini? Saya akan menjawab insya Allah karena hidupku sudah takdirnya seperti ini jadi saya harus gimana coba? Ingatlah setiap cobaan pastinya ada jalan untuk menyelesaikan semua masalah ini bukan? Kenapa harus menyerah? Sebelum kita berjuang? Kalau sudah menyerah lebih baik untuk tidak usah memilih membangun rumah tangga saja kalau begitu bukan? Ketika cobaan itu datang kalian lebih baik memilih untuk menghindari bukan untuk berjuang. Ingatlah membangun rumah tangga tak segampang bermain rumah-rumahaan saat saya masih kecil dulu.

Inilah hidup ketika kita menghindari suatu masalah, masalah itu akan menumpuk mungkin bisa menjadi gunung kalau kalian selalu menghindarinya bukan berjuang untuk mengalahkan dan menyelesaikan masalah ini.

Zahra terduduk lemas di atas tempat tidurnya. Rasanya dia ingin menolak lamaran ini tapi dirinya tidak bisa melihat orang tuanya bersedih karena dirinya sudah menolak pasangan yang dipilihkan oleh orang tuanya yang sudah mengurus dirinya sejak kecil sampai saat ini.

Suara ketukan dari pintu masuk yang terdengar sangat kencang membuat Zahra tersadar dari lamunannya lalu membersihkan air matanya yang mulai menetes itu menggunakan selimut yang berada di sampingnya.

Tok ... Tokk ... Tokkk ....

"Cepetan buka pintunya woyy!!" teriak lelaki yang berada di depan pintu rumah.

"Berisik amat si lo! Ngga tau udah malam ngga usah teriak-teriak bikin telinga gue sakit tahu?" omel Zahra sembari menutup pintu dengan kencang.

Brakk..

"Bisa ngga sih kalau tutup pintu yang pelan. Bisa-bisa pintu nya rusak kalau tutup kayak tadi lo, pelan-pelan dan anggun kalau tutup pintu itu," ucap Bima sembari berjalan dengan sempoyongan.

"Emang lo tadi ngetuk pintu pelan-pelan gitu? Gue lagi tidur cantik ke ganggu cuman gara-gara lo pengen masuk lain kali kalau pulangnya malam mending ngga usah pulang kesini nginep aja dirumah temen mu itu. Nyusahin tahu ngga?!"

"Berisik banget ya, mulut lo ini."

"Terserah gue! Mulut gue ini bukan mulut lo."

Bima dengan gesit menarik zahra, mendorong hingga punggungnya terbentur pelan ke tembok.

Kemudian dengan kedua lengannya
Bima mengungkung tubuh kecil wanita itu, harum bunga mawar masuk kedalam indra penciumannya.

Napas Zahra sesak, matanya sudah berair sejak tadi saat wajah Bima sudah sangat dekat dengannya dan bau alkoholnya semakin membuat Zahra ingin muntah.

Namun Bima seakan menghiraukan hal itu dan tanpa basa basi lagi dengan pelan Bima menunduk dan mengecup pelan bibir Zahra.

Zahra ingin berontak tapi percuma saja, kekuatan laki-laki dan perempuan itu sangat berbeda bukan? Dia tidak membalas ciuman itu malah sebaliknya dirinya sedang ingin memuntahkan semua yang ada didalam perutnya itu.

Bima merasa kesal karena ciuman itu tidak mendapatkan balasan dari Zahra. "Balas kek. Lo harus nurut sama suami dong! Apa jangan-jangan lo belum pernah ciuman sedikitpun?"

"Gue itu mahal tahu! Bukannya lo alhamdulillah gitu, dapet cewek kayak gue gak kayak diluaran sana."

"Masalahnya ngga berpengalaman dalam hal ini."

Ketika Semesta BerucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang