Happy Reading😇
"Pintunya nggak dikunci?" tanya Bima dari dalam mobil dan sudah siap untuk berkerja bersama dengan istrinya. Bima sudah sangat rapih sejak jam lima shubuh dengan setelan baju dokternya.
Zahra yang sudah berdiri didepan mobil mobil menepuk jidatnya sendiri, bisa-bisanya ia lupa mengunci pintu rumah. Bisa-bisa rumahnya kemalingan.
"Ini gue titip tas sama buku gue, gue ambil kuncinya dulu didalam."
Bima mengangguk pelan. Zahra sudah berbalik lagi masuk ke dalam rumah. Sedangkan Bima sedang sibuk dengan ponselnya.
"Handphone terussss!!!" sindir Zahra dari luar.
Bima terkekeh, menatap wajah sang istri yang ada didepan mobilnya dengan wajah yang sedang badmood itu membuat Bima ingin mencubit pipinya tapi ia urungkan niatnya itu daripada harus mendengarkan omelan dari istrinya itu. Setiap harinya itu istrinya tidak akan pernah lupa mengomeli karena masalah kecil ataupun besar.
Zahra masuk kedalam mobil Bima. Zahra sedang sibuk membenarkan kerudungnya yang sedikit miring karena tertarik saat ia memakai sabuk pengaman.
Bima yang melihat Zahra yang sedang fokus membenarkan kerudungnya itu tiba-tiba saja mendapatkan ide yang sangat bagus untuk membuat istrinya kesal.
Beberapa menit kemudian Zahra baru saja selesai membenarkan kerudungnya dan melirik ke arah suaminya yang sedang tersenyum misterius itu.
"Kok belum berangkat sih? Kenapa juga senyum kayak joker ke sambet petir?" tanya Zahra.
"Sebentar," ucap Bima sembari mendekatkan wajahnya ke hadapan Zahra, yang membuat jantung nya jedag jedug. "Kamu tambah cantik ya?" Bima tersenyum dan mengacak gemas kepala Zahra. Zahra yang mendengarnya ingin rasanya muntah di depan wajah suaminya itu. "Buaya lo! Bukannya cepat berangkat malah ngegombal."
Bukannya marah karena perkataan sang istri. Bima malah tersenyum menatapnya yang membuat Zahra heran melihat suaminya sendiri.
"Sepertinya suami gue benaran kerasukan, joker ke sambet petir deh?" tanya Zahra dalam hatinya.
"Nanti jam makan siang, datang ke ruangan aku ya."
"Ngapain? Gue udah ada janji makan bareng sama Miftah."
"Sama aku dulu ya. Miftah nya juga bakalan makan sama Agung, kamu mau jadi syaiton diantara mereka berdua?"
"Enak aja gue dikatain syaiton."
Bima tertawa geli. Lantas mengecup pipi Zahra yang membuat Zahra mematung.
"Aku sayang kamu," bisik Bima ke telinga kanan Zahra.
"Gue mah nggak!"
"Gapapa kok. Yang penting kita udah halal dan aku nggak takut kamu di ambil sama orang lain, selain aku."
"Udah cepetan berangkat! Gombal terus."
"Tapi senang kan?"
"Nggak."
..........................
Wajah Zahra memberengut begitu sampai rumah sakit. Sedangkan Bima yang berada disisinya tersenyum ke semua orang yang menyapanya.
"Bukannya mereka udah cerai ya? Kok berangkat nya bareng begitu?"
"Katanya mereka udah baikkan, padahal gue hari ini dandan cantik buat godain dokter Bima."
"Kenapa mereka berdua nggak bercerai aja ya, padahalkan si Zahra itu toxic banget."
"Itu lihat aja si Zahra sekarang caper banget sama dokter Bima."
Begitulah celotehan para suster-suster yang sedang duduk di koridor rumah sakit. Zahra yang mendengar celotehan mereka semua hanya bisa menghela napas kasar ia padahal ingin membalas semua omongan dari mereka semua tapi ia teringat tentang status yang hanyalah coast dirumah sakit ini yang sebentar lagi akan lulus berarti dia harus berpura-pura menjadi orang baik dulu.
"Kalian daripada ngerumpi begitu lebih baik bereskan barang-barang bekas kalian racik obat. Nggak enak di lihatnya tahu!" ucap Bima tanpa menatap lawan bicaranya, karena dia lebih memilih melihat bidadari di sampingnya dibandingkan melihat manusia didepannya yang menyerupai syaiton itu.
"Baik dokter!" jawab mereka bertiga.
Sedangkan Agung dan Miftah mereka berdua sedang sibuk menyiapkan diri mereka sendiri, untuk melakukan presentasi nya. Seharusnya yang melakukan presentasi ialah Nur karena ia sedang mengambil cuti dikarenakan ada masalah yang menimpa keluarganya.
"Dokter! Menurut dokter siapa yang ngirim gambarnya dokter Bima sama mbak Lala?" tanya Miftah sembari mengambil satu buah kotak dari dalam paper bag.
"Gak tau," jawab Agung santai.
"Masa si nggak tau?
" Iya."
"Dokter Agung!"
"Apa?"
"Gapapa deh."
Helaan napas terdengar lolos dari Agung. Agung sebenarnya sekarang sedang sibuk memikirkan masalahnya dengan orang tuanya yang selalu memaksakan kehendak mereka tanpa bertanya kepada dirinya bisa melakukannya atau tidak. Tetapi melihat Miftah berada disampingnya rasanya sangat sakit, rasanya ia ingin berkata bahwa 'aku adalah Agung sahabat masa kecilmu' tapi ia urungkan niatnya karena seminggu lagi hari dimana para coast akan melaksanakan sumpah mereka sebagai seorang dokter.
"Daripada gue mikirin hal-hal yang nggak penting lebih baik beli ngopi enak nih, tapi masalahnya tugas-tugas gue masih banyak. Apa, gue nyuruh Miftah aja ya?" tanyanya dari dalam hati.
"Miftah. Bisa kamu belikan saya kopi hitam dikantin?" perintah dari Agung, kepada Miftah sembari melanjutkan pekerjaannya lagi karena sebentar lagi seminar akan dimulai.
"Baik dokter," jawab Miftah sembari membawa satu buah kotak kecil.
"Itu apa?"
"Ohh ini, salad buah dokter mau? Kalau mau besok Miftah bawain ya. Karena sekarang udah banyak yang pesen."
"Kamu jualan? Kalau iya saya satu, kalau gaenak uangnya bisa dibalikin lagi kan?"
"Semua makanan yang Miftah buat dijamin rasanya bikin nagih deh."
"Kamu jualan tahu crispy lagi nggak?"
"Kalau itu Miftah nggak bisa, karena yang biasa buat itu Ayah, kak Misbach sama kak Zein doang."
"Yaudah saya pesan itu aja, besok jangan lupa dibawa ya."
"Gak bakal lupa di bawa kok, karena udah banyak yang pesan buat besok."
.....................
Selesai sholat maghrib dan mengaji sebentar, Zahra melipat mukena dan pergi menuju dapur. Ia mengambil bahan yang diperlukannya dan memilih membuat kwetiau goreng dan nugget goreng yang berada di dalam kulkas.
Zahra tersenyum bahagia ketika masakan yang ia buat sudah terhidang, pandangannya jatuh kepada Bima yang sedang sibuk menatap dirinya.
"Ngapain ngeliatin gue terus?" tanya Zahra sembari matanya mendelik ke arah Bima.
"Emang kenapa? Sama istri sendiri ini."
"Gak boleh lah."
"Kenapa takut baper ya?"
"Apasih?"
🌹🌹🌹🌹🌹
Dah ah, itu aja duluu
Ketemu di part selanjutnya!!See ya💜
🌹🌹🌹🌹🌹
30 Juni 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Semesta Berucap
Spiritual[ ROMANCE~ SPRITUAL~CHICKLIT] ***** Miftahul, seorang gadis yang terbiasa bersikap sesukanya, kalau kata anak muda sekarang mah bar-bar. Memiliki teman sesosok lelaki idaman yaitu teman masa kecilnya yang bahkan tidak dia sadari kehadiran nya. Ketik...