3 juni 1986
Anak laki-laki berumur 6 tahun, berlari dengan lincah masuk ke dalam rumah Malfoy Manor sambil membawa banyak bunga matahari dari dalam tas manik-manik nya.
Dia mendekati saudara kembar nya yang sedang membaca cerita dongeng, diatas sofa yang berada di dekat perapian, sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Draco.
"Baca terus, apa tidak bosan bagi mu?" Draco mengeluh dengan suara pelan, mengawasi mata saudara kembar nya yang sibuk membaca dongeng anak-anak.
(Y/N) memutar mata nya malas, "Aku tidak pernah bosan, karena aku suka baca."
"Tapi kenapa.." Draco berbisik kearah telinga gadis itu, "Tapi kenapa...kamu tidak mau bermain lagi dengan ku?"
Seketika wajah (Y/N) memucat sedih, "Aku iri dengan mu, kamu selalu menyombongkan diri karena kamu pintar dan bisa melakukan sihir!"
"Kamu juga bisa. Kamu juga penyihir, sama seperti ku." Draco membelai rambut saudara kembar nya dengan lembut, berusaha mengikat rambut saudara kembar nya dengan asal-asal an, dan menempelkan bunga matahari di rambut pirang gadis itu.
Draco mengambil cermin berwarna merah muda dari dalam tas manik-manik nya.
"Cantik, kan?" Draco mengarahkan cermin mungil itu di depan wajah gadis itu.
(Y/N) melihat rambut panjang nya yang dikelilingi oleh bunga matahari yang mekar dengan cerah.
Draco mengharapkan gadis itu akan menyukai rambut nya yang terlihat manis karena dikelilingi bunga matahari, tapi ternyata tidak.
Wajah gadis itu semakin pucat pasi, dan berusaha melepaskan segala bunga yang ada di daun nya, "Ini sihir lagi, kan?"
"Kumohon jangan melepaskan nya. Kamu sangat manis dengan itu." Draco berkata dengan sedih, berusaha memasang bunga matahari itu di sekeliling rambut pirang saudara kembar nya.
"Aku sudah muak dengan sihir," (Y/N) berkata dengan wajah yang mendadak bersimbah air mata, "Aku tentu tidak bisa menjadi hebat dengan sihir. Aku tidak bisa melakukan sihir keren seperti mu!"
"Tentu kamu bisa, kamu seorang penyihir." Draco berkata semakin sedih, dan berusaha menghapus air mata di wajah saudara kembar nya, "Dan kita akan sekolah bersama-sama di sekolah sihir Hogwarts—"
"Bermimpilah!" Terdengar suara Bellatrix dari dapur yang sedang tertawa dengan terbahak-bahak, "Astaga Cissy, anak mu si (Y/N) benar-benar bodoh sekali! Dia akan menjadi seorang Squib."
"Tidak—anak ku—(Y/N)—dia benar-benar pintar. Aku ibu nya, dan aku mengenal nya, Bella." Terdengar suara parau dari ibu nya Narcissa Malfoy.
"Dia akan menjadi anak yang mempermalukan keluarga garis murni tertua seperti kita!" Suara Bellatrix semakin nyaring dan keras, "Kita harus segera menghapus nama anak mu, si (Y/N) dari pohon keluarga, Cissy....sebelum terlambat.."
"Kubilang tidak!" Lucius berseru dengan suara keras, "Kau tidak berhak mengatur. Dia masih berumur enam tahun. Dia Putri-ku, anak kesayangan ku. Aku tidak mungkin-"
"Sudah cukup Lucius!" Teriak Bellatrix dengan suara marah, "Kau tahu apa isi Ramalan itu? Bagaimana pun juga, anak perempuan mu akan mati di tangan Pangeran Kegelapan!"
"Pangeran Kegelapan sudah pergi!" Balas Narcissa dengan suara getir, dan terdengar suara isak tangis dari Narcissa.
"Aku tidak percaya kau berkhianat dengan Pangeran Kegelapan." Bellatrix berkata dengan suara kagum, "Anak perempuan mu tidak pernah berguna, dan dia akan mati, tunggu sampai dia berumur tujuh belas tahun. Itu adalah isi ramalan nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
IDENTITY | d. malfoy
Fanfiction17+ Everyone knew, she's something... with Draco. But, you sure you want to judge them? You don't know their background. | BAHASA INDONESIA | *** 2021 © graceeen1 don't copy my story and be a smart reader.