"Ada apa ya?" Nadine datang, berjalan layak nya seorang model profesional, memakai baju tank top crop, sehingga kelihatan jelas perut nya, dengan celana jeans yang sangat pendek sekali.
"Kalau tidak salah, aku merasakan bahwa kalian berdua sedang membicaran ku?" Nadine berkata dengan penuh percaya diri, mengibas rambut pirang panjang nya dengan sok cantik untuk menarik perhatian Draco.
"Yeah, memang," Steph berkata pelan, menutup buku-buku nya, dan beranjak berdiri, "Draco mau berhubungan intim dengan mu, Nadine. Ogah sekali jika aku ikut campur dengan urusan kalian."
"Kata siapa!" Gertak Draco dengan muram, ekspresi Nadine berseri-seri sekali, berpikir bahwa tampaknya pakaian nya kurang seksi, "Dengar, Nadine—aku tidak mengatakan hal itu sama sekali. Bisakah kau menjauh dari ku, Nad—" Draco memasang wajah geli, berusaha menjauh dari Nadine yang mencari perhatian, dengan cara dekat-dekat dengan Draco.
"Kau sendiri yang mengatakan nya, Draco," Steph tertawa puas sekali, "Sudah, jangan malu, jangan sungkan, lakukan saja se puas kalian. Aku tidak mau ikut campur. Bye!"
Steph berlari ke kamar dengan tertawa puas sekali karena Nadine terlalu cepat percaya bahwa Draco benar-benar ingin berhubungan intim dengan nya. Tetapi kalau di pikir-pikir kasihan juga dengan Draco yang kelihatan nya mengalami tekanan batin karena terakhir kali Steph melihat Nadine yang mencoba mengecup bibir Draco.
"Mum!" Seru Steph ketika dia melihat ibu nya yang setengah jalan melewati kamar nya, "Aku ingin menanyakan hal penting kepada mu."
"Satu pertanyaan saja?" Narcissa mengangkat sebelah alis nya, mengamati ekspresi bingung dari Steph, "Tidak, aku hanya bercanda. Seratus pertanyaan juga tidak apa-apa."
"Jadi apa yang mau kau tanyakan?" Tanya Narcissa ketika mereka berdua sudah berada di kamar Steph, "Apakah itu begitu serius?"
"Yeah, cukup serius kurasa," Steph berkata dengan suara cemas, "Oh astaga, Mum. Kau pasti tahu maksud ku apa. Aku sangat membenci Nad—untuk apa mahkluk Squib kotor macam nya tinggal disini? Aku sudah muak selama 2 minggu ini harus membagi kamar ku bersama Nadine."
"Karena kupikir dengan cara itu, akan membuat kalian akan menjadi akrab layak layaknya seorang saudara."
"Akrab? Hahaha, omong kosong," Ketus Steph dengan mulut yang lancang kepada ibu nya, "Lebih tepatnya kau senang melihat ku tersiksa dengan mahkluk caper ada di dalam rumah ini. Aku lebih baik tinggal di rumah keluarga angkat ku dari pada—"
"Jangan berbicara seperti itu lagi!" Gertak Narcissa dengan berang, "Dengarkan baik-baik, (y/n). Nadine juga saudara mu. Dia akan tinggal di rumah ini juga, mengapa kau sangat membenci nya? Draco tampaknya mudah-mudah saja akrab dengan Nad—"
"TIDAK AKAN! AKU TAK SUDI!" Potong Steph dengan suara keras-keras kepada ibu nya, "Aku tidak akan pernah menerima kedatangan mahkluk monyet tak tau adat seperti Nadine. Lagi pula bagaimana bisa seorang Squib kotor menjadi saudara ku? Apakah Mum sudah tidak waras lagi? Kita keluarga darah murni terkaya dan tertua setelah keluarga Black. Seharusnya Mum ingat itu—"
"Dengarkan ibu bicara sampai selesai, (y/n)!" Bentak Narcissa dengan luar biasa marah, "Kau adalah saudara kembar Nadine. Mum dan Dad dekat dengan ibu kandung mu, Alice Rosier karena ibu mu saat itu adalah keluarga darah murni tertua dan terkaya, tetapi dia lebih memilih menikahi seorang Muggle miskin. Dia melahirkan anak kembar, dengan nama yang sama, yaitu kau (y/n) Alexandra Stephanie Maklakov, dan adik mu (y/n) Nadezhda Maklakov. Alice—ibu kandung mu lahir di saat yang sama saat aku melahirkan Draco. Waktu, dan menit yang sama persis.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDENTITY | d. malfoy
Fanfiction17+ Everyone knew, she's something... with Draco. But, you sure you want to judge them? You don't know their background. | BAHASA INDONESIA | *** 2021 © graceeen1 don't copy my story and be a smart reader.