Steph membuka mata nya perlahan, pandangan nya tidak begitu baik, wangi karbol yang khas sekaligus seperti wangi Rumah Sakit. Dengan pandangan nya yang buram, dia hanya melihat ruangan dengan lampu yang amat terang, tetapi kenyataan nya benar kalau dia sedang berada di salah satu ruangan Rumah Sakit ketika dia sudah megucek-ucekkan mata nya, dan dapat melihat jelas seisi ruangan yang sepi, tidak ada orang sekalipun kecuali dirinya.
Dia terbaring diatas tempat tidur Rumah Sakit, dengan infus di tangan kanan kiri nya. Kepala nya sangat pusing sekali, seluruh tubuh nya kelewat lemas dan tidak bertenaga bahkan hanya untuk sekedar mengangkat sebelah tangan nya.
Steph mencoba berulang kali mengingat apa yang baru saja terjadi. Dia hanya mengingat bahwa dia terakhir kali muntah-muntah saat di rumah nya, dan dia sudah kehilangan kesadaran nya saat itu karena sangkin lemas nya.
Saat dia ingin mengingat ulang lagi apa yang terakhir kali dia rasakan dan mengapa dia bisa berada di tempat ini, tiba-tiba saja Narcissa datang dengan wajah muram sekali, menutup pintu kamar Rumah Sakit itu dan berubah menjadi tersenyum pucat ketika dia telah mengetahui Steph yang sudah bangun.
"Ada apa?" Steph bertanya dengan suara pelan sekali, berusaha tidak memerdulikan perut nya yang sudah berteriak kelaparan.
"Kau keracunan makanan, Sayang," Narcissa berkata sambil mengulurkan tangan nya untuk mengusap kepala Steph, "Tetapi tidak usah khawatir persoalan itu karena sudah ditangani juga. Paling cepat besok lusa kau bisa pulang dari tempat ini jika kau sudah sembuh."
"Hanya itu saja?" Steph memandang Narcissa dengan curiga, "Kalau begitu—kenapa aku bisa sampai keracunan? Bukan nya makanan ku dengan Draco sama saja? Lantas kenapa hanya aku yang keracunan?"
"Jujur saja, Sayang...aku dan ayah mu juga sudah berpikir lama sekali tentang itu dan kami pastikan bahwa kami sangat amat menyesal," Narcissa berkata dengan sedih, memandang tangan kanan Steph yang masih membengkak karena terkena sengatan ulat, sementara ada infus juga di kiri Steph.
"Sebenarnya ada apa dengan ku, Mum?" Steph berkata sambil menghela nafas letih, "Kau kira aku robot? Aku capek mengalami penderitaan terus menerus. Kenapa penderitaan selalu datang di hidup ku? Aku hanya mau bahagia kan, kenapa itu sulit?"
"Tidak, Sayang, tidak—maafkan ibu," Narcissa mengusap-usap rambut pirang Steph sambil meneteskan air mata nya.
"Mum tidak salah sama sekali," Steph berkata dengan perasaan bersalah nya karena telah membuat Narcissa menangis, "Aku hanya saja....aku hanya aja letih dan capek begini terus. Selama ini aku selalu tegar, kukira jika aku bersikap tegar, penderitaan itu akan tidak bermunculan lagi, tetapi kenapa semakin lama semakin banyak? Apakah wajar jika aku lelah?"
"Dengarkan—ibu tidak tahu siapa yang menaruh racun di dalam makanan mu—tetapi yang pastinya ibu dan ayah mu akan bersikap protektif mulai sekarang agar kejadian apapun tidak menimpa mu," Narcissa tersenyum pucat, dia bangkit berdiri ketika dia sudah mencium kening Steph, "Semoga cepat sembuh, Nak. Draco akan menemani mu semalaman disini, sementara ibu dan ayah mu harus kembali ke Malfoy Manor karena ada rapat Pelahap Maut bersama Pangeran Kegelapan."
Steph membalas tersenyum kepada Narcissa dan membiarkan ibu nya pergi meninggalkan ruangan itu.
"Draco," Narcissa berkata dengan suara pelan sekali ketika dia sudah menutup pintu ruangan Rumah Sakit itu rapat-rapat dan memastikan bahwa Steph tidak mendengar obrolan mereka berdua di luar ruangan nya.
"Mum—bagaimana—?" Draco berkata dengan suara gelisah, wajah nya benar-benar pucat sekali sekarang, menatap wajah Narcissa yang sama gelisah nya seperti dirinya.
"Untuk saat-saat ini, jangan dulu beritahu dia," Narcissa berkata parau sambil menghala nafas nya.
"Tetapi kenapa?" Draco berkata dengan suara yang semakin cemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
IDENTITY | d. malfoy
Fanfiction17+ Everyone knew, she's something... with Draco. But, you sure you want to judge them? You don't know their background. | BAHASA INDONESIA | *** 2021 © graceeen1 don't copy my story and be a smart reader.