"Orang itu ternyata aku. Aku kakak mu, Draco."
"Apa?" Draco mengerutkan kening nya, 5 detik kemudian dia tertawa cemooh, "Aku tidak mengerti apa yang ada di pikiran mu—kau menolak ciuman ku, lalu berkata kalau kau adalah kakak ku—sangat tidak masuk akal."
"Kita lahir tanggal 5 Juni 1980, aku lebih tua dari mu tiga puluh menit."
"Kau sedang bercanda?" Draco berkata dengan kesal, "Jujur saja Steph, selama kita pacaran, aku sangat risih karena kau terlalu obsessed mencari tahu tentang kakak ku, dari pada dengan ku."
"Aku sangat berpikir bahwa mungkin kau memanfaatkan perasaan ku selama ini untuk mencari informasi tentang kakak ku yang sudah meninggal—"
"Tapi aku kakak mu—tidakkah kau percaya itu? Kita tidak seharus nya pacaran." Isak Steph sambil terus menangis.
"Jika kau memang ingin putus dari ku—tidak masalah! Aku benci kenapa kau harus seperti orang idiot mengaku-ngaku bahwa kau adalah kakak ku."
"Draco tolong, kumohon," Steph menangis semakin kencang, dia meraih kedua tangan pucat Draco dan memegang kedua tangan Draco dengan gemetar, "Apa yang membuat mu tidak percaya bahwa aku kakak mu?"
Mata abu-abu Steph yang sudah memerah dipenuhi air mata, bertemu dengan mata dingin Draco yang berusaha untuk menahan ekspresi sedih nya.
Cukup lama mereka saling tatap dalam kemenangan, akhirnya Draco berkata, "Karena aku mencintai mu—aku memiliki firasat jika kau hanya menyukai ku, tidak lebih dari itu," Draco mulai meneteskan air mata nya, tetapi dia menahan nya cepat-cepat.
"Tidakkah kau mengerti bagaimana hancur nya aku sekarang?" Draco membuang muka dari Steph, dan menepis tangan kakak nya dengan kasar, "Sekarang pergi."
"Draco..." Steph menangis tersedu-sedu, "aku benar-benar baru mendapatkan ingatan ku, dan aku—"
"PERGI!" Draco berteriak dengan marah, Steph benar-benar terkejut karena dia tidak mengira jika tampak nya Draco benar-benar menangis, hal yang tidak pernah dia lihat bahwa satu fakta Draco sudah tidak menyembunyikan kesedihan nya lagi sekarang.
Steph berjalan mendekati Draco dengan hati-hati, dan memegang tangan jubah Draco dengan gemetar, "Draco, biarkan aku bicara sampai selesai, ini gila dan seharus nya kita tidak berpacaran."
"Kita bersama-sama akan melupakan kejadian, kisah cinta, pelukan, ciuman, sentuhan—kita akan kembali seperti kakak beradik. Kau akan baik-baik saja dengan itu, aku kakak mu, dan kita bisa kembali seperti dulu, kita kembar, Draco—"
"Kata siapa aku sudi memiliki kakak seperti mu?" Draco menoleh menatap Steph dengan wajah bersimbah air mata.
Draco mendorong Steph keras sekali membuat Steph nyaris terjungkal kebelakang, "8 tahun bukan waktu yang cepat. Kau dengan enteng nya melupakan segala yang pernah kita perbuat saat masa anak-anak kita,"
"KAU KIRA AKU MENGINGINKAN NYA?" Teriak Steph dengan frustasi, sambil mengacak-acakkan rambut keriting pirang nya.
"Jika kau benar-benar sayang dengan ku, kau seharus nya bersikeras menarik tangan ku untuk tetap di taman itu, tetapi apa? Kau tidak melakukan nya! Kau hanya menangis dengan tolol bersabar—dan menerima kenyataan kalau kakak mu meninggal!"
"KAU KIRA DENGAN MUDAH NYA AKU MENERIMA KENYATAAN KALAU KAU MENINGGALKAN KU SAAT UMUR KU TUJUH TAHUN?" Draco membalas dengan berteriak lebih keras dari kakak nya.
"Draco, kumohon, ini bukan salah kita..aku tidak mau kita saling menyalahkan. Draco, aku tidak mau seperti ini, tolong, kumohon.." Steph menarik tangan Draco, untuk membujuk nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDENTITY | d. malfoy
Fanfic17+ Everyone knew, she's something... with Draco. But, you sure you want to judge them? You don't know their background. | BAHASA INDONESIA | *** 2021 © graceeen1 don't copy my story and be a smart reader.