warning‼️‼️:
chapter ini akan menyebabkan emosi yang berlebihan dengan karakter utama nya, yaitu steph a.k.a (y/n) 😄
diharapkan bagi pembaca untuk tidak membanting hp nya, trims😁
***
Esok pagi nya, Steph sudah lebih dulu pergi keluar dari asrama menuju Aula tanpa mengajak Harry, Ron dan Hermione. Dia tampak lesu, dan sama sekali tidak bersemangat padahal nanti nya hari yang paling ditunggu-tunggu dari lama, dia akan menonton Quidditch Gryffindor lawan Slytherin.
Steph mengambil sendok dan garpu nya untuk memakan telur setengah matang yang dilapisi roti dibawah nya.
Harry mencuri pandang menatap Steph dengan tatapan aneh, Steph hanya fokus mengambil sendok dan garpu nya, dan memakan telur setengah matang yang dilapisi oleh roti dan sayur tanpa berbicara kepada Harry, atau paling tidak menatap Harry sedikit pun dengan sekedar menyapa nya.
"Steph, apakah kau sakit?" Tanya Harry dengan tatapan khawatir, sambil merapikan poni rambut Steph yang agak sedikit berantakan.
"Aku baik-baik saja." Steph berkata dengan lesu, menjauhkan tangan Harry dari wajah nya, yang membuat Harry semakin kebingungan atas sikap Steph yang sangat berubah.
"Ini pasti ada sangkut paut nya dengan persoalan Malfoy," Tukas Harry dengan yakin sekali, "Dia mengatakan hal apa tadi malam yang membuat mu seperti ini?"
"Tidak, dia tidak mengatakan apa-apa," Steph berkata dengan ekspresi agak jengkel sekali, "Sudah lah Harry, kubilang aku tidak mau salah satu dari kita membicarakan nya. Aku capek."
"Oke, baiklah," Harry berkata dengan pasrah bercampur bingung atas sikap dingin Steph sekarang, apakah dirinya telah sukses menyakiti hati Steph? Namun sepertinya tidak mungkin karena terakhir kali seingat Harry, hubungan mereka baik-baik saja.
Harry menatap Hermione dengan tatapan memohon
yang hanya dibalas oleh helaan nafas kasar seraya memutar matanya malas dan Hermione kembali membaca koran Prophet nya, dan tidak mau ikut ambil tindakan dengan kisah cinta mereka.Hermione sebetulnya sudah dari lama kesal dan gregetan dengan kisah cinta Harry dan Steph yang terlalu bucin dan jatuh nya terlihat seperti kisah cinta anak-anak bocah yang berusia berusia 10 tahun karena sangkin gajelas nya hubungan percintaan mereka bagi Hermione.
"Semoga berhasil, Harry—Ron," Steph berkata dengan suara pelan ketika dia sudah selesai menghabiskan makanan pencuci mulut nya, dan kali ini tampak nya dia terlihat wajah nya agak berkurang pucat nya karena dia sudah kenyang.
"Kau benar-benar tidak marah dengan ku, kan?" Tanya Harry yang kelewat khawatir sekali karena ini adalah hal tumbenan karena Steph tidak memanggil Harry dengan sebutan 'my seeety harry'.
Steph hanya mengangkat sebelah alis nya menatap Harry dengan tatapan biasa, tidak membalas perkataan nya, yang membuat Harry cepat-cepat berkata, "Slughorn juga mengundang aku dan Hermione untuk pergi ke pesta Natal nya—"
"So?" Steph menatap tajam Harry, ingin sekali rasanya Steph ingin berkata 'jadi, kau berpikir untuk mengajak Ginny ke pesta Natal nya sebagai pasangan mu, HAH?' tetapi cepat-cepat Steph mengurung niat nya untuk melontarkan hal itu, dan dia tidak ingin memicu keributan dengan Harry hanya karena dia cemburu.
"Maukah kau jadi pasangan ku nanti saat pesta Natal Profesor Slughorn—"
"Apa maksud mu berkata seperti itu?" Steph berkata dengan sensitif nya kepada Harry, "Kau selama ini menganggap aku apa? Selama ini aku pasangan mu, mengapa kau berkata hal itu? Apakah selama ini kau menganggap ku hanya sebatas teman? Karena kalau begitu aku akan sangat kecewa dan sedih—"
KAMU SEDANG MEMBACA
IDENTITY | d. malfoy
Fanfiction17+ Everyone knew, she's something... with Draco. But, you sure you want to judge them? You don't know their background. | BAHASA INDONESIA | *** 2021 © graceeen1 don't copy my story and be a smart reader.