"Kuperingatkan, bahwa aku hanya memberitahu mu sekali saja tanpa ulang (y/n)," Terdengar suara Voldemort yang mendesis di dekat telinga Nadine membuat sekujur tubuh nya seperti membeku, jantung nya berdebar cepat sekali.
Voldemort melemparkan tatapan sinis, berjalan mengelilingi Nadine yang sedang berdiri gemetar, "Jika kau tidak mau Ramalan itu terjadi kepada mu, tugas mu hanya mudah, kau perlu menyerahkan Harry Potter kepada ku dalam kurun waktu 1 minggu,"
"Maaf, Yang Mulia..." Nadine berkata dengan lirih, menatap Voldemort kentara takut sekali, "Bisakah aku..."
"Tidak!" Geram Voldemort, mata nya berubah menjadi merah, menatap tajam Nadine seakan dia akan membunuh nya sekarang juga, "Sudah kubilang bahwa aku tidak mau mengulang perkataan ku, (y/n). Laksanakan saja atau kau akan mati seperti isi Ramalan nya."
Nadine gugup tak karuan, bahkan sekalipun dia tak mampu menatap Voldemort karena gertakan nya yang mengerikan.
Yeah Nadine sekarang sudah tahu, alasan mengapa Steph tidak berani menginjak Malfoy Manor dan memilih untuk berpihak kepada Harry Potter. Jujur saja Nadine mengira kalau hidup nya akan lebih baik karena tinggal di rumah keluarga darah-murni terkaya di dunia sihir Inggris.
Kehidupan Nadine semakin suram ketika ada nya Voldemort di rumah itu. Tetapi malah sebalik nya, di sisi lain, kehidupan Steph malah semakin gembira.
Steph menyalakan radio yang memutar alunan lagu favorit nya.
Because I'm happy~
Clap along if you know what hapiness is to you~
Because I'm happy~
Clap along if you feel you like that's what you wanna do~
Menginap di tenda kembali bersama teman-teman nya. Berpacaran dengan Harry, mencari petunjuk selanjutnya untuk mencari dimana Horcrux-horcrux lain nya berada, adalah hal yang tak lebih dari mengasyikkan bagi Steph.
"Hunny bunny sweety udah janji kan sama Steph, kalau hunny bunny sweety bakalan terus setia sama Steph, dan tidak akan pernah meninggalkan Steph," Gadis yang sekarang berada di pangkuan Harry, memasang wajah cemberut di imut-imut kan kepada pacar nya.
"Janji dong, sayan—"
"Ihhh, so sweet!" Steph berkata dengan mata berbinar-binar, mengedipkan sebelah mata nya wink, menyubit pipi Harry dengan gemas.
Sementara disisi lain, Hermione hanya menggelengkan kepala nya keheranan menatap Steph dan Harry yang tampaknya tidak bisa diganggu keromantisan mereka yang gitu-gitu aja yang kesan nya cringe, tapi semakin bikin emosi jika Hermione lihat terus menerus.
"Kalau misal nya nih ya, aku beneran mati, GIMANA!" Steph membulatkan mata nya pura-pura menakuti, yang yeah, sebetulnya mau tak mau Harry sendiri harus berpura-pura shock supaya hubungan mereka baik-baik saja.
"Ihhh hunny bunny sweety kok diem aja sih!" Steph berkata dengan sebal, "Atau jangan-jangan, kalau aku emang mati, hunny bunny sweety malah kesenengan lagi—"
Tampak dari wajah Harry yang ketakutan kepada Steph dan segera Harry berkata, "Tidak sayang, tidak astaga. Tentu saja kau tidak akan mati karena Voldemort, oke? Jangan bilang begitu lagi!"
I said, because i'am happy~
Clap along if you feel like a room without a roof~
Because i'm happy~
Steph tampaknya tidak mendengarkan perkataan Harry sekali pun karena sangkin asik nya mendengarkan lagu. Steph bangkit dari pangkuan Harry, mengganti lagu yang lain di radio itu, untuk berjogat ria layak nya dia sedang konser di dalam tenda itu, tidak memerdulikan Hermione yang sedang sibuk membaca buku, mencari petunjuk Horcrux yang selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDENTITY | d. malfoy
Фанфик17+ Everyone knew, she's something... with Draco. But, you sure you want to judge them? You don't know their background. | BAHASA INDONESIA | *** 2021 © graceeen1 don't copy my story and be a smart reader.