29 | Pasar Minggu
.
.
.
.
"LO NGAPAIN DI SINI?!"
"Ya dengerin podcast lah." Balas Alfan dengan tampang watados. Tingkahnya yang menyebalkan itu membuat Sarah geram.
"Maksud gue itu, lo ngapain ngejogrog di depan gue?! Tadi kan lo enggak di sini."
Alfan menyeringai mendengar perbendaharaan kata yang Sarah gunakan. Mood sekali rasanya hingga Alfan ingin tertawa ngakak tapi ia tahan mati-matian karena hal itu akan semakin memancing kekesalan Sarah. Meski ekspresi itulah yang paling Alfan sukai.
"Kok lo malah nyengir?"
"Gini ya wahai cewek yang selalu benar. Tadi yang loncat meluk gue siapa?" Pertanyaan itu sukses membuat Sarah terdiam malu. Tapi memang dasarnya gengsi Sarah sebesar gaban, ia tetap saja enggan mengakuinya.
"Lo yang modus tiba-tiba ada di sebelah gue. Tadi kan gue manggil Hilman, bukan elo!"
Pria itu malah semakin cengengesan, "kok malah gue yang dituduh berbuat tidak senonoh. Padahal gue yang digrepe-grepe pas mati lampu---" Sarah langsung menjambak rambut Alfan sebelum perkataannya semakin membuat salah paham.
"Ah awh sakit, Sar. Anjir tolongin gue." Alfan meringis saat rambutnya dijambak hingga ke akar-akarnya. Kecil-kecil begini kekuatan Sarah memang tidak main-main ternyata.
Berhadapan dengan seorang Alfan disertai emosi membara menjadi hal biasa bagi Sarah. Tingkahnya juga menjadi lebih galak jika berinteraksi dengan pria itu. Hanya saja, kali ini Alfan berbuat sesuatu yang melebihi batas hingga Sarah kelimpungan sendiri. Ia sangat malu hingga ia melampiaskannya dengan bertingkah lebih galak lagi.
Sedangkan teman KKN lain hanya menatap iba. Beberapa ada yang ikut tertawa, ada juga yang menatap biasa saja.
"Ini berantem dari jaman kaleng cat belum kelar juga? Lama-lama gue nikahin beneran kalian berdua."
"Brisik lo, Yat. Mau gue jambak juga rambut lo?"
"Aw... Rambut yang mana nih?" Sontak ucapan Dayat malah mengundang tawa semua orang. Terkecuali Alfi.
"Sakit oy lepasin! Lo lagi enggak PMS aja galaknya minta ampun, apalagi kalo lagi PMS gini." Perkataan Alfan justru membuat jambakannya semakin kencang.
"Udah dong ah sakit." Dengan sekuat tenaga Alfan menahan tangan Sarah yang semakin membabi buta. Tangan Sarah terlalu cekatan hingga Alfan berusaha menggapai dengan sedikit berontak. Saat ia berhasil menangkap gerakan Sarah, Alfan sengaja membalas tatapannya dengan ekspresi serius.
"Udah, sayang."
Semua mata melotot. Sarah yang ada di depannya sontak melepaskan rambut Alfan sambil mengalihkan muka. Ia tidak salah dengar kan?
Ini cowok lemes banget ya mulutnya.
Sarah tidak suka dirinya jadi mendadak oleng hanya karena dipanggil sayang. Sesuatu yang berada di luar kendalinya seringkali membuatnya kewalahan hingga ia bingung harus melakukan apa. Yang bisa ia lakukan hanyalah menutupi keolengan itu dengan bertindak galak sambil beralih memukuli pria itu.
Bukan masalah sedang PMS atau tidak PMS, yang jadi masalah itu kondisi hatinya yang gelisah. Padahal ia tidak pernah segalak ini hanya gara-gara masalah sepele. Hanya saja perkataan Alfan membuat dirinya hilang kendali.
"WOAAAH ANJAY SIAGA SATU GUYS." Hilman ikut-ikutan berteriak heboh.
"PADA DENGER SUARA FUCKBOY ENGGAK?" Thalia ikut mengompori disusul sorakan teman-teman yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR [END] ✓
Teen FictionSeumur hidup Sarah mencium aroma asing yang menenangkan ini, ia baru tahu jika aroma tanah basah yang muncul saat hujan turun ternyata punya nama. Namanya Petrichor. Ia masih tak menyangka jika harus mendengar hal unik ini dari pria di hadapannya. S...