Tolong jangan di skip setiap ada informasi setelah cerita (disetiap chapter).
Chapter ini terlalu panjang, jadi di cut ke chapter selanjutnya. Kalo komennya banyak, aku usahain UP besok/lusa 🤭💜
___________________________________________
41. Berandalan
.
.
.
.
Rasa pening yang menghantam perlahan hilang. Berkat sebungkus permen itulah Alfan menyadari ada seorang pria dewasa di belakang Sarah yang tak lepas memandanginya. Lebih tepatnya memandang tas yang berada di atas pangkuan Sarah.
Diam-diam Alfan mengamati pergerakan pria itu. Paham betul apa yang sedang diincar sang pelaku.
Begitu sampai di tempat tujuan dan begitu Alfan turun dari mobil, ia dibuat kaget saat pria yang diamatinya selama perjalanan dengan santainya meraih sesuatu di dalam tas Sarah yang kini sudah setengah terbuka. Pergerakannya begitu mulus hingga tak seorangpun menyadarinya termasuk Sarah sendiri.
Untungnya si pelaku tidak menyadari tengah diperhatikan oleh Alfan. Bisa saja Alfan berteriak untuk mencari pertolongan. Tapi dengan membuat pencopet di kejar massa, justru akan semakin menyulitkan pengejarannya.
Melihat si pencopet diam-diam hendak melarikan diri, tanpa pikir panjang Alfan langsung berbelok mengikutinya. Ternyata pria itu tidak sendirian, beberapa langkah kemudian dompet yang dia curi sudah berpindah tangan. Ternyata mereka komplotan!
Pergerakan Alfan semakin cepat. Soal izin pada teman-temannya bisa di lakukan nanti saat ia berhasil mengambil apa yang mereka curi. Sekarang ia harus bisa menangkap mereka dengan tangannya sendiri.
Begitu Alfan memasuki gang-gang sepi, saat itulah Alfan semakin gencar untuk menerkam pencopet. Tapi dugaannya ternyata salah!
Sejak barang curian mereka berpindah tangan, ternyata para pencopet itu sudah menyadari sedang diikuti seseorang. Itulah mengapa komplotan itu sengaja berjalan ke gang-gang yang sepi.
Begitu tangan Alfan ditarik seseorang yang ternyata itu Sarah, Alfan dengan cepat membekap dan berbisik menyuruh Sarah pergi. Pergerakkan Alfan bersamaan dengan pencopet yang berbalik badan lalu tersenyum sangsi.
"WOI!"
Terlambat. Usaha Alfan untuk tak menimbulkan suara akhirnya gagal. Karena ia sendiri yang justru termakan jebakan mereka. Sontak Alfan menyembunyikan Sarah di balik punggungnya. Tak ingin Sarah yang jadi incaran berandalan itu, Alfan memberi isyarat agar Sarah pergi. Masih ada waktu untuk melarikan diri.
Tapi bukannya pergi, Sarah justru menyentuh punggung Alfan, mencari perlindungan.
"Nah gitu dong mas, kalo mau negur copet jangan di depan umum. Kita damai aja ya?" Usai pencopet itu menunjukkan senyum kurang ajarnya, menyusul tiga orang berdiri mengelilingi mereka. Salah satunya yang semobil dengan Alfan.
Alfan mengepalkan tangan. Bukan itu maksudnya! Ia bukannya tak tegaan dengan membiarkan para berandalan ini diamuk massa. Justru karena tak ingin incarannya kabur, Alfan sengaja tak mencari keributan. Apalagi mereka berkomplot, jelas lebih mudah untuk menghindari kejaran massa.
"Ya udah nih damai aja. Kita balikin barang kalian, tapi tuker sama yang di belakang." Keempat berandalan itu tertawa.
Sarah tercengang. Pertama, karena Alfan kini mencengkeram erat tangannya. Kedua, karena ucapan pencopet itu jelas mengarah padanya. Dan yang paling membuat Sarah terkejut ketika melihat benda yang sedang dipegang oleh pencopet itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR [END] ✓
Novela JuvenilSeumur hidup Sarah mencium aroma asing yang menenangkan ini, ia baru tahu jika aroma tanah basah yang muncul saat hujan turun ternyata punya nama. Namanya Petrichor. Ia masih tak menyangka jika harus mendengar hal unik ini dari pria di hadapannya. S...