22. Siklus 1

6K 783 555
                                    

22 | Siklus 1

.

.
.
.
.

Perjalanan ke desa KKN memerlukan waktu tiga jam. Sepanjang perjalanan cowok-cowok KKN bergerombol di bagian belakang mini bus. Awalnya mereka membicarakan tentang diri masing-masing, lalu obrolan bergeser ke topik yang lebih berat seperti pembahasan di jurusan lo ada matkul apa?

Sarah tidak bermaksud menguping, hanya saja suara mereka yang nge-bass terdengar ke seantero mobil. Seorang pria dari jurusan filsafat menyahut jika salah satu mata kuliah di jurusannya membahas tentang gender. Bahkan ada yang dari jurusan perbandingan agama menjelaskan jika kebanyakan mahasiswanya diam-diam menjadi atheis.

Lama-kelamaan obrolan mereka semakin berat, bisa sampai mengarah pada perpolitikan. Entah perpolitikan negara atau politik kampus. Setidaknya Sarah tidak mendengar obrolan yang aneh-aneh, semacam obrolan seputar cewek atau sepik-sepik ga jelas. Sebenarnya Sarah ingin ikut diskusi, hanya saja posisinya ada di kursi paling depan jadi sulit untuk menyahut obrolan mereka. Yang Sarah lakukan hanya menyimak pembicaraan mereka satu persatu sambil pura-pura tidur.

Sarah mulai dekat dengan gadis bernama Elga. Gadis yang sempat Sarah curigai karena pernah menatap Alfi terang-terangan.

Sarah harus meminta maaf padanya karena telah salah sangka. Gadis itu ternyata aslinya baik banget. Bukan baik yang dibuat-buat hingga terkesan SKSD. Gadis itu baiknya memang natural. Sarah menyesal telah menilai buruk Elga saat pertemuan pertama mereka.

Sedangkan gadis yang duduk bersama Elga namanya Thalia. Ekspetasi Sarah terhadap gadis itu benar-benar anjlok. Ia pikir Thalia tipe perempuan yang pendiam. Aslinya Thalia mudah membuka diri bahkan dengan lawan jenis. Thalia termasuk perempuan yang cepat akrab dengan cowok-cowok KKN.

Sedangkan tiga orang perempuan lainnya Sarah lupa nama mereka. Mereka selalu berpisah dan membentuk kubu mereka sendiri. Sarah jadi segan untuk menghampiri mereka karena mereka seolah membuat dinding pembatas. Mereka hanya datang jika ada butuhnya saja. Dari gayanya mereka merupakan orang-orang sosialita. Entah bagaimana Sarah merasa tidak cocok berada dekat mereka.

Pengapnya udara Jakarta seketika berubah drastis saat mini bus yang mereka tumpangi tiba di desa KKN. Satu-persatu anggota KKN mulai bangun dan berbenah.

Saat Sarah berdiri hendak keluar dari mobil, ia terbahak melihat Alfan terduduk dengan mata terpejam. Pria itu baru bangun tidur dengan wajah yang berantakan. Rambut jingkrak seperti habis kesetrum. Bibirnya maju beberapa senti ditambah mata merem melek setengah sadar.

Mendengar tawa cekikikan, Alfan melirik dengan mata memicing.

"Apa lo liat-liat?!"

"Kaya gembel haha." Setelah mengatakan itu Sarah bergegas keluar mobil.

Sarah menghampiri Dika yang sibuk menurunkan barang bawaan anggota KKN dari bagasi mobil. Melihat Sarah mendekat ke arahnya, Dika refleks melempar ransel Sarah yang sebesar gaban tepat ke wajah. Meski Sarah cepat tanggap menangkap ransel tetap saja ia oleng karena ranselnya terlalu besar membuat Sarah jatuh terduduk.

"Santai dong woy!" Teriak Sarah seolah perkataannya wajar-wajar saja diberikan pada ketumnya yang menyebalkan itu.

"Sar, sini gue bantu bawain." Ransel besar itu langsung berpindah tangan. Sejurus kemudian telapak tangan satunya terjulur ke arahnya.

Sarah melongo mencerna situasi ini. Bukannya Sarah tidak suka diberi perhatian. Hanya saja Alfi melakukannya di hadapan teman-teman KKN lain. Ia menjadi sedikit kikuk.

PETRICHOR [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang