34 | Bakti Sosial
.
.
.
."Boncel."
Sarah memejamkan mata merasa jengah. Sepagi ini ia harus berhadapan kembali dengan pria itu. Usahanya untuk menghindar nyatanya sia-sia. Sarah tak bisa bersembunyi selama mereka masih tinggal satu atap.
"Boncel wei."
Sarah tak menggubris panggilan yang jelas-jelas mengarah padanya. Sebisa mungkin ia tetap fokus mengaduk minuman.
"Diem aja lo. Kesambet setan? Eh tapi kayaknya setannya yang kesambet lo deh."
Suara menyebalkan yang terdengar masih sama. Namun kali ini, Sarah enggan membalas. Pintu belakang terbuka lebar menghadap kamar mandi, langsung menampilkan sosok yang saat ini tak ingin Sarah lihat. Ia bahkan tak berani memandang ke arah pria yang baru saja keluar dari kamar mandi itu.
"Boncel."
Sarah menghela napas. Mereka hanya berjarak tiga langkah, tak mungkin jika Sarah tak mendengar seruan itu.
"Sariawan lo?" Imbuh Alfan berusaha memancing kekesalan Sarah. Namun respon Sarah masih sama, tak berkutik. Khawatir Sarah tidak mendengar suaranya, Alfan memutuskan untuk mendekat.
"Boncel." Gemas dengan tingkah Sarah yang diam saja, Alfan terpaksa menarik tangan Sarah.
"Apa sih?!" Jawab Sarah ketus.
Mendadak Alfan terdiam. Meski setting wajah Sarah selalu judes padanya, tapi kali ini rasanya dingin dan menusuk.
"Uhm ... Lo bukannya mau mandi?" Alfan berharap agar suaranya yang mendadak gugup tak terdeteksi oleh Sarah. Sebelumnya Alfan tak pernah merasa bersalah seperti ini. Sepertinya Sarah memang dalam mode tidak ingin diganggu.
Alfan berusaha tetap tenang meski perkataan Sarah membuatnya bungkam. Gadis itu sama sekali tidak terpancing seperti biasanya. Bahkan Sarah melewatinya begitu saja dengan raut datar. Hingga gadis itu melangkah ke ruang tengah, Alfan masih terdiam heran.
Dari kejauhan Alfan bisa mendengar jika Sarah memanggil Alfi. "Fi, lo duluan aja. Gue mah nanti aja siangan mandinya."
Setelah mengatakan itu, Alfi muncul dihadapan Alfan lalu melengos menuju kamar mandi. Alfan lalu berlari kecil menuju ruang tengah.
Pandangannya langsung mengarah pada sosok yang tengah bergegas ke lantai dua. Sejenak Sarah menoleh ke belakang hingga pandangan mereka beradu. Tapi sedetik kemudian Sarah langsung membuang muka ke sembarang arah kemudian mempercepat langkahnya.
💧💧💧
Sialnya siang ini Sarah benar-benar tak bisa membuat alasan lain untuk menghindar. Kegiatan Jumat bersih kali ini dialihkan ke acara kerja bakti besar-besaran untuk persiapan bakti sosial. Dan Sarah terjebak dalam kondisi satu tim bersama Alfan.Keadaan di tepi lapang sangat ramai, beberapa meja ditata memanjang untuk stand bazar. Orang-orang sibuk kesana kemari dengan urusannya. Di tengah kegiatan menata sembako, Sarah tidak sadar jika ia terjebak bersama Alfan. Hanya saja pria itu sibuk memasang stand sendirian.
Sebisa mungkin Sarah menghindari kontak mata dengan pria itu. Sepertinya Alfan juga melakukan hal yang sama. Alfan tidak lagi bertingkah aneh kali ini. Pria itu tampak fokus dengan pekerjaannya. Sarah membuat gerakan senatural mungkin untuk meminimalisir percakapan dengannya. Hingga disatu titik Sarah benar-benar tak bisa menghindar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR [END] ✓
Novela JuvenilSeumur hidup Sarah mencium aroma asing yang menenangkan ini, ia baru tahu jika aroma tanah basah yang muncul saat hujan turun ternyata punya nama. Namanya Petrichor. Ia masih tak menyangka jika harus mendengar hal unik ini dari pria di hadapannya. S...