Epilog
.
.
.
.Suasana halaman gedung fakultas Saintek terlihat ricuh. Orang-orang sibuk membawa balon dan buket bunga untuk persembahan. Beberapa orang terlihat memasang selempang kepada mahasiswa yang baru saja selesai sidang. Salah satunya Alfi yang kini tengah dipasangkan selempang bertuliskan namanya beserta gelar oleh Rian.
Sarah ikut tersenyum. Napasnya sedikit tersengal setelah berlari menuruni tangga demi menghindari tatapan Alfan.
Gila! Sarah butuh ruang untuk menenangkan jantungnya. Bisa-bisa Alfan semakin membuat Sarah semaput jika ia berlama-lama di atas sana.
Begitu Sarah mendekati teman-temannya, ia segera bergabung ke barisan berbentuk formasi tangga. Mereka akan berfoto bersama untuk merayakan hasil sidang Alfi sekaligus reuni KKN.
Namun, begitu matanya menangkap Alfan yang tengah berjalan santai dengan kedua tangan mengait di saku celana, Sarah jadi gelisah. Pria itu melihat ke arahnya sambil tertawa. Sontak Sarah pura-pura berbicara pada siapa saja.
Orang yang berusaha dihindari Sarah tahu-tahu sudah menempel di sebelahnya. Sarah itu tidak suka jadi sorotan publik. Tapi, pria itu benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Alfan justru sengaja merangkul bahu Sarah untuk mendapat atensi teman-temannya.
"Lo bisa jauhan dikit ga sih? Lagian lo mau ngapain sih dempet-dempet?" Tanpa sadar nada suara Sarah naik satu oktaf. Gadis itu jika sedang salah tingkah selalu menjadi lebih galak.
Mendapat amukan Sarah, pria itu semakin menyeringai lebar. Semakin Sarah marah, justru semakin memancing keisengan Alfan. Apalagi kini Alfan tau jika Sarah tidak benar-benar marah padanya. Gadis itu hanya salah tingkah.
"Ya mau rangkul cewek gue lah." Celetukan Alfan sontak membuat geger teman-temannya.
"Wanjer udah go public sekarang guys." Respon Rian terlihat paling heboh ketika mendengar celetukan Alfan. Apalagi pria itu terlihat tidak main-main dengan ucapannya. Barisan yang semula rapih seketika melebur mengerubungi Alfan dan Sarah.
"Hahah kalo dulu masih backstreet ya, Fan?" Kali ini Dayat paling semangat mengompori. Sejak awal KKN, pria itu memang sudah curiga dengan hubungan Alfan dan Sarah.
"Iya nih, dulu masih malu-malu." Jawab Alfan santai. Lantas merangkul bahu Sarah sedangkan tangan yang satunya mengelus puncak kepala gadis itu.
"Alfan ih, ga usah ngaco!" Sarah berusaha menepis tangan Alfan.
"Lah, emang cewek gue kan? Iya bukan?" Alfan menyeringai.
"Pantes aja anjir kalian berantem mulu, lagi modus ternyata."
"Gila lo, Sar. Selama ini cinlok di tempat KKN tapi engga pernah cerita-cerita sama gue." Oca terlihat agak kecewa tapi juga excited mendengar berita itu.
Kerumunan itu seketika semakin heboh. Mereka jadi mengungkit-ungkit kejadian selama KKN yang melibatkan Alfan dan Sarah.
"Jadi enggak fotonya, oy?!" Bobi berteriak dengan wajah kesal, semua orang terpaksa kembali membentuk formasi tangga. Padahal mereka masih ingin menggoda Sarah yang terlihat malu-malu.
Setelah mengatur fokus kamera, Bobi kembali berteriak memberi aba-aba. "1..2..3.. bilang kejuuu."
"Cheese."
Alfan diam-diam melirik Sarah yang sedang tersenyum lebar dengan tangan terangkat membentuk huruf V. Alfan tertawa tanpa suara begitu memandang ekspresi Sarah yang terlihat bahagia namun sedikit kikuk berada didekatnya.
Merasa tengah diperhatikan, Sarah menoleh lantas mendongak untuk mempertemukan pandangan mereka. Gadis itu mengerjap salah tingkah.
Apa?
"Sarah Alleigra?" Panggil Alfan pelan.
Sarah melotot begitu Alfan mendekatkan wajahnya untuk berbisik. Sarah merasakan sekujur tubuhnya kebas. Alfan masih saja suka berbisik sedekat ini.
"Lucu banget cewek gue."
Sarah membeku. Masih belum percaya jika sekarang ia dan Alfan sudah memiliki status baru.
Hingga pria itu menjauhkan wajahnya, Sarah masih tak merespon apa-apa. Tapi melihat wajah Sarah yang berusaha menelan ludah, lagi-lagi membuat Alfan terkekeh geli. Alfan lantas menjawil hidung Sarah. Membuat Sarah tak bisa berkutik lagi.
Keduanya kembali menghadap kamera. Di bawah sana, tangan Alfan perlahan terangkat meraih tangan kecil Sarah. Disertai debaran jantung yang tak karuan, Alfan menggenggam tangan Sarah dengan pandangan fokus menatap ke arah kamera.
Sarah masih menghadap ke depan. Diam-diam gadis itu tersenyum lantas perlahan mulai membalas genggaman Alfan.
Genggaman keduanya semakin erat, ada perasaan takut kehilangan yang tidak ingin terjadi untuk kedua kalinya.
-END-
Akhirnya bisa menuntaskan satu cerita utuh. Rasanya ga rela harus menyudahi kisah anak-anak sendiri. Bener ya, yang paling susah itu bukan mengawali sesuatu, tapi mengakhirinya.
Buat para readers + sider yang belum pernah muncul, boleh ga meninggalkan jejak untuk yang satu ini, gimana kesan dan pesan kalian setelah membaca petrichor dari awal sampe akhir? 🥺
Mau ngucapin makasih banyak buat kalian yang masih stay 💜 makasih banyak buat yang udah vote, komen, maupun jadi silent reader 🥺💞 Kalian itu moodboster 💜
FYI, Jangan dulu di hapus dari library karena bakal ada ekstra chapter setelah ini. Jangan lupa juga mampir di cerita baru aku, yang judulnya 'perspektif'.
See you next story in wattpad matchanillaaa ❣️ Big love ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR [END] ✓
Teen FictionSeumur hidup Sarah mencium aroma asing yang menenangkan ini, ia baru tahu jika aroma tanah basah yang muncul saat hujan turun ternyata punya nama. Namanya Petrichor. Ia masih tak menyangka jika harus mendengar hal unik ini dari pria di hadapannya. S...