46 |Heartbreak
.
.
.
.Pintu rumah Alfan terbuka kencang. Begitu Alfan masuk ke dalam rumah, matanya langsung tertuju pada sosok wanita yang terlonjak di atas sofa. "Alfan, kok kamu udah pulang? Bukannya masih dua hari lagi?" tanya Rena sambil menyimpan buku di atas meja. Wanita itu bangkit untuk menghampiri Alfan.
Alfan tak menjawab. Matanya menyorot tajam, urat tangannya mengeras hingga jari-jarinya memutih. Wajah Alfan terlihat mengkhawatirkan dengan bekas luka dimana-mana.
"Muka kamu kenapa?" Dengan cepat Alfan menjauhkan wajahnya membuat tangan Rena terhenti di udara.
Rena terdiam, ia merasa telah memancing kekesalan Alfan karena wajah Alfan terlihat memerah seolah nyaris meledak. Maka dari itu, Rena mengambil langkah hati-hati karena sadar putranya sedang bermasalah.
"Kenapa pulang malem-malem begini? Ada masalah di tempat KKN?" Rena berusaha mengelus lembut bahu Alfan, tapi belum sempat tangannya menyentuh Alfan, pria itu sudah melangkah mundur. Alfan kentara tak ingin wanita itu menyentuhnya sedikit pun.
Seketika senyum jahat Alfan terukir. Ia mendecih menampilkan ekspresi jijik.
Sepanjang perjalanan Alfan mati-matian menahan emosi. Barulah setelah ia menginjakkan kaki di rumah, pertahanan Alfan akhirnya meledak.
"Pembohong." umpat Alfan.
Rena melotot tak percaya. Kenapa pula Alfan pulang-pulang malah mencacinya. Belum sempat Rena menanyakan itu, sejurus kemudian Alfan melontarkan kata-kata yang menohok hatinya. "Kenapa mama tutupi semuanya dari Alfan?"
Rena mulai goyah. Wanita itu bahkan tak sanggup melontarkan pertanyaan yang memenuhi benaknya. Rena takut pada asumsi yang ia pikirkan sekarang. Melihat Alfan ngamuk bagai orang kesetanan membuat Rena semakin takut jika sesuatu yang ia tutupi selama ini akan terbongkar. Hingga yang bisa ia katakan hanyalah, "Apa maksud kamu, Alfan?"
Bersamaan dengan pertanyaan itu, seorang pria muncul dari dalam kamar. Senyumnya hampir mengembang menyambut kepulangan Alfan, tapi senyum itu tertahan saat Alfan berteriak lantang, "DION ANAK HARAM!"
Suara Alfan menggelegar hingga membuat kedua orang itu mematung dengan wajah pucat.
"Dion anak hasil perselingkuhan kalian!"
Plaaak.
Rena menamparnya telak, tapi sedetik kemudian wanita itu justru menutup mulut saking kagetnya.
Alfan tersenyum smirk menerima tamparan itu. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak meluncurkan air matanya saat ini. Apa yang ibunya lakukan tidaklah sesakit itu. Ada yang lebih menyakitkan dibanding tamparannya, yaitu kebungkaman mereka.
Akankah hidup jadi lebih tidak adil lagi? Dari kecil Alfan selalu dipandang sebelah mata oleh ayah kandungnya. Sudah cukup ia kehilangan kasih sayang sang ayah, juga kehilangan kembarannya. Seolah semua itu belum cukup, sekarang semua orang menghianatinya. Saudara kembarnya tega menutupi semuanya, papa tiri yang selama ini ia banggakan ternyata menipunya, bahkan ibunya sendiri selama ini hanyalah topeng belaka.
"Perselingkuhan itu. Semuanya bukan salah ayah kan?" bentak Alfan. "Mama duluan yang mulai semuanya."
Rena tak bergeming saking terkejutnya. Ia bahkan tak mampu memikirkan jawaban yang tepat untuk menentang Alfan. Saking kalutnya sampai-sampai wanita itu tidak memperhatikan apa yang diucapkannya. "Dari mana kamu tahu?" tanya Rena tak percaya.
Alfan tertawa miris. Tawa itu sungguh terdengar pilu. Alih-alih mengelak tuduhan itu, ibunya justru bertanya dari mana ia tau semuanya? Pertanyaan itu justru menjawab semua asumsi Alfan. Dan itu semakin membuat dadanya sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR [END] ✓
Novela JuvenilSeumur hidup Sarah mencium aroma asing yang menenangkan ini, ia baru tahu jika aroma tanah basah yang muncul saat hujan turun ternyata punya nama. Namanya Petrichor. Ia masih tak menyangka jika harus mendengar hal unik ini dari pria di hadapannya. S...