32 |Rumor
.
.
.
."Ini enggak seperti yang lo lihat."
Dayat menatap Alfan dengan tatapan cengo. rahangnya jatuh dengan mata melotot. Dengan dramatis Dayat mengusap-usap dada seolah terkena serangan asma. Tapi sedetik kemudian ekspresi pria itu berubah nakal. Ia malah menunjukkan senyum asimetrisnya yang terkesan menggoda.
"Sama kayak yang gue bayangin juga gapapa kok."
"Jangan salah paham dulu." Sarah ikut bertingkah heboh. Ia paling tidak suka terlibat isu-isu pergosipan dan sejenisnya. Kejadian barusan cukup fatal untuk membuat gosip aneh tentangnya dan Alfan. Cukup sudah ia pernah viral gara-gara menyerang Alfi. Jangan sampai ia terlibat gosip lagi dengan saudara kembarnya.
Sedangkan Dayat semakin memicingkan mata sambil melempar senyum anehnya.
"Awas lo mikir jorok." Ancam Sarah.
"Siapa yang mikir jorok? Lo ngomong gitu malah bikin gue mikir yang iya-iya." Melihat raut Sarah dan Alfan yang pucat malah membuat Dayat semakin terbahak.
"Egila mikir yang iya-iya itu gimana maksudnya? Jangan aneh-aneh ya lo." Alfan semakin gencar mengikuti Dayat. Ia bahkan sampai membuntuti Dayat ke tempat jemuran.
"Ahaha kalian kenapa sih? Kayak kepergok berbuat mesum aja."
"Anjir lo yat, omongan lo bikin salah paham aja. Ini kami lagi cuci piring, enggak ngapa-ngapain elah. Tadi itu kecelakaan." Dayat menoleh cepat. Melihat respon pria berambut kribo itu malah membuat Alfan semakin salah tingkah.
"Maksud gue itu kecelakaan bener-bener kecelakaan. Lo jangan menyebar fitnah. Awas aja kalo sampe satu posko pada ribut, pasti mulut lo yang bocor kemana-mana."
"Ya udah santai aja enggak usah pada heboh. Silahkan-silahkan dilanjutkan aja. Gue ke sini cuma mau ganti baju doang kok."
"Anjir apaan sih ah." Alfan mulai malas menanggapi Dayat. Bisa-bisa pria itu malah semakin menggodanya. Segera Alfan meninggalkan Dayat lalu pergi menuju ruang tengah.
Sarah meraih kantong plastik lalu memunguti pecahan piring. "Lo pulang sendiri, Yat?"
"Tadi sih sama Dika, tapi sekarang enggak tau kemana tuh anak."
"Anak-anak yang lain kok belum pada pulang? Emang posyandunya belum selesai?"
"Tadi sih udah selesai. Cewek-cewek kayanya lagi pada makan dulu. Terus yang cowoknya langsung pada cus maen futsal." Ujar Dayat sambil menjemur jaket KKN yang basah oleh keringat.
"Oh gitu. Terus kenapa lo enggak ikutan maen futsal?"
"Dika maksa ngajak pulang, tapi si Dika malah enggak tau kemana. Ini gue juga mau balik lagi ke sana, ke posko cuma mau ganti baju doang."
"Enggak capek emangnya langsung futsal?"
"Justru karena capek jadi pada pengen maen futsal. Itung-itung ilangin stress juga. Ohiya, tadi abis posyandu kita kumpul sama anak Tarka buat ngobrolin acara Agustusan."
"Kok enggak ngasih tau gue sama Alfan?"
Dayat menyibak rambut kribonya sambil menahan senyum, "ngobrol sama anak tarkanya bentaran doang sih. Katanya besok bakal ada rapat gabungan buat bikin kepanitiaan Agustusan. Lagian Alfan nanyanya pas udah mau selesai sih. Ya kali kalian datang pas kita semua udah bubar. Lagian kita enggak mau merusak quality time kalian."
Kepala Sarah muncul dari balik pintu, "ogah banget quality time, kalian sengaja ya nyuruh gue pergi ke pasar bareng Alfan?"
"Haha enggak lah, si Alfannya aja yang kegirangan pergi sama lo. Jangan-jangan kalian backstreet ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR [END] ✓
Teen FictionSeumur hidup Sarah mencium aroma asing yang menenangkan ini, ia baru tahu jika aroma tanah basah yang muncul saat hujan turun ternyata punya nama. Namanya Petrichor. Ia masih tak menyangka jika harus mendengar hal unik ini dari pria di hadapannya. S...