47 | Tersembunyi
.
.
.
.
Sarah mengabaikan perintah dosen untuk membuka catatan, matanya justru melirik seorang gadis yang bersiap untuk memulai presentasi.
Sarah memandangi Fia dengan hati mencelos. Sudah tiga Minggu sejak kepulangannya dari tempat KKN dan selama itu Sarah tidak bertegur sapa dengannya. Meski Sarah sadar mereka sedang perang dingin, tapi Sarah tak punya nyali untuk bertanya apa penyebabnya.
Apa karena akhir-akhir ini Sarah sering menarik diri? Sarah tak menyangka Fia akan ikut menjauhinya seperti ini. Gadis itu bahkan memberi jarak hingga Sarah kesulitan mengejar. Lebih tepatnya Sarah masih bingung harus bagaimana.
Setiap kali Sarah ingin menghampiri Fia, Sarah merasa punya hutang penjelasan pada gadis itu. Tapi bibirnya selalu kelu untuk mulai menyapa. Sarah hanya belum siap menceritakan masalahnya pada siapapun.
Fia mengambil alih kelas setelah dosen mempersilakannya untuk bicara. Sebagai moderator, Fia mulai membuka presentasi. Di tengah penjelasan gadis itu tak sengaja menatap Sarah yang tengah menatapnya juga. Sarah terlihat kaget kemudian berusaha menyunggingkan senyum.
Dengan cepat Fia memalingkan wajah, membuat senyum yang susah payah Sarah ukir seketika lenyap. Setelah itu Fia tak meliriknya lagi hingga perkuliahan selesai. Sarah sadar ia sedang diabaikan dan Sarah tidak siap dengan rasa sakit itu.
Sebelum Fia menghilang dari jangkauannya, Sarah memberanikan diri untuk menghampiri Fia, meski nalurinya berkata usaha ini akan sia-sia.
"Fia..." Sarah bertanya lirih.
Ternyata dugaannya benar, Fia masih menunjukkan respon enggan. Jangankan menjawab, Fia bahkan tidak meliriknya sama sekali. Hal itu membuat Sarah semakin serba salah.
Sarah menghela napas berat saat menatap kepergian Fia. Satu hal yang baru ia sadari, ia telah kehilangan satu lagi sosok penting dalam hidupnya. Sarah tidak tahu sampai kapan gadis itu akan melakukan aksi bisu. Padahal ia ingin meminta maaf, meski ia sendiri tidak tahu apa kesalahannya.
Dari arah berlawanan Sarah bisa melihat sosok Alfi yang berjalan menghampirinya dengan menenteng map bercover merah. Pria itu melambai kecil.
"Hai, Sar. Tumben banget bisa ketemu lo di gedung Fakultas. Biasanya kalo enggak di kantin ya di angkringan ketemunya."
"Eh hai. Iya nih, gue jarang nongkrong akhir-akhir ini." Sarah tersenyum tipis.
Alfi bisa menangkap lingkaran hitam di bawah mata Sarah. Wajahnya juga agak pucat, bahkan Sarah terlihat lesu dan tidak seceria biasanya.
Mereka berjalan bersisian menuju pintu gerbang.
"Ohiya tadi gue ketemu Dika. Katanya laporan KKN belum diterima dari lo." Nada suara Alfi semakin rendah. "Deadline pengumpulannya seminggu lagi, katanya enggak perlu nunggu Alfan, bagian Alfan udah di handle sama Rian."
Sarah menghentikan langkahnya begitu nama Alfan disebut.
Melihat perubahan air muka Sarah, Alfi ikut menoleh. "Lo lagi kurang sehat ya? Ada yang bisa gue bantu?"
Pandangan Sarah menerawang, "Alfan kemana ya?"
Sampai saat ini Sarah masih tidak mendapat kabar keberadaan Alfan. Teman-teman KKNnya pun tidak ada yang tahu kemana perginya pria itu. Sarah juga tak mendapat kabar apapun dari Tante Rena sejak ia menyerahkan surat resign mengajar. Alfan benar benar tidak bisa dihubungi, pria itu menghilang entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR [END] ✓
Teen FictionSeumur hidup Sarah mencium aroma asing yang menenangkan ini, ia baru tahu jika aroma tanah basah yang muncul saat hujan turun ternyata punya nama. Namanya Petrichor. Ia masih tak menyangka jika harus mendengar hal unik ini dari pria di hadapannya. S...