Aku mengetuk-ngetukkan jari di atas meja dengan bosan. Sudah satu jam lamanya aku duduk diam tanpa berbicara apa-apa, andai saja orang tuaku tak memaksa aku untuk ikut pasti sekarang aku sudah nyaman bergelung dengan kasur di rumah. Huft. Sekali lagi mataku menatap keempat manusia berumur kepala lima itu, apa mereka tidak mengantuk hanya membicarakan bisnis dan arisan? Aish benar-benar.
"Lho, nak Lia udah ngantuk ya?" Ujar ibu-ibu yang merupakan teman dari Mami, namanya Ayu. Aku hanya nyengir seraya mengangguk. "Wes, sabar ya, anak tante sebentar lagi datang kok."
Aku mengernyit, lah apa hubungannya sama anak dia? Aku ngantuk juga kan bukan dia yang nidurin, Bodo amat lah. Ngapain juga peduli. Mami nampak menyenggol lenganku dari samping, aku menatap malas. "Apa sih Mi?"
"Yang sopan kamu, jangan leha-leha gitu, senyum dong," titah Mami. Aku menurut walau rasanya tak ingin. "Maaf ya Lia ini emang lagi banyak tugas kuliah jadi sedikig kecapekan."
Aku berdecak dalam hati. Sudah tahu anaknya sibuk dengan tugas malah disuruh-suruh ikut ke acara makan malam tidak jelas ini. "Gapapa, tante maklum kok. Anak tante juga baru habis pulang dari pelatihan di Bogor." Tante Ayu nampak tersenyum. Andai Mami seanggun dan sekalem itu pasti tentram hidupku.
"Nak Lia ini baru kuliah semester berapa?" Tanya bapak-bapak bernama Dimas. Wajahnya terlihat garang khas tentara, ya memang nyatanya tentara sih.
"Semester 6 Om."
Om Dimas nampak manggut-manggut. "Sebentar lagi ya lulus."
Aku tertawa kecil. "Do'akan saja ya Om yang terbaik."
Aku melihat Papi yang terlihat sibuk menelpon seseorang, lagi-lagi aku menatap makananku dengan bosan, tapi tak lama sebuah suara datang dari arah samping. "Maaf saya terlambat." Aku mendongak, dan menganga melihat seorang cowok berbadan tegap dengan pakaian lorengnya. Ia duduk di samping Tante Ayu, tepat dihadapanku. Plak! Sadar Lia, dia terlalu tampan untuk kamu jadikan list jodoh.
"Kamu ini, memang kemana dulu sih? Udah ditungguin juga dari tadi, sampai Lia ngantuk tuh," jelas Tante Ayu seraya menunjukku, sontak mata cowok itu melirik ke arahku sekilas, wow ditatap cogan cuy siapa yang gak melting coba? Tapi asem banget mukanya.
"Ada urusan dulu tadi di kesatuan. Maaf Tante, Om dan Dek Lia." Aku meneguk ludahku, suaranya yang dalam mengapa terdengar merdu sekali Tuhaaaaan. Dia memanggilku Dek? Tapi rasanya seperti dipanggil sayang oleh pacar. Aishhh! Kau Lia, belum saja kena tamparan Mami karena sedang mangada-ngada.
"Tante maklum kok, kamu kan tentara jadi wajar sibuk gitu. Ya kan Pa?" Papa mengangguk sekilas. "Lia? Gimana?"
Aku melongo dan menatap Mami heran. "Gimana apanya Mi?"
"Itu nak Angkasa nya udah ada di sini, jadi gimana?"
"Hah? Apaan sih?" Aku semakin kebingungan. Mami nampak menepuk keningnya.
"Lupa Mami kasih tahu kamu," ucap Mami. "Jadi gini lho .., kamu kan udah gede ya, udah mau lulus kuliah juga. Nah, Mami sama Papi gak mau sampai kamu terjerat pergaulan bebas, makanya kita mutusin buat ..."
Aku dilanda penasaran mendengar nada menggantung Mami. "Apa ih Mi! Sok sokan deh bikin penasaran," gerutuku kesal.
"Jodohin kamu lah. Sama nak Angkasa, gimana mau kan?"
Otakku serasa blank begitu saja. Ini serius nih aku dijodohin ama tentara? Pengen sebenernya, tapi aku tipe cewek yang gak bisa ditinggal-tinggal, biasalah anak manja haha. Tapi sebentar! memangnya Angkasa mau denganku? Ku rasa tidak, pasti banyak wanita yang lebih dariku yang menyukainya.
"Kalau Angkasa sih udah bilang oke, tinggal kamu nya nih gimana," ucap Tante Ayu. Aku terkejut dan menatap Angkasa, pria itu sama sekali tak menatapku. Menjengkelkan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapor, Komandan! [END]
General FictionBagi orang-orang, dijodohkan dengan sosok tentara yang tampan, macho, mungkin suatu keberuntungan. Tapi tidak bagi Lia, menurutnya ini sangat membosankan, kehidupannya yang ceria berubah menjadi kaku saat ia harus tinggal seatap dengan pria berwajah...