Hoaaaaam!
Setelah mematikan alarm ponsel, aku langsung beranjak dari kasur. Hari ini aku ada jadwal kuliah siang, jadi bisa leha-lehaan sedikit. Tapi, walau seperti itu aku harus tetap bangun pagi karena sudah ada pekerjaan rumah yang menumpuk. Dan aku benci jika harus menundanya.
Saat ke luar dari kamar, tercium aroma masakan yang membuat perutku keroncongan seketika.
"Wih, tumben banget Ndan masak pagi-pagi," ucapku berdiri di sampingnya memerhatikan ia memasak nasi goreng. Tampilannya sih sederhana, tapi aku yakin rasanya gak kalah enak sama masakan di restoran. Wangi banget.
"Cuci muka dulu sana."
Aku langsung menuruti perintah Angkasa, karena mager ke kamar mandi ya sudah aku cuci muka di wastafel saja hehe. Lalu, kembali memerhatikan Angkasa yang nemasak dengan tubuh dibaluti baju lorengnya. Vitamin pagi yang menyenangkan.
"Harum, aku jadi gak sabar buat nyoba."
"Sikat gigi dulu dong," ucap Angkasa.
Eh, kok dia jadi hangat gini sih? Aneh deh, aku ngerasa kalau Angkasa lebih friendly pagi ini, biasanya aura dia itu menegangkan-menegangkan gimana gitu. Apa karena semalam ya?
Tak mau memikirkan hal itu terlalu lama, akupun segera pergi ke kamar mandi dan mensikat gigi, dengan pikiran yang dihantui sikap Angkasa pagi ini.
Karena Angkasa sudah memasak, aku berinisiatif untuk membuatkannya minuman. Teh hangat seperti biasa untuknya dan susu hangat untukku.
"Biar saya yang cuci," ucap Angkasa tiba-tiba. Pria itu menyerobot tempatku dan langsung menyalakan kran air.
Keningku mengernyit bingung melihatnya, berusaha untuk tidak peduli aku berniat memindahkan nasi goreng buatan Angkasa ke piring. Namun, belum sampai tanganku memegang wajan, suara Angkasa mengintrupsi. "Kamu duduk aja, biar saya yang siapin."
"Gapapa, aku bisa kok."
Angkasa menyelesaikan acara mencucinya dan mendorong bahuku untuk duduk di kursi meja makan. "Kamu duduk di sini."
Aku menatapnya dengan bingung. Ini benar-benar Angkasa kan? Atau dia kerasukan hantu penunggu rumah ini lagi, terus penunggunya ternyata naksir sama aku makanya bisa berbuat baik, ih kok ngeri.
Saat Angkasa menaruh piring berisi nasi goreng tepat di hadapanku, pria itu langsung duduk di samping.
"Ayo makan."
Aku masih diam menatap nasi goreng tersebut, walau perutku keroncongan tapi aku masih curiga ini yang masak bukan Angkasa sungguhan.
"K-kamu siapa?"
Aku melirik Angkasa yang menatapku bingung, tuhkan! Pria itu gak pernah nunjukkin ekspresi tersebut selama ini.
"Saya? Suami kamu."
Aku menggeleng tak percaya, lalu menjauh perlahan. "Nggak. Gue gak percaya, lo pasti hantu penunggu rumah ini kan? Lo naksir sama gue terus pakai tubuh Komandan biar bisa modus, iya kan?"
"Lia, kamu kenapa?" Angkasa mendekat bahkan hendak meraih tanganku. Tapi aku segera menghindar.
"Pergi! Pergi lo! Tinggalin tubuh Angkasa, lo bisa kena gorok dia kalau sampai orangnya tahu." Aku gemeteran.
"Lia, saya gak kerasukan."
"Bohong! Lo udah jadi setan tetep aja berbuat dosa, lo pikir gue percaya? Denger ya, gue tahu Angkasa kayak gimana, dan sikap lo bener-bener keterbalikannya. Udah sana pergi! Gue lebih baik sama Angkasa yang galak dari pada setan kayak lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapor, Komandan! [END]
General FictionBagi orang-orang, dijodohkan dengan sosok tentara yang tampan, macho, mungkin suatu keberuntungan. Tapi tidak bagi Lia, menurutnya ini sangat membosankan, kehidupannya yang ceria berubah menjadi kaku saat ia harus tinggal seatap dengan pria berwajah...