Akibat insiden memalukan tadi, aku tak mau berbicara pada Angkasa. Lebih tepatnya tidak mau mengajaknya berbicara, karena kalau dia ngomong ya aku jawab. Kalau didiemin, berabe, bisa dilempar aku.
Saat melihat ke arah kaca, aku menganga melihat rupa wajahku sekarang. Pipi lebam dan sedikit bengkak, hidung kemerahan, dan kening yang sedikit tergores. Aku benar-benar tak menyangka tonjokan Angkasa bisa separah ini, pantesan Radit sampai kesel gitu.
Aku berdecak. "Muka cantik gue jadi ancur gini."
Ting!
Aku melirik ke arah ponsel Angkasa yang menyala di atas nakas. Sedikit melirik memastikan pemiliknya tak ada, akupun berjalan dan membaca sebuah pesan yang muncul di lockscreen nya.
0857xxxxxxxx
Mas, ini aku Rindu. Di save ya.
______Bibirku mencebik membaca isi pesan tersebut. Kenapa sih dokter Rindu sok imut banget depan Angkasa, caper banget deh. Aku yang istrinya aja biasa aja.
"Gue jadiin lemper tahu rasa lo," makiku sambil menahan untuk tidak membalas pesan tersebut.
Pintu tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok Angkasa yang tengah menggosok kepala basahnya menggunakan handuk.
"Kamu ngapain di situ?" Tanya Angkasa sambil jalan maju.
Aku yang masih mode merajuk, memasang wajah masam seraya menjawab, "Abis liat buaya caper!" Ketusku lalu meninggalkan Angkasa dan langsung menyerbu kasur untuk segera tidur.
"Oh," ucap Angkasa pelan, lalu selanjutnya aku mendengar kekehan kecil dari mulut pria itu. Aku berbalik, ternyata ia tengah memainkan HPnya. Pasti lagi chattingan sama dokter Rindu. Ihhh! Kesel.
Mencoba untuk tetap pura-pura tidur dan sedikit memantau Angkasa, aku melihat jari besarnya terus mengetik di atas layar ponsel dengan penuh semangat. Bahas apa sih? Awas aja lagi ghibahin aku gara-gara kena tonjokkan nyasarnya Angkasa.
"Ekhem!"
Aku langsung memejamkan kedua mata saat Angkasa berdehem. Entah karena dia menyadari aku memperhatikannya, atau memang naluri dirinya sendiri.
Walau masih sangat penasaran aku tetep diam dan gak ngelirik Angkasa. Terus bertahan dengan posisi pura-pura tidur, yang sayangnya orang bodohpun pasti sadar. Karena bola mataku gak bisa berhenti gerak, udah coba buat kalem tapi susah.
Tapi suara ketika yang muncul dari keyboard Angkasa benar-benar menggangguku. Sesemangat itukah tukar kabar dengan dokter Rindu?
Saat ketikan itu berhenti, aku mencoba untuk membuka mata.
1...
2...
3...
"Hayo, ketahuan."
Aku terlonjak kaget saat wajah Angkasa berada tepat di depanku.
Plak!
Aku menggeplak wajahnya refleks. "Ngagetin tahu gak!" Kesalku menatapnya dengan berang.
Angkasa malah terkekeh. "Kalau mau liat ya liat aja, gak usah pura-pura tidur. Saya tahu saya ganteng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapor, Komandan! [END]
General FictionBagi orang-orang, dijodohkan dengan sosok tentara yang tampan, macho, mungkin suatu keberuntungan. Tapi tidak bagi Lia, menurutnya ini sangat membosankan, kehidupannya yang ceria berubah menjadi kaku saat ia harus tinggal seatap dengan pria berwajah...