Setiap hari minggu, biasanya kalian ngapain? Beres-beres rumah? Marathon movie seharian? Atau rebahan seharian? Kalau jawaban kalian pada opsi ketiga, ya sama lah kayak aku. Nggak beda jauh. Cuma kadang kalau bosan tidur aku suka nonton drakor.
Tidak dengan sekarang. Pagi-pagi buta selepas shalat subuh, Angkasa sudah mewanti-wanti agar aku tidak kembali tidur. Pria itu bahkan sudah rapih dengan baju olahraganya, berbeda denganku yang masih terbalut baju tidur.
"Tubuh kamu harus olahraga agar tidak kaku."
"Males Ndan."
"Diluaran sana orang sudah berkegiatan, kamu masih seperti ini, kapan majunya?"
"Kapan-kapan."
"Lia .., nurut sama saya."
"Ya tapi---"
"Cuci muka sekarang atau ... "
"Oke! Aku cuci muka."
Dari pada mendengar ancamannya yang pasti menyebalkan, lebih baik aku menuruti perintahnya. Lagipula Angkasa pasti akan selalu melakukan berbagai cara agar aku tidak menolak, pria itu memiliki segudang ide di otaknya yang kuakui sangat cerdas.
Setelah cuci muka aku langsung mengganti baju dan memakai sepatu. Dipikir-pikir memang ada benarnya juga, jika setiap hari tubuhku dibawa malas-malasan sepertinya tidak akan ada habisnya. Apalagi setelah pristiwa kecelakaan kemarin, aku harus giat melatih otot tubuhku agar bisa diajak berlari jika telat ngampus, hahaha.
"Yuk!" Seruku semangat.
Angkasa berjalan lebih dulu disusul aku setelah mengunci pintu rumah. Udara pagi sangat segar untuk dihirup, sesekali aku menyapa tetangga yang memang tengah berkegiatan di luar rumah. Ada yang menjemur baju, berolahraga, bermain dengan anak (ini yang paling rajin sih pagi-pagi anaknya sudah aktif).
Baru 15 menit berlari tubuhku sudah terasa lemas, berbeda dengan Angkasa yang masih melanjutkan kegiatannya dengan santai. Aku diam sejenak untuk mengatur nafasku yang terasa ngos-ngosan, Angkasa juga ikut berhenti dan berdiri di sampingku.
"Capek?"
Aku mengangguk.
"Jalan aja."
Kami berdua berjalan bersisian menuju tempat olahraga di kesatuan. Angkasa bilang hari minggu biasanya ramai, kadang banyak tentara bujang juga yang suka menghabiskan waktu di sana. Hmmmm, aku jadi tidak sabar untuk mencuci mata, hihi. Kali-kali deh, kan udah lama nggak nyari jodoh semenjak nikah sama komandan galak di sampingku ini.
Di tengah perjalanan, aku bertemu segerombolan tentara yang berlari dengan baju loreng melekat di tubuhnya. Pemimpin dari mereka menyapa Angkasa dengan hormat. Tentu saja Angkasa hanya mengangguk. As always pria itu tidak pernah bisa ramah.
Aku berdecak kagum melihat banyaknya tentara bujang yang tampan. Melihat mereka berlari pagi-pagi buta begini, membuat aku berpikir, kalau Angkasa nugas terus gagal, mungkin mereka bisa menjadi ... Tidak! Aku bercanda, tidak akan diteruskan.
Suara yang khas, tubuh gagah, wajah yang tegas, siapa lagi kalau bukan tentara? Padahal ya, aku sebenarnya nggak pernah punya pikiran buat dapat suami tentara, apalagi modelan kayak Angkasa. Aku kadang kurang ngerti sama orang yang pengin banget dapat suami atau pacar dingin, pertanyaanku hanya satu, mau se-boring apa hubungan kalian nanti?
Percayalah, pria dingin tidak semanis itu.
Contohnya Angkasa nih, pahit. Lagian galak banget jadi orang.
"Kamu lari duluan, nanti saya nyusul." Angkasa pergi selepas mengucapkan itu. Aku mendengus malas, tak mau terlalu memikirkannya, aku pun memutuskan untuk berlari ke area lapangan. Suasana di sini sangat khas sekali, adem dan bersih, membuat siapapun yang tinggal pasti akan betah. Termasuk aku. Minus tinggal dengan Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapor, Komandan! [END]
General FictionBagi orang-orang, dijodohkan dengan sosok tentara yang tampan, macho, mungkin suatu keberuntungan. Tapi tidak bagi Lia, menurutnya ini sangat membosankan, kehidupannya yang ceria berubah menjadi kaku saat ia harus tinggal seatap dengan pria berwajah...