Aku terdiam membaca untaian kata tersebut. Angkasa seperti memang sudah menyiapkan segala resiko, dan aku kurang suka itu. Dia seolah-olah siap untuk pergi, dan .., ninggalin aku sendiri? Huh.
Ku tutup album itu dan berusaha menghalau rasa aneh dalam hatiku.
"Jangan dipikirin Lia, jangan." Aku terus menggelengkan kepala.
Lalu, teringat akan niat awalku untuk menghubungi Angkasa. Dengan sedikit rasa jahil, aku mem-video call nya dan membawa buku album miliknya tadi.
Berdering...
Tak lama, terpangpanglah wajah Angkasa di bawah sinaran matahari sore.
"Taruh di situ. Iya."
Aku masih memerhatikannya yang terlihat tengah mengobrol dengan seseorang. Lalu, pria itu membalikkan kameranya, terlihat banyaknya tentara yang tengah membangun tenda kecil di area lapangan.
"Widih, ada kali tuh yang ganteng," ledekku tersenyum geli.
Angkasa langsung kembali memperlihatkan wajahnya, ekspresinya terlihat garang. "Bilang apa tadi?"
"Nggak. Komandan, ganteng banget kena sinar matahari, jadi glowing."
"Kamu ledek saya?"
Aku terkekeh. Memang sih gak glowing, secara kulit Angkasa berwarna khas para tentara yang sering melakukan latihan di bawah terik matahari.
"Itu lagi pada ngapain?"
"Bangun tenda. Kamu ke mana aja, saya hubungin gak aktif." Angkasa sudah berpindah tempat dan duduk di bawah tenda besar yang membuat wajahnya tak lagi disinari matahari.
"Tadi hapenya aku nonaktif."
"Lain kali jangan diulangi."
"Hm..."
"Siap, ijin, Ndan. Lagi hubungi istri." Angkasa terlihat memalingkan wajahnya. Lalu, kamera berpindah tempat hingga menampilkan wajah bapak-bapak yang sepertinya atasan Angkasa.
"Ini toh istri kamu lek? Pinter juga ya nyarinya."
Bapak-bapak tersebut terlihat senyum singkat dan aku membalasnya seraya mengangguk, bingung harus merespon apa. Lalu, ponsel kembali diambil alih oleh Angkasa.
"Tadi pulang sama Dion kan, Dek?" Tanya Angkasa. Aku melihatnya seperti memberi kode sesuatu. Oh, ngerti. Pasti di sekitarnya sedang banyak orang.
"Iya, Mas. Sama siapa lagi emang."
"Kamu kok pakai kerudungnya gitu? Rambutnya masih keliatan di atas."
Aku meraba kening yang ternyata keluar beberapa helai rambut. Aku nyengir menatap Angkasa. "Tadi gerah, kerudungnya aku tarik ke belakang dikit."
Angkasa terlihat menggelengkan kepalanya.
"Mas, aku punya sesuatu!" Seruku semangat.
"Apa?"
Dengan senyum penuh kejahilan, aku mengangkat album Angkasa hingga terpampang jelas di kamera. "Tadaa...! Aku udah baca isinya lho, cukup ngagetin juga ya," ucapku menggodanya.
"Emang niatnya bikin kamu kaget."
"Hah?"
"Sengaja Mas taruh di meja. Biar kamu baca."
"Ish, harusnya Mas, bilang langsung tahu sama aku. Bukan lewat buku ini."
"Gak bisa. Nanti kamu kejang-kejang lagi gara-gara saya terlalu manis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapor, Komandan! [END]
General FictionBagi orang-orang, dijodohkan dengan sosok tentara yang tampan, macho, mungkin suatu keberuntungan. Tapi tidak bagi Lia, menurutnya ini sangat membosankan, kehidupannya yang ceria berubah menjadi kaku saat ia harus tinggal seatap dengan pria berwajah...