Ojek online pesananku datang, setelah menunggu sekitar 10 menit di depan kesatuan Angkasa. Jam sudah menunjukkan pukul 08.16 sekarang, dan artinya aku memiliki waktu setengah jam lebih untuk sampai di kampus.
"Adeknya anak tentara ya?" Tanya sang ojek tersebut padaku di tengah perjalanan.
"Bukan kok, Mas."
"Oh, kirain. Soalnya kayak udah akrab banget sama penjaga kesatuan di sana. Padahal galak-galak lho, Dek orangnya."
Memang, saat menunggu ojek datang aku sempat mengobrol dengan tentara yang sedang berjaga, ya itung-itung membuang rasa bosan juga menambah silaturahmi, ceilah gayanya silaturahmi, haha.
"Ah, baik kok Mas. Buktinya saya becanda-becandaan sama mereka."
"Mungkin karena Adeknya cantik kali ya."
"Yaiyalah, kalau saya ganteng aneh Mas."
Terdengar tawa renyah keluar dari tukang ojek tersebut. "Bisa aja, Dek."
"Mas ini udah lama jadi drivel ojol gini?"
"Lumayan lah, sekitar beberapa bulan yang lalu. Itung-itung tambah uang jajan."
Aku mengangguk-anggukan kepalaku mengerti. Melihat dari wajahnya, sepertinya tukang ojek ini masih muda, ya sekitar 25an lah.
"Adek ke kampus mau ngapain? Jemput orang tuanya ya? Pasti Adek anak dosen."
Aku menahan tawa, sok tahu sekali orang ini. "Mau kuliah lah Mas, orang tua saya mah bukan dosen."
Abang ojek tersebut nampak terkejut. Hal-hal seperti ini rasanya sudah biasa aku alami jika memesan ojek online untuk pergi ke kampus. "Saya kira masih SMP lho," celetuknya. "Eh, maaf Mbak, saya nggak maksud buat---"
"Gapapa Mas, santai aja. Udah biasa saya dianggap masih anak SMP."
Perjalananku menuju kampus terasa singkat karena diisi oleh obrolan-obrolan kami. Berkenalan singkat, seperti bertukar nama atau umur dan akun media sosial, akupun sampai di kampus.
"Semangat ya kuliahnya!" Ucap sang ojol itu ketika aku turun dari motor.
"Siap! Makasih Mas."
Aku berlalu pergi ke kelas setelah mengucap terimakasih pada abang ojol tadi. Ternyata sekarang masih pukul 08.40, masih ada waktu 20 menit menunggu dosen masuk.
*****
Aku, Tita dan Gigi tengah berada di cafe dekat kampus sekarang. Sudah beberapa jam kami berkutat dengan laptop dan banyak buku yang berserakan di atas meja. Laporan minggu ini benar-benar membuat muak, sangat!
"Lama-lama gua santet deh ni dosen, nggak kira-kira bener kasih tugas," gerutu Tita, perempuan itu sudah terlihat kacau dengan kaca mata yang bertengger di matanya.
"Ih, Tita! Dosa tahu santet dosen! Mending kita bunuh aja sekalian," ujar Gigi.
"Iya Gi iya, tinggal lo atur aja rencananya!" Aku berucap pasrah. Gigi malah nyengir mendengar perkataanku.
"Bercanda kok, gue nggak mau bunuh orang, walau emang manusianya nyebelin sih." Gadis itu mencebikkan bibirnya kesal.
"Udahlah, mending nikah aja gue!" Pasrah Tita menelungkupkan wajahnya di meja.
"Hahaha, tiap nugas gitu aja omongan lo, sekarang malah kagak nikah-nikah, kepepet gue duluan lagi," ledekku tertawa melihat wajah depresinya.
"Sama, gue juga pengin nikah aja rasanya. Gimana sih Li, enak nggak nikah?"
Aku tampak pura-pura berpikir mendengar pertanyaan Gigi. "Hmmm, gimanya ya, enaknya sih cuma satu persen Gi," ucapku nelangsa, Gigi langsung menekuk wajahnya. "Sembilan puluh sembilan persennya enak banget, hahahaha!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapor, Komandan! [END]
General FictionBagi orang-orang, dijodohkan dengan sosok tentara yang tampan, macho, mungkin suatu keberuntungan. Tapi tidak bagi Lia, menurutnya ini sangat membosankan, kehidupannya yang ceria berubah menjadi kaku saat ia harus tinggal seatap dengan pria berwajah...