(49) Lapor Komandan | Miss U

69.8K 7.8K 448
                                    

Aku bersender pada sofa dengan lesu. Dari kemarin, Angkasa belum juga menghubungi atau bahkan memberiku kabar. Padahal dia udah janji mau panjat pohon biar dapat sinyal, ish dasar mulut cowok.

Tapi, walaupun kesal telingaku tak pernah berhenti mendengarkan rekaman Angkasa. Sumpah, aku gak tahu lho dia ngerekam suaranya di HPku, kapan coba lakuinnya? Bener-bener ya Komandan satu itu.

Angkasa rekam 5 lagu dan 5 surat dalam Al-Qur'an. Setiap denger suaranya, aku selalu merasa kalau Angkasa bener-bener ada di samping aku. Huh, efek kangen berat begini jadinya.

Namun bila hari ini
Adalah yang terakhir
Namun ku tetap bahagia
Selalu kusyukuri
Begitulah adanya

Namun bila kau ingin sendiri
Cepat, cepatlah sampaikan kepadaku
Agar ku tak berharap
Dan buat kau bersedih

Oh, sial. Aku malah menangis di bagian lirik ini. Huhu Angkasaaaa, aku kangeeeen!

Bisa gak sih pintu doraemon bawa aku ke tempat Angkasa? Atau bawa Angkasa ke sini, gapapa deh intinya ketemu. Rasanya tersiksa banget nahan kangen tanpa kabar satupun.

"Kamu kangen Ayah ya, Bunda sedih banget bawaanya." Aku berucap seraya mengelus perut rataku.

"Pokoknya kalau Ayah ngabarin kita harus ngambek, suruh siapa kan udah dua hari off terus WhatsApp nya."

"Kamu di sana bisa keluar gak sih, Bunda kesepian di sini." Aku menghela napas lesu. Mama Ayu dan Papa Dimas pergi karena ada acara. Biasalah pejabat tinggi, ada aja kegiatannya tiap hari.

Sementara Gigi dan Tita tidak bisa datang, karena ada kelas. Kalau kalian nanya kenapa aku ada di rumah, jawabannya.., aku mengambil cuti. Ya, ya, sebenarnya tanggung tinggal 1 semester lebih, tapi mau gimana lagi, the power off Mama Ayu, apa si yang gak bisa.

"Angkasa harusnya di sini nih, marahin gue. Huaaaa, Komandan, kenapa gak ngabarin sih, aku di sini belum makan belum minum obat, belum minum susu, kok gak dimarah-marahin jugaa?" Aku berteriak seperti orang gila, bodoamat pembantu mau denger juga aku gak peduli.

Aku melirik ke arah ponsel yang tak pernah ku matikan datanya, padahal aku tipe orang yang hemat kuota. Tapi demi Angkasa, apapun kulakukan! Iyalah, orang kuota aja pake duit dia kok.

Tapiiiii, kuota sama drakor gak bisa jadi obatku lagi sekarang. Mereka udah gak jadi moodbooster ku lagi. Cuma Angkasa memang, dia ke mana sih? Masa sesibuk itu sampai dua hari gak ngabarin?

Aku memejamkan kedua mata dan berucap lirih, "Angkasa, Angkasa, Angkasa." Berharapnya kayak di film-film, sebut nama tiga kali, orangnya nongol.

Tapi yang terjadi malah ...

"Eh, bumil, lesu amat lo gue liat-liat."

Aku melirik malas ke arah Dion yang datang. Dia dengan seenak udel duduk di sebelahku dan menaikan kedua kakinya. "Lo ngapain sih ke sini?"

"Jagain lo lah," jawabnya santai tanpa melirikku sedikitpun.

"Gue gak butuh lo. Gue maunya Mas Angkasa."

"Suami lo lagi nugas burung perkutut. Jangan ngadi-ngadi."

Aku mencebikkan bibir dan mendesah kesal. "Bete, bete, bete! Kenapa sih Mas Angkasa nugasnya pas gue hamil? Gak adil banget."

"Suruh siapa lo bikinnya detik-detik Mas Angkasa nugas. Itu sih DL."

Aku memukul Dion dengan bantal sofa dengan kesal. Ini cowok didiemin malah makin jadi aja mulutnya. "Bisa diem gak sih lo, orang lagi kesel juga."

Lapor, Komandan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang