Setelah bernegoisasi dengan Angkasa, kami memutuskan untuk bersikap seperti semula. Lebih tepatnya sikap Angkasa. Walau aku suka melihatnya hangat, tapi .., rasanya tuh aneh aja gitu. Bayangin deh, orang yang biasanya galak sama kamu, sering marah-marah, tiba-tiba jadi kayak sosok pacar yang perhatian banget! Kalian juga pasti kaget kan?
Lagian, bahaya kalau sikap Angkasa manis terus, bisa-bisa aku kena diabetes. Mending dimarahin aja deh, atau adu bacot biar penyakit darah rendahku mereda. Ya, tapi gak tahu sih ngaruh atau nggak.
"Terus, terus gimana? Mas Angkasa beneran kesurupan?" Tanya Gigi heboh.
Aku menggeleng seraya menjilat es krim rasa vanila yang baru kubeli.
"Lho, tapi itu beneran Angkasa?" Heran Tita, ia menggaruk keningnya bingung mendengar ceritaku.
"Iya! Kan gue udah bilang, gue cuma syok pas pagi sama kelakuannya. Kayak anak remaja mabuk kasmaran, iiihh." Aku bergidig ngeri membayangkannya.
Tita menggeplak bahuku keras. "Lo tuh, ih! Mas Angkasa baik kok malah syok. Bukannya dibaikin balik."
"Tahu nih, kan bagus kalau Mas Angkasa baik, lo jadi bebas mau dugem atau ke mana aja," celetuk Gigi menyeruput minumannya. Gadis itu berucap dengan wajah tanpa dosa membuatku kesal.
"Lo pikir Angkasa baik bakalan jadi peri? Boro-boro. Galak mah tetep aja galak."
"Tapi gue denger cerita lo, bagus tuh ada perubahan," ujar Tita.
Aku memutar kedua bola mata kesal, niat ingin bercerita seraya melepas penat di dalam mall, malah dibuat semakin pusing oleh Tita dan Gigi.
"Gak ada bagus-bagusnya perubahan dia."
"Masa sih?" Gigi menatapku tak percaya. "Hmmm, kayaknya Mas Angkasa suka deh sama lo."
Aku terdiam. Hal itu juga sempat terlintas dalam pikiranku, tapi ya aku bodoamat aja, ngerasa gak mungkin juga Angkasa suka aku. Orang dia cuma pengin nikahin aku doang kan?
Aku mengedikkan bahu tak tahu.
Tiba-tiba saja Tita menepuk tanganku. "Lo mau tips jadi istri yang baik gak biar Mas Angkasa nurut?"
"Ngapain, dia mau nurut atau nggak juga terserah."
Terdengar decakan pelan dari mulut Tita. "Serius ege, maksudnya biar apa-apa yang lo mau tuh dia kabulin."
"Kata Lia juga kan Mas Angkasa bukan Peri Tit, gak mungkin bisa kabulin semuanya," ucap Gigi polos, aku tertawa mendengarnya.
"Bener Gi bener, hahaha."
"Jangan gue panggil Tit!" Kedua mata Tita sudah terlihat berang menatap Gigi, aku si ngakak aja lihatnya, lalu tatapannya melunak saat berhadapan denganku. "Gini Li, kalau lo jadi istri yang baik kan pasti Mas Angkasa seneng, nah gue yakin nih kalau hati dia udah seneng apapun yang lo mau tuh pasti dikabulin!"
"Sok tahu lo, kayak yang punya suami aja."
"Tahu deh Tita, harusnya kan Lia yang kasih lo tips biar gak jomblo terus."
"Gigi!" Pekik Tita mencubit tangan Gigi hingga membuatnya kesakitan, senang sekali aku jika melihat mereka berdua sudah seperti kucing dan anjing.
"Sakit ih! Tita mah jahat mulu," keluh Gigi mengusap tanganya yang sedikit memerah. Aku menggelengkan kepala seraya kembali menjilati eskrim ku.
"Lo mah emang harus dijahatin, biar waras dikit!" Lalu, tatapan Tita beralih padaku. "Mau gak nih Li? Gue dapet dari tiktok tadi."
"Gak butuh, buat lo aja deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapor, Komandan! [END]
General FictionBagi orang-orang, dijodohkan dengan sosok tentara yang tampan, macho, mungkin suatu keberuntungan. Tapi tidak bagi Lia, menurutnya ini sangat membosankan, kehidupannya yang ceria berubah menjadi kaku saat ia harus tinggal seatap dengan pria berwajah...