"Berani-beraninya!"
Bughh!
Bughh!
Bughh!
"Mau jadi banci lo hah! Apa-apaan maksa cewek kayak tadi?!" Suara Dion menggema seisi ruangan.
Bahkan kegiatan yang lain terhenti dan memilih menyaksikan pertarungan antara Geo dan Dion. Aku meringis melihat Geo yang babak belur, tapi tak berani meleraikan. Begitu pula yang lain.
"Lo siapa bangs*at! Gak usah ikut campur!" Balas Geo sengit.
Bughh!
Dion ambruk ke lantai.
"Ini urusan gue sama itu cewek, lo gak usah sok jadi pahlawan!"
Dion bangkit perlahan dan aku melihat sudut bibirnya berdarah.
"Urusan dia urusan gue juga, lo disuruh siapa hah! Bilang sama gue!" Dion menarik kerah Geo kencang.
"Gue cuma mau bantu Radit tuntasin balas dendamnya, lo pikir dipermaluin depan umum sama suami ini cewek, gak ngerusak harga diri? Mikir anj*ng!"
Dion tersenyum miring. "Bego lo. Sama temen gak usah segitunya, yang punya urusan Radit bukan lo, gak usah sok jadi pahlawan," balas Dion dengan kalimat yang seeupa.
Lalu, pihak keamanan datang dan memisahkan mereka berdua. Aku menghela napas lega dan langsung mengikuti Dion yang sudah berjalan menuju parkiran.
"Masuk!" Suruh Dion mengode lewat gerakan kepalanya. Aku menurut.
Saat di dalam mobil, aku bisa melihat Dion yang berkaca dan sesekali mengaduh kesakitan.
"Sakit ya?" Tanyaku hati-hati.
Dion melirikku sekilas. "Sakit lah, lo mikir aja ditonjok segitu kencengnya."
Aku meringis dan merasa bersalah. Tapi di sisi lain merasa bersyukur karena Dion datang di waktu yang tepat. "Seharusnya lo gak perlu hajar Geo kayak tadi."
"Dan biarin lo dicium dia terus gue kena tonjok suami lo? Ogah! Mending ribut sama itu cowok!" Ketus Dion.
"Tapi kan lo jadi kesakitan gini, gue yang ngerasa bersalah."
"Yaelah, kalau ditonjok Mas Angkasa bisa sampai di opname kali gue."
Aku berpikir, iya juga ya. Sama seperti Radit kala itu.
"Lagian lo ngapain sih main-main gituan, sok asik! Awwss!" Dion masih berusaha untuk menyapukan alkohol di daerah mulutnya, siaga juga ini cowok sampai sediain kotak P3K di mobil.
"Mana gue tahu bakal gitu," ucapku pelan. "Gue bantu sini." Aku mendekati Dion hendak mengambil alih kegiatannya, tapi cowok itu menolak.
"Gak! Lo diem aja."
"Tapi----"
"Amanat dari suami lo gak boleh ada sentuhan sedikitpun," ucap Dion.
Aku terdiam berusaha menahan rasa aneh yang membuncah mendengar perkataan Dion. Seperti perasaan senang mungkin? Tanpa sadar aku tersenyum kecil, tapi, di sisi lain gak tega juga liat Dion ngobatin sendiri.
"Darurat boleh kali," ujarku masih berusaha untuk menolong Dion.
"Lo pikir gue sekarat?"
Aku hanya mendengus mendengar nada tak bersahabat dari Dion. Memutuskan untuk membuka ponsel dan membaca grup WhatsApp yang terlihat ramai.
Anak Hilang (3)
Tita
Liaaa lo di mana anjir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapor, Komandan! [END]
General FictionBagi orang-orang, dijodohkan dengan sosok tentara yang tampan, macho, mungkin suatu keberuntungan. Tapi tidak bagi Lia, menurutnya ini sangat membosankan, kehidupannya yang ceria berubah menjadi kaku saat ia harus tinggal seatap dengan pria berwajah...