(10) Lapor Komandan | Gampang Dibodohi

96.3K 11.7K 537
                                    

"Ndan, mau martabak telur!"

"Ndan, mau teh manis!"

"Ndan, mau kuota!"

"Ndan, bantuin, pengin nonton tivi!"

"Ndan, kerjain tugas aku dong, hehe."

Aku bersorak penuh kemenangan dalam hati. Sedari kemarin, setiap sesuatu yang aku minta pasti akan selalu diturutinya, ya kecuali boba, es, dan makanan pedas. Langsung kena semprot aku minta begituan. Katanya kalau yang masih wajar dan nggak ganggu kesehatanku sih gak masalah.

Tapi aku salut lho, Angkasa nggak pernah ngeluh aku suruh-suruh, walau muka garangnya nggak pernah lepas. Ya gapapa, asal keinginanku terpenuhi, toh dia galak memang sudah dari sananya. Libur kuliah yang biasanya bikin bosan, sekarang udah nggak lagi. Karena dulu kalau di rumah tuh penuhnya sama ocehan Mami, kalau sekarang nggak. Penuh kuota dan drama yang sudah ku download. Enak kan? Makanya nikah!

Hehe bercanda.

Sekarang aku bisa melihat jelas bagaimana lihainya jari Angkasa bergerak di atas keyboard laptop. Aroma tubuh Angkasa seperti khas sekali dalam indera penciumanku, berada di sampingnya membuatku ingin bersandar di bahunya yang kokoh itu, ya tapi aku cukup waras sih untuk tidak melakukannya.

"Kirim lewat e-mail?"

"Heeum. Itu namanya."

Angkasa tak berkata, ia melakukan yang ku perintah.

"Makasih, Ndaaaan!"

Dia hanya berdehem. Ish, menyebalkan sekali. Jawab sama-sama apa susahnya sih.

"Siniin laptopku, mau lanjut nonton."

"Saya pinjam bentar," ucap Angkasa menahan tanganku.

"Gak mau."

"Sebentar."

"Mau ngapain sih?"

"Saya periksa."

Aku langsung melotot kaget. Astagfirullah, bahaya! Ini siaga satu namanya. Angkasa mau memeriksa laptopku? Bisa kena sita nanti.

"Ih! Nggak boleh, siniin."

Angkasa bangkit dan menjauh dariku. Pria itu berjalan dan duduk di meja kerjanya. Ingin berlari, tapi kakiku masih tak bisa diajak kompromi. Aku hanya bisa pasrah melihat Angkasa yang begitu serius dengan laptopku.

Jangan ketemu ya Allah, jangan.

"Ndan, udah belum?"

Aku semakin tak karuan, tak henti-hentinya memainkan tangan lantaran gugup. Angkasa tak menjawab pertanyaanku, dapat kulihat alisnya mengkerut membaca sesuatu. Mati kau Lia.

"List jodoh?"

Tuhkan!

"Banyak sekali foto cowok di sini, buat apa kamu?"

Aku mengacak-acak rambut frustasi. "Gak tahu! Ndan, nggak sopan banget sih periksa-periksa laptopku secara paksa gitu!"

"Siapa mereka?" Tanya Angkasa sekali lagi.

"Manusia."

"Siapa?"

"Ma.nu.si.a Komandan Angkasa."

"Saya serius Lia."

Aku menghembuskan napas lesu. Mau berbohong pun percuma, Angkasa tidak akan mudah percaya begitu saja. "List jodoh aku," jawabku pelan, sangat pelan.

"List jodoh bagaimana? Yang benar kamu kalau bicara."

"Iya! Orang yang selama ini aku suka diam-diam, puas?!"

Lapor, Komandan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang