(24) Lapor Komandan | Demo

72.7K 8.2K 562
                                    

Sudah satu bulan lebih aku tidak bertemu Mami dan Papi. Rasanya kangennnn banget, tapi ya susah juga kalau udah gini keadaannya. Untunglah Papi masih hubungi aku sesekali, jadi aku masih tahu gimana kondisi Mami. Untungnya Angkasa juga batalin niatnya buat nuntut Mami.

Mama Ayu juga lebih perhatian padaku, bahkan ia memberikan bimbingan yang ekstra agar aku tak lagi melakukan kesalahan seperti dulu, terhadap Bu Bagaskara. Mama Ayu menjelaskan bagaimana sikapku jika menghadapai orang semacam itu. Apalagi setiap minggu kami bertemu.

Tapi aku bersyukur ada Mbak Ais yang senantiasa di sampingku selama ini, jadi Bu Bagaskara tidak bisa semena-mena dan memancing emosiku lagi. Ini juga amanat dari Angkasa, agar Mbak Ais memantau dan menjagaku, ia tidak mau aku kelepasan lagi katanya, huh padahal bukan aku juga yang mulai.

Kembali ke masa kini, sekarang sedang ramai sekali orang-orang membicaran tentang Omnibus Low RUU Cipta Kerja. Bahkan banyak orang yang sudah berbondong-bondong melakukan demo di kantor DPR untuk membela keadilan.

Aku yang masih mahasiswa saja tidak terima dengan disahkannya RUU Cipta Kerja ini, apalagi mereka para buruh dan karyawan. Sungguh, ke mana penerapan dasar negara pada sila ke-5? Apa ini yang disebut dengan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia?

Kini, giliran kampusku untuk maju ke garda terdepan. Tentu saja aku ikut, walaupun di sana Angkasa marah-marah karena dia yang menjaga keamanan saja merasa kelimpungan, eh aku istrinya malah ikutan demo.

Kira-kira begini isi chatku dengan Angkasa.


Komandan Singa

Assalamu'alaikum, selamat siang komandan terhormat, saya atas nama Lia istri dari lettu Angkasa Pangestu Dirgantara, hendaknya meminta izin untuk ikut serta dalam membela keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Saya meminta ridho dari Anda agar selalu selamat sentausa menghantarakan, eum maksudnya membela kebenaran dan keadilan. Sekali ini aja Ndan, aku mohon yaaa pleasee pulang dari sini jangan marah-marah, aku lagi berjuang dalam kebaikan soalnya.

Sekian, wassalamu'alaikum.

Saya ga kasih izin. Pulang.

Maaf, Ndan. Tapi aku udah ngapalin yel-yel, rugi kalau gak ikut.

Lia kamu harus tahu bagaimana ricuhnya keadaan sekarang, saya saja bahkan kelimpungan. Kamu gak usah ikut-ikutan.

Aku janji gak akan repotin Ndan, kita jauh-jauhan. Posisi Ndan di mana? Biar aku bisa jaga-jaga.

Jangan nekat Lia, saya tidak memberi kamu izin.

Aku udah ngechat panjang lebar, masa gak dikasih izin? Aku itu mau membela hak rakyat! Menyuarakan hati rakyat, harusnya Ndan dukung dong.

Saya gak dukung kamu, itu berbahaya.

Tenang, aku bisa jaga diri kok. Daaah, aku siap-siap dulu. Pokoknya sampe rumah jangan marah-marah!

Sedikit menguji mental memang. Aku yang bodoamatan dan suka ikut-ikutan kayak begini tetep gas walau Angkasa gak kasih izin. Semoga aja nanti gak ketemu Angkasa yang memang lagi jaga keamanan.

"Semuanya siap?" Teriak Baim, si pemimpin seluruh mahasiswa di kampusku.

Sekarang, kami sudah berbondong-bondong berjalan menuju kantor DPR. Ternyata banyak kampus lain yang juga turut serta melaksanakan suara hati rakyat ini.

Lapor, Komandan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang