(31) Lapor Komandan | Jujur

70.3K 8.4K 809
                                    

"Awhhh!" Aku meringis kesakitan. Tapi Angkasa terlihat tak menggubris, ia terus menarikku hingga ke parkiran, tak peduli jika tubuh kami berdua basah terkena air hujan.

"Masuk!"

Angkasa mendorong tubuhku membuatku tersentak kaget, pria itu langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.

Napasnya terlihat kembang kempis, tangannya membuka luaran seragam lorengnya dengan kasar. Aku masih tak berani untuk menegurnya.

Angkasa hanya menyisakan kaos yang membalut tubuhnya. Kami sama-sama basah.

"Puas kamu?!"

Angkasa menatap tajam ke arahku. Aku meneguk ludah, merasa sangat terintimidasi dengan auranya.

"P-puas apa?"

"Saya kesal kamu tidak pernah mengerti. Kenapa kamu harus menemui Radit lagi! Gak puas dengan hinaannya kemarin?"

Aku menggeleng pelan dan menunduk. "Aku gak ketemuan sana Radit," cicitku pelan. Padahal aku ingin marah karena melihat Angkasa dengan dokter Rindu, tapi suasana pasti akan semakin kacau.

"Lalu yang saya lihat tadi apa? Anak kecil juga tahu kamu ketemu sama dia!"

"Itu gak sengaja."

"Sengaja tapi kayak pasangan romantis ya main hujan-hujanan, sampai jadi pusat perhatian orang," sindir Angkasa tajam.

Aku menghela napas, menyusut air mata yang menggenang di pelupuk mataku. "Aku bahkan gak tahu Radit ada di sana. Seharusnya aku yang tanya Komandan, ngapain tadi sama dokter Rindu? Komandan selingkuh?"

Aku menatapnya. Angkasa terlihat terkejut, lalu ekspresinya kembali datar.

"Kalau saya selingkuh kenapa?"

Tak cukup dengan goresan di hatiku yang Mami beri, Angkasa kembali menambah goresan itu. Setelah ini siapa lagi?

"Komandan jahat." Aku berkata lirih, lalu terisak.

"Kamu yang tidak dewasa!"

"Aku berusaha!" Isakku. "Susah Ndan, susah! Buat sosok kekanakan kayak aku yang harus dipaksa jadi apa yang Komandan mau, yang orang-orang mau. Apa gak cukup Mami neken aku selama ini?"

"Saya tidak menekan kamu. Saya hanya memberi tahu, kamu harus dewasa Lia. Kamu sudah jadi istri," ucap Angkasa, suaranya terdengar melemah.

"Terus apa bedanya sama Komandan? Ketemuan sama perempuan lain tanpa aku tahu, apa itu dewasa? Apa itu gak salah? Kenapa di posisi ini seolah-olah aku yang selalu terpojokkan? Ndan sadar gak sih, semenjak kemarin, Komandan itu nunjukkin sikap kalau Komandan suka sama dokter Rindu! Aku istri Ndan kan? Kenapa Ndan, tega lakuin itu di hadapan aku?"

"Saya gak selingkuh Lia," lirih Angkasa.

"Tadi Komandan ngaku sendiri."

"Saya gak memojokkan kamu. Saya cuma gak mau kejadian kemarin terulang lagi, harga diri saya tercoreng melihat kamu dihina orang lain, apa kamu mau Radit lakuin itu lagi? Saya cuma mau jaga kamu."

"Tapi Komandan jahat! Omongan Ndan, itu terlalu bikin aku takut," ucapku.

Lalu Angkasa memegang tanganku. "Saya minta maaf." Kami saling bertatapan. "Tapi saya mau kamu gak ketemu Radit lagi."

"Komandan juga jangan ketemu dokter Rindu lagi."

Angkasa hanya diam.

"Kenapa gak jawab?" Aku bertanya.

"Saya gak bisa buat gak ketemu dokter Rindu lagi."

"Komandan gak adil! Kenapa aku gak boleh ketemu Radit sedangkan Ndan, sendiri bisa seenaknya ketemu dokter Rindu?"

Lapor, Komandan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang