(50) Lapor Komandan | Papi

73.2K 8.1K 1.1K
                                    

Aku yang tengah tertidur merasakan sesuatu menyentuh bagian pipiku, menjalar pada kening dan rambutku diusap dengan sangat lembut.

Siapa yang melalukan ini? Pikirku.

Dengan perlahan, aku membuka kedua mata. Awalnya buram sekali, tapi saat melihat dengan jelas, kedua mataku membulat seketika.

"Komandan?!"

Aku memekik tak percaya melihat kehadirannya. Lihat! Ya Tuhan, orang yang selama ini aku rindukan akhirnya kembali. Tanpa basa-basi aku langsung memeluk erat tubuh besarnya.

Menumpahkan segala kerinduan yang selama ini terbelenggu. Sudah lebih dari 4 bulan Angkasa pergi, dan akhirnya kembali juga. Terimakasih Tuhan, ternyata engkau masih mendengarkan do'aku.

Aku gak tahu lagi harus bilang apa, lihat Angkasa ada di hadapanku itu rasanya campur aduk. Antara senang, sedih, dan bahagia.

"Kangen banget," lirihku dalam pelukannya.

"Saya lebih kangen kamu." Angkasa mengusap punggungku seperti biasa.

"Kenapa, Ndan gak kabarin aku pulang hari ini."

"Kejutan, biar kamu kaget."

"Ish, harusnya kasih tahu biar aku nyiapin sambutan kepulangan, Komandan."

"Gak perlu, Dek. Liat kamu dengan perut buncitmu aja itu udah buat saya senang."

Aku terharu mendengarnya. Aku terus mengeratkan pelukan seolah tak mau untuk melepasnya. Biarkan rasa ini tersalur setelah terpendam sekian lama.

"Selama ini aku susah tidur nyenyak gara-gara mikirin, Ndan terus," keluhku yang memang ada benarnya.

Angkasa tak merespon ucapanku.

"Gak mau sapa Komandan kecil nih?" Sindirku seraya melepas pelukan.

Angkasa tersenyum tipis dan menatap perutku. Tangannya mengusap dengan sangat pelan. "Komandan kecil kelamaan ya Ayah tinggal? Maafin Ayah ya sayang."

"Makasih udah jaga Bunda selama Ayah gak ada."

Aku mengusap sudut mataku yang mengeluarkan air mata. Masih merasa tak percaya yang di hadapanku ini adalah Angkasa.

"Pasti Bunda kamu sering nakal ya selama ini."

Aku cemberut. "Enak aja."

Angkasa melirikku dan tersenyum kecil, lalu kembali menatap ke arah perutku yang membuncit. "Gak kerasa ya, sudah selama ini saya ninggalin kamu," ucapnya dengan tatapan kosong.

Aku tersenyum lirih dan mengusap rambut hitamnya. "Nggak. Ini gak lama, Ndan cuma ninggalin beberapa bulan, gak sampai setahun."

"Kemarin siapa ya yang ngerengek suruh pulang padahal baru beberapa hari," sindir Angkasa. Aku mencubit tangannya.

"Itu kan pas awal-awal, aku belum terbiasa. Tapi kesananya, nggak kok. Aku udah mulai berpikir jernih, kata Mama juga bahkan Papa dulu nugasnya sampai dua tahun."

Angkasa menatapku, kami saling berpandangan. Tangannya mengusap lembut pipiku.

"Saat nugas, saya selalu mikir Dek, apa saya bisa kembali lihat kamu lagi atau tidak." Aku terdiam mendengar ucapannya. "Setiap hari saya berjuang keras untuk tetap bisa bertahan, demi kamu, dan juga Komandan kecil kita."

"Hari ini saya bahagia, bisa sama kamu lagi, sapa Komandan kecil lagi yang sekarang udah mulai besar. Kamu pasti kesusahan ya selama ini tanpa saya? Maaf."

Aku menggeleng seraya menatap Angkasa. "Ndan, gak perlu minta maaf. Justru harusnya aku yang bilang makasih, karena perjuangan Komandan buat kembali bener-bener berarti banget buat aku."

Lapor, Komandan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang