Aku langsung kabur setelah mengatai Angkasa, berharap dapat terhindar dari pelototan tajamnya. Baru saja aku menghela napas lega karena sudah berlari menjauh darinya, tiba-tiba saja Angkasa sudah berada di sampingku. Aku celingak-celinguk memastikan jika ini benar-benar Angkasa, aku berani sumpah! Tadi Angkasa jaraknya jauh banget. Tapi kenapa udah ada di sini aja dia sekarang?
"Cari apa kamu?"
Aku dan Angkasa menghentikan kegiatan kami. Memberikan cengiran seperti anak kecil yang tertangkap basah membeli permen, itulah aku sekarang. Sementara Angkasa, ya kalian pasti sudah tahu bagaimana sekarang, menatap tajam dengan tangan yang ditaruh di kedua pinggangnya.
"Duduk dulu yuk Mas ganteng, capek aku."
Kutarik tangannya yang kekar untuk duduk di pinggiran lapangan, tepat di bawah pohon beringin agar terlindung dari panasnya cahaya matahari yang sudah semakin naik. "Cari apa tadi?"
"Ha? Nggak! Gak cari apa-apa kok." Aku tersenyum paksa.
"Mencari jodoh?"
Aku terkekeh mendengar sindiran Angkasa, disenggolnya bahu pria itu agar terkesan sok akrab. "Ya nggak lah! Aku kan udah punya komandan yang baik hati, royal, nggak pelit, ganteng---"
"Dan galak seperti singa, iya?"
"Pinter."
Aku merasa terhibur dengan ekspresi Angkasa saat ini, entah kenapa melihatnya menahan kesal malah memberikan kesan lucu bagiku. Kalau begini, aku malah semakin gencar untuk menggodanya. Tapi .., kalau Angkasa marah kayak dulu gimana ya? Aku takut sih, soalnya serem banget.
"Saya tidak galak. Perlu kamu tahu itu."
"Masa sih? Orang kalau bentak aku aja Mas berasa singa lagi ngaum, aaaauuuuuuu!"
"Itu srigala Dek Lia." Aku tertawa keras. Tatapan sinisnya dan sebutan 'Dek' untukku menunjukkan bahwa Angkasa juga bisa diajak bercanda. "Tutup mulutmu. Istri Lettu kok macam genderewo ketawanya."
Aku semakin tertawa ngakak, sampai kupukul berkali-kali bahu Angkasa lantaran tak kuasa menahan kelucuan ini, tak peduli jika banyak pasang mata yang menatap ke arah kami. "Hahahahaha, Mas ternyata bisa bercanda juga."
"Saya juga manusia."
Aku meredakan tawa setelah merasa lelah, lalu berdehem dan menatap Angkasa lekat. "Mas itu sadar gak sih? Dari kemarin-kemarin aku ajak bercanda malah dibawa serius terus, kirain aku Mas orangnya memang gak bisa diajak bercanda, eh ternyata, manusia juga toh, bukan singa beneran."
"Kamu!" Geram Angkasa.
Tiba-tiba datang Ais dan Raka, tak lupa dengan Arthur yang berada dalam gendongan pria itu. "Lagi seneng banget nih kayaknya," ucap Raka lalu duduk selonjoran di hadapan aku dan Angkasa.
Aku terkekeh. "Biasa, Mas Angkasa lagi bercanda, lucu banget."
"Oh ya?" Raka terlihat tidak percaya.
"Heeum. Nih, tanya deh sama orangnya langsung, iya kan Mas?" Aku menatap Angkasa menggoda.
"Ngaco kamu."
Tawaku meledak seketika melihat wajah masam Angkasa, Arthur tiba-tiba berjalan menghampiriku. "Arthur nya Ateuuu! Aduh makin ganteng banget sih kamu," ucapku gemas seraya memenjarakannya dalam pelukan. "Ini bisa gak sih Mbak Arthurnya buat aku aja?"
"Kamu kira dia barang," sahut Angkasa.
"Apa sih Mas, aku kan mintanya sama Mbak Ais."
Ais terkekeh. "Ya kamu bikin aja lah sama Mas Angkasa Li."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapor, Komandan! [END]
General FictionBagi orang-orang, dijodohkan dengan sosok tentara yang tampan, macho, mungkin suatu keberuntungan. Tapi tidak bagi Lia, menurutnya ini sangat membosankan, kehidupannya yang ceria berubah menjadi kaku saat ia harus tinggal seatap dengan pria berwajah...