Aku menghampiri Tita dan Gigi yang tengah mengerjakan tugas di perpustakaan kampus. Lantas, aku duduk di hadapan mereka yang tampak fokus pada laptopnya masing-masing.
"Woi Li, baru dateng lo," celetuk Tita sekilas, lalu kembali menatap laptopnya. "Bentar ya, gue nugas dulu dikit." Aku hanya berdehem.
Berbeda dengan Gigi yang tampak mengantuk dan juga malas-malasan. Manusia satu itu memang kebiasaan, ada tugas malas, gak ada tugas makin malas.
"Capek-capek ngerjain tugas, yang selesai malah hubungan gue," celetuk Gigi terdengar menghela napas.
"Sama siapa?" Tanyaku bingung.
"Kak Dana lah, siapa lagi."
"Jadian aja gak pernah lo, ah." Tita menyindir tapi tak menatap ke arah Gigi.
"Emang selesainya hubungan harus pacaran dulu ya?"
"Yaiyalah Gigi! Kalau gak pacaran, hubungannya belah mana?" Tanyaku greget.
Gigi menutup laptopnya. "Hubungan antar sesama manusia?" Gigi menatapku polos.
Aku menepuk kening. "Gak gitu juga Gi, konsepnyaaaaa!"
"Terus gimana dong," keluh Gigi memangku dagunya dengan sebelah tangan. "Gue kan gak tahu."
Aku memutar bola mata malas, merasa lelah merespon Gigi.
"Gimana kemarin? Mas Angkasa marah gak sama lo?" Tanya Gigi.
Aku menggeleng. "Biasa aja."
"Bagus tuh," ucap Tita masih mengerjakan tugasnya. "Berarti dia udah mulai bisa lunak sama lo."
Aku tampak berpikir. "Nggak sih kayaknya. Gue malah ngerasa aneh sama Mas Angkasa."
"Aneh kenapa lagi sih Li? Suami baik dibilang kesurupan, suami gak marah dibilang aneh, lama-lama lo yang gak waras nih," ucap Tita menatapku dengan kedua alisnya yang menyatu.
"Bukan gitu maksud gue." Aku menyela.
"Gimana si gimana? Kok gue gak paham?" Tanya Gigi dengan wajah lemotnya.
"Gimana mau paham, orang belum dijelasin." Tita memutar bola matanya malas ke arah Gigi. Perempuan itu pun menutup laptopnya malas. "Buruan cerita, gue udah gak napsu ngerjain tugas."
Aku mengambil napas terlebih dahulu dan menghembuskannya secara perlahan. "Jadi, kemarin itu gue sama Mas Angkasa makan di luar, terus tiba-tiba ada Radit sama gengnya muncul, Geo juga ada. Pas mereka liat ke arah gue sama Mas Angkasa, masa langsung kocar kacir gitu? Kayak liat setan, pas gue nanya ke Mas Angkasa dia gak jawab apa-apa. Tapi gue yakin sih, pasti diapa-apain si Radit ampe begitu."
Tita dan Gigi mengangguk-anggukan kepalanya bebarengan, lalu tersenyum aneh. Aku yang berada di depan mereka, menatap bingung. "Lo berdua kenapa?"
"Gapapa, gapapa, ya kan Gi?" Tanya Tita. Gigi mengangguk dan aku semakin bingung.
"Sebenernya ya Liiiii..."
Aku masih menunggu Tita melanjutkan ucapannya, tapi perempuan itu malah menyuruhku untuk mendekat dan membisikkan sesuatu. "Pas kemarin, Geo hampir masuk penjara."
Kedua mataku membulat seketika. "Apa?!" Pekikku kaget. Namun, aku langsung meminta maaf karena orang di dalam perpus tampak terganggu. "Sumpah lo? Kok bisa?" Bisikku pada Tita.
"Ya bisalah Lia, apa si yang suami lo gak bisa," ucap Tita.
"Kalian kok tahu sih?" Aku mendesah tak terima.
"Orang kita yang bantu Mas Angkasa kok sama Dion, buat laporin Geo," sahut Gigi terlihat santai.
Astaga, mereka ini yaaaaa... Ternyata!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapor, Komandan! [END]
General FictionBagi orang-orang, dijodohkan dengan sosok tentara yang tampan, macho, mungkin suatu keberuntungan. Tapi tidak bagi Lia, menurutnya ini sangat membosankan, kehidupannya yang ceria berubah menjadi kaku saat ia harus tinggal seatap dengan pria berwajah...