(41) Lapor Komandan | Bogor

69.8K 8K 1K
                                    

Hari yang cukup menyenangkan. Setelah melalui berbagai acara dan lomba, aku hanya mendapatkan makanan, itu juga dari hasil lomba joget balon Angkasa dengan Mas Raka. Dibagi dua pula.

Kalau lomba mendandani, tentu saja aku tidak menang. Secara Angkasa bikin wajahku kayak ondel-ondel. Mana pede banget lagi ngajakin foto.

Tapi, kalian tahu aku ada di mana malam ini?

Jakarta? Bukan!

Aku ada di Bogor! Gila gak? Nggak sih, biasa aja. Hahaha.

Tadi pas pulang, di rumah ada Mama Ayu dan juga Papa Dimas, tanpa basa-basi mereka kasih aku dan Angkasa liburan berdua dua hari. Karena tanggal 10 September nanti Angkasa sudah akan berangkat. Itu artinya, ada 22 hari sisa waktuku dengannya.

Tadinya kita gak tahu mau ke mana, tapi Angkasa ajak aku ke Bogor karena pria itu bilang di sini adem suasananya. Gak kalah sama Bandung. Kami juga menginap di hotel dekat Kebun Raya Bogor. Ngomong-ngomong ini kayaknya lebih ke bulan madu deh daripada liburan.

Malam ini aku dan Angkasa memutuskan untuk makan pecel ayam yang berada di dekat Mall BTM. Hanya perlu jalan kaki beberapa menit saja kami sampai di sana.

Bogor memang tak sepadat Jakarta, tapi tetap saja kalau hari libur pasti macet.

Setelah makan pecel ayam, Angkasa mengajakku jalan-jalan menyusuri jalanan kota Bogor. Walau kita bawa mobil, tapi Angkasa bilang menikmati waktu malam dengan jalan kaki lebih menyenangkan daripada naik kendaraan. Yaiyalah, dia mah emang udah sering jalan kaki berkilo-kilo meter, kalau aku baru beberapa ratus meter aja gempor rasanya.

"Dulu saya pernah latihan di lapangan tembak 300, di sana pemandangannya masih bagus dan asri. Kamu mau saya ajak ke sana?" Tanya Angkasa di tengah perjalanan kami.

"Jauh gak?"

"Satu jam jika tidak macet."

"Di sana ada apa aja emang? Cuma lapangan?"

Angkasa mengangguk. "Tapi saya yakin kamu tidak akan menyesal ke sana."

Aku merangkul tangan besar Angkasa dan bersender. "Bawalah dinda ke manapun kakanda pergi."

Angkasa tertawa. "Bicara apa kamu tuh, Dek, Dek."

"Biar ala-ala kerajaan jaman dahulu gitu, Ndan."

Angkasa mengajakku duduk di sebuah kursi yang ada di trotoar. Sejujurnya, dari tadi cukup banyak pasang mata yang lihat ke arahku sama Angkasa, aku yakin itu pasti jomblo, atau gak orang yang punya pasangan tapi gak bisa diajak gandengan, hehehe. Bercanda.

"Halo Kak!"

Aku dan Angkasa refleks mendongak ke asal suara. Di sana ada dua perempuan remaja perempuan.

"Iya?" Karena Angkasa cuek bebek, aku menimpali.

"Ini Kak Angkasa yang tentara itu kan?"

Aku dan Angkasa saling memandang. Dari mana perempuan ini tahu Angkasa? Secara pria itu sedang tidak memakai seragamnya sekarang.

"Tahu dari mana?" Tanyaku.

"Ya ampun, aku ini nge-fans banget sama, Kakak. Gak nyangka deh bisa ketemu di Bogor, ngomong-ngomomg ini adeknya ya Kak?"

Kampret. Ternyata Angkasa diam-diam punya penggemar. Padahal setahuku followers dia cuma ribuan di Instagram.

"Saya_____"

"Salam kenal ya. Aku Airin, ini temenku Gina," ucapnya menyodorkan tangannya padaku. Walau malas, aku membalas jabatan tangan keduanya.

"Salam kenal juga, Kak."

Lapor, Komandan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang