Chapter 10

4.7K 341 28
                                    

"Ngapain Lo bawa dua cewek sekaligus ke rumah, ck, depan Mama Papa Lo sok baik aslinya mah bajingan," ujar Alvaro.

Alvano, Wawa, dan Nadia reflek mencari sumber suara, Alvaro berdiri di depan meja.

"Kita cuma belajar bareng aja Ro, Lo nggak usah mikir yang aneh aneh, Lo nggak mau ikutan?" sahut Alvano.

"Ck, gue udah pinter buat apa belajar." Alvaro menyombongkan diri.

"Hilih, pinter gara gara orangtua aja bangga." Nadia mengucap sambil mengoret ngoret bukunya kesal.

Mendapat sindiran seperti, Alvaro segera mengambil duduk dibangku depan Nadia, "maksud Lo apa?" bentak Alvaro tidak terima.

"Semua orang juga tau kali, Lo si tukang bolos sekolah yang ketua gengster kenapa bisa ada dikelas 11 Ipa 1 yang isinya orang orang pinter semua, karena Lo anak pemilik sekolah." Nadia menatap sengit cowok didepannya, Nadia nyaris tanpa beban mengucapkannya tanpa menghiraukan sekarang dirinya ada dirumah siapa, Alvaro berdiri dikursinya, melompati meja dan berakhir duduk berdekatan disamping gadis itu.

"Gue bakal buktiin ke Lo kalo gue di kelas 11 Ipa 1 bukan karena bokap gue." Alvaro mengambil soal yang daritadi Nadia pelototin sampe mampus tapi tidak dikerjain, yah karena otak Nadia tidak sampai. Alvaro juga merebut polpen yang Nadia pegang.

Tidak sampai hitungan menit, kertas itu sudah penuh dengan angka angka beserta tatanan rumus rumus yang rapi oleh Alvaro, Nadia melotot, mulutnya sedikit mengangga masih tidak percaya ternyata Alvaro mampu menyelesaikan soal yang dari tadi membuat otaknya ngebull dalam waktu secepat kilat.

"Nih, tanyain ke Vano jawaban gue bener apa nggak, kalo misal ada yang salah gue janji bakal nikahin lo," ujar Alvaro sembari menyerahkan jawabannya ke Nadia, Ia yakin 100% jawabannya benar dan akurat.

"Dih, gue mah ogah nikah sama lo."

Nadia menghampiri Alvano dan Wawa, sedangkan Alvaro menunggu dengan santuy.

"Van, nih jawaban gue bener nggak," bohong Nadia.

Alvano menerima dan mengoreksi.

"Bener, tapi..."

"Tapi apa?."

"Ini tulisan saudara gue, Lo nggak usah bohong."

"Nah gue emang nggak bisa, makanya gue minta Lo yang ngajarin gue tapi Lo malah sibuk ngajarin Wawa padahalkan yang minta ajarin duluan itu gue." Nadia menunduk.

"Nad, gue minta maaf kalo gue salah," ujar Wawa, dirinya merasa bersalah.

"Enggak papa kok." Nadia juga tidak enak bila harus memaksakan kehendak juga, Ia tersenyum terpaksa ke arah Wawa, agar gadis itu tidak merasa bersalah.

"Ck, Gue aja yang bakal ngajarin Lo, biar Wawa sama Alvano." Alvaro mengapit kepala Nadia diketiaknya, menuntun untuk duduk kembali dimeja yang tadi.

Tumben tumbenan si Alvaro ada belas kasihan.

"Mana yang Lo nggak paham, biar Aa yang bantu kamu."

"Syaland, nih kamfret gue juga nggak ada niatan buat belajar bangke, gue cuma pengen deket sama Vano, ngapain Lo ikut ngerecokin sih." batin Nadia.

"Oh ya setelah gue bantuin lo belajar, lo juga harus bantuin nidurin adek gue yah," bisik Alvaro tepat di telinga Nadia.

"Adek?."

"Alvano."

"Bukan dia." Alvaro memandang kebawah, Nadia mengikuti arah tatapan Alvaro, tepat di tengah tengah celana pendek yang laki laki itu kenakan, mengembung besar.

Alvaro melonggarkan bajunya dengan mencopot 2 kancing atas, menaik turunkan alisnya mengoda Nadia, cowok itu bahkan berulang kali mengeluarkan smirk devilnya.

Nadia melotot, bergidik ngeri, tercenggang, badannya keringat dingin menahan godaan laki laki
itu.

Gerak cepat Nadia memasukan buku bukunya kedalam tas. Alvaro hanya tertawa kecil melihat ekspresi dan tingkah mengemaskan Nadia.

"Alvano, gue pulang duluan ya, Mamah gue udah nyariin." Nadia berbohong, padahal jikalau dirinya tidak pulang seminggu saja itu tidak masalah buat Nayla, karena Ia tau anak gadisnya itu palingan hanya berani menginap di rumah temannya, Rahma ataupun Wanda dan juga suatu keuntungan juga untuk Nayla, karena tidak ditagih jatah uang jajan oleh Nadia.

"Buru buru amat Nad masih jam 3," tanya Wawa.

"Iya, banyak kerjaan juga dirumah," jawab Nadia. Padahal dia kalo dirumah enggan sih ngerjain pekerjaan rumah.

"Oh ya sebentar, gue anterin Lo," ujar Alvano. Nadia sumringah.

"Eh ntar Wawa disini sendiri, mending gue aja yang nganterin Nadia," usul Alvaro, dirinya mengangkat bibirnya sebelah.

"Tydakkk."

"Enggak usah, gu-gue udah pesen ojol tadi, sekarang orangnya juga udah nunggu didepan."

"Bye semuanya, Assalamu'alaikum," pamit Nadia.

Tbc.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang