Chapter 52

3.8K 257 109
                                    

Sore harinya, Pak Dandang selaku pembina camping mengumpulkan semua muridnya untuk memberi arahan terkait dengan permainan outbond.

"Anak anak semuanya harap dengarkan baik baik, kupingnya dipasang jangan sampe ada yang minta dijelasin ulang, Bapak hanya akan memberi arahan satu kali jelas itu?" seru Pak Dandang.

"Jelas pak," sahut semua murid hampir serentak.

"Jadi nanti kalian akan dibagi menjadi beberapa pleton...." penjelasan Pak Dandang yang panjang nan lebar, jika dijabarkan sechapter hanya untuk sesi penjelasan sekaligus ceramah beliau.

"Paham semuanya!" seru Pak Dandang memastikan anak murid tercintanya memahami.

"Paham" sahut semua murid hampir serentak.

Semua murid berpencar menuju pletonnya masing masing, setiap pleton diisi oleh 40 anak, sedangkan untuk murid yang ikut camping angkatan ke 16 ini semua muridnya ada 1027.

Mereka disuruh untuk melewati beberapa pos yang telah disediakan oleh panitia. Setiap pos terdapat rintangan masing masing, juga mereka  dilarang untuk memecah belah dari rombongan atau pleton.

Awalnya semua berjalan baik baik saja, hingga sampai disaat Monic membuat ulah.

"Nad kenapa lo?" tanya Rahma saat Nadia jongkok.

"Benerin sepatu, udah lo duluan aja ntar gue susul," sahut Nadia, Ia mengikat kembali simpul tali yang sempat terlepas.

Rahma jalan duluan didepan bersama pacarnya si Haikal, manja manjaan gitu, maklum yang baru jadian, bucin.

Monic beserta Triana dan Sasha sembunyi di antara semak semak, saat Nadia lengah mereka membalikan arah patok penanda__ yang tadinya kanan menjadi kiri. Dan setelah Nadia menuju ke arah kiri, masuk ke dalam hutan yang lebat dan salah arah Monic tertawa kegirangan, rencana untuk membuat Nadia susah mulai berhasil.

"Yuk cabut guys," ajak Monic setelah membetulkan arahnya kembali, Ia ingin hanya Nadia saja yang tersesat hilang di dalam hutan seram ini.

****

Nadia meringkuk memeluk lututnya, dirinya lelah__Ia sudah merasa berjalan jauh tapi dari tadi Ia belum menyumpai temannya satupun.

Ia juga sudah berteriak sekeras mungkin namun tidak ada satupun orang yang menyahut.

Matahari mulai tenggelam, sekitaran mulai mengelap. Nadia semakin ketakutan, suasana mencekam, badannya mulai bergemetar.

"Tolong"

"Siapapun tolong jawab, hiks hiks hiks."

Tidak ada sahutan, hanya bunyi binatang binatang malam dengan lolongan serigala yang membuatnya semakin takut. Ingatan tentang masalalunya dulu semakin membuat Nadia ketakutan setengah mati. Dimana dulu Nadia juga pernah hilang saat keluarga besarnya mengadakan piknik bersama yang membuatnya mempunyai ketakutan besar pada kegelapan, Ia trauma, jika tidur pun Nadia tak pernah mematikan lampu kamarnya.

****

Pos terakhir, setelah matahari sudah sepenuhnya menenggelamkan diri. Pak Dandang menanyai setiap pleton mengecek apakah semua anak muridnya sudah sampai.

"Semua sudah hadir?" seru Pak Dandang bertanya.

Mauli sebagai ketua pleton pun langsung balik kanan menghitung pasukan. Mauli mengernyitkan dahinya saat Ia rasa ada sesuatu yang janggal, Ia coba menghitung pasukannya berulang kali namun jumlahnya hanya 39.

Mauli mengeluarkan kertas absen, mengabsen semua yang hadir, setelah itu Ia baru tahu kalo Nadia tidak ada didalam barisan.

Mauli berlari menuju Alvano selaku ketua Osis, yang memiliki peran penting dalam acara camping ini.

"Van, Nadia ilang," ujar Mauli gugup, Ia takut Alvano akan memarahinya karena Ia sudah lalai sebagai ketua pleton.

Bola mata Alvano membesar, Ia mengusap wajahnya kasar karena panik.

"Kok bisa ilang, tadi bareng kalian kan."

"Iya, tapi kita nggak tahu, dia kemana."

Alvano lari ke pleton mereka, menanyai setiap murid yang terakhir kali melihat Nadia. Rahma mengacungkan tangan dengan gelisah bercampur rasa bersalah, karena Ia lah yang terakhir kali bersama Nadia.

"Gimana si jadi temen masa temennya sendiri ilang nggak nggeh, katanya sahabatan, upss lupa kan gitu emang kalo cewek udah punya cowok ya lupa segalanya termasuk sahabatnya sendiri," ujar Monic yang memperkeruh suasana.

Rahma gemetar, Ia semakin tambah bersalah.

"Makanya jangan sibuk pacaran mulu, tuh sahabat kesayangan lo ilang," cicit Triana.

"Diam! Jangan pada debat yang terpenting sekarang kita harus temuin Nadia sebelum..." ucapan Alvano terpotong oleh orang yang menyela.

"Sebelum tuh anak mati dimakan binatang buas hihihihi" sela Sasha.

"Heh lo pada bukannya doa baik baik malah mikir yang nggak nggak, gue jadi curiga pasti kalian ya yang buat Nadia sampe hilang kaya gini," ujar Reno curiga.

Wanda mendekat ke arah Monic, tanpa aba aba gadis itu menjambak Monic.

"Heh, Monkey pasti lo yang bikin Nadia ilang kan jujur lo." Wanda barbar menjambak Monic tanpa ampun.

"Aaaawww gila ya lo, lepasin nggak Wan__ sakit tau, lepasin!" bentak Monic yang kesakitan karena ulah Wanda.

"Gue nggak bakal lepasin sampe lo ngaku."

"Emang bukan gue yang ngubah arahnya sampe Nadia nyasar, kenapa gue harus ngaku," ucap Monic tanpa sadar Ia membocorkan rahasianya.

Triana, Sasha kompak menepuk jidatnya sbil geleng geleng kepala. Mereka berdua memberi kode lewat mata pada Monic tapi Monic tak paham.

Wanda tambah menjambak rambut perempuan itu lebih kencang.

"Lo itu jahat banget sih jadi saudara, sampe hati lo buat kayak itu ke saudara se bapak lo sendiri, rasain nih."

"Udah stop!" teriak Alvano membuat Wanda melepaskan jambakannya ke Monic dengan enggan. 

"Kita cari Nadia sekarang sebelum terlambat."

Tbc.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang