Suasana kelas XI IPA 2 sangat jenuh dan membosankan, jam pelajaran terakhir, para siswa siswi lebih memilih meletakan kepalanya dimeja daripada harus mendengarkan penjelasan materi dari Pak Somad, selaku guru pendidikan agama islam dan budi pekerti. Berbagai macam jenis kegiatan yang dilakukan dari siswa untuk menghilangkan kejenuhan, ada yang membaca novel dewasa tapi ditutupi dengan paket yang lebih besar ukuran agar tidak ketahuan, ilang emang akhlaknya, ada yang memilih surat suratan menghibah teman depan bangkunya, ada yang sempat sempatnya rebutan bias, ada juga yang dibelakang saling mencari kutu dirambut temannya dan lain sebagainya. Nadia sendiri memilih untuk mengamati detak jam dinding yang akan mencapai pukul 02.00, sedangkan teman sebangkunya Rahma, sudah berada di meja Wanda, sedang makan bersama santuy.
"Tambah lagi bumbu kacangnya, cok."
Mereka masuk kedalam dunianya masing masing tanpa memperdulikan Pak Somad.
"Setelah bapak tadi jelaskan tentang macam macam kesopanan dimasyarakat tadi, kalian bisa menyebutkan contoh apa saja yang sekarang ini menjadi keresahan dan marak dimasyarakat, yang bisa menjelaskan tunjuk jari, ayo," tanya Pak Somad.
Tidak ada tanggapan dari muridnya, Pak Somad menghela nafas lelah.
"Yang bisa menyebutkan contoh sampah masyarakat, bisa pulang duluan."
Mendengar itu Nadia mengangkat kepalanya yang Ia letakan dimeja, tangannya mengacung ke atas untuk menjawab pertanyaan Pak Somad.
"Saya pak," ucap Nadia.
"Yah benar, Nadia, silahkan, kamu boleh pulang."
"Yes." Nadia buru buru keluar dari kelas.
Sesampainya diluar Ia bisa menghirup udara segar dengan lega.
"Eh kayak ada yang salah deh." Otaknya langsung menangkap arti dari yang tadi.
"Ih, dasar guru bangsat," umpatnya.
🐸🐸🐸
Rahma, Nadia, dan Wanda berjalan menuruni tangga ke lantai bawah untuk pulang karena kelas khusus IPA berada dilantai atas semua, tangganya hanya muat 2 orang saja untuk berjalan bersamaan, jadi Wanda berada dibelakang.
"Brakkk." Nadia melotot mendapati Tupperware Wanda mengelinding karena gerombolan anak Gervanest yang ada di atas mendesak turun cepat terburu buru, didepan matanya langsung Wanda mendapati Tupperwarenya penyot tertendang tendang, satu wajah yang tertangkap oleh matanya, Reno.
"Aish, jinja arghhhhh Tupperware emak gue, woe, oy oy oyyy," teriak Wanda, dirinya mengambil tupperwarenya dari lantai, "ih penyok, auto coret dari kk gue sumpah."
"Wihh duh parah nih, harus ganti yang baru nih, Nda," ujar Rahma.
"Ih dasar Reno!!! Awas lo ye."
"Mau kemana?"
"Nyamperin dia minta ganti rugi dong, tupperware harga mati."
"Ikut."
Nadia, Rahma ikut mengejar Reno bersama Wanda, agar Reno bertanggung jawab atas tupperwarenya yang penyot tak bisa terselamatkan.
🐒🐒🐒
Mereka sampai mengikuti Reno di lapangan yang tidak jauh berada di antara SMA RAJAWALI dan SMA GARUDA, lapangan itu berada ditengah tengah, tempat yang biasanya para muda mudi gunakan untuk adu kekuatan fisik atau tawuran.
Rahma menelan ludah kasar, "girls cabut aja yuk, tupperware bisa kita beli tapi nyawa cuma ada satu, bukan 9 kayak kucing, yok cabut sebelum ada yang liat."
"Enggak pokoknya kita enggak akan balik sebelum Wanda dapet kembali tupperware yang baru," ucap Nadia tegas, padahal yang tupperwarenya rusak bukan punya dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO NADIA [COMPLETED]
Teen FictionAlvaro, Si Badboy sekaligus ketua geng motor Gervanest yang kepincut sama Nadia, gadis fuckgirl yang tersakiti. Kisah bermula saat Nadia ingin mendekati Alvano, kembaran Alvaro yang dingin dan cuek habis, Nadia tak pernah sekalipun menyangka Alvar...