Chapter 42

3.6K 250 50
                                    

Nadia turun bersama dengan Alvaro, cowok itu terus mengenggam tangan gadis itu seperti takut kehilangan. Padahal Nadia kan bukan anak kecil lagi untuk apa dipegangi.

Raut muka Alleta berubah dari yang awalnya ceria menjadi cemberut melihat Alvaro turun dengan wajah ceria mengenggam tangan cewek lain.

"Alleta, ada apa," tanya Alvaro.

"Ini mau kasih kamu makan, sini aku suapin." Alleta menarik tangan Alvaro untuk duduk disampingnya, pegangan tangannya dengan Nadia terlepas.

Alleta menyuapi Alvaro dengan senyum tapi tak dibalas oleh cowok itu, Alvaro tetap membuka mulut tetapi matanya terpaku pada wajah Nadia yang sudah masam, kayak ketek.

"Alvaro, gue pulang dulu ya." Nadia berdiri, Alvaro menahan. "Gue anterin."

Nadia melepaskan tangan Alvaro yang mencegahnya, "lo disini aja gue udah pesen ojek online, lo istirahat ya. Gue tahu badan lo masih sakit, jangan paksain buat kemana mana, Alleta titip Alvaro ya." Dengan terpaksa Nadia pergi, walau rasanya masih saja ada sedikit rasa pedih.

***

Nadia berbohong, sebenarnya Ia belum memesan sama sekali hingga Nadia terpaksa jalan kaki beberapa meter sembari menunggu.

Sebuah mobil berhenti didepannya. Seseorang keluar dari mobil itu, didepan Nadia.

Nadia terkejut. Itu temannya TM. Nadia meneguk salivanya kasar, masih sedikit trauma pasal tadi malam. Tak bisa Ia pungkiri takut sekarang. Nadia berjalan mundur saat segerombolan teman TM bergerak maju. Badannya bergetar.

"Kejar!" Perintah salah seorang dari mereka.

Sial, kenapa jalan ini sepi banget. Ia menyesal, huwaaa kenapa tadi Ia pulang sekarang tak tepat waktu.

Dengan sekuat tenaga Nadia terus berlari, hingga badannya limbung lututnya mendarat ke aspal.

"Aww," rintih Nadia perih.

"Mau kemana lagi lo sekarang, lo harus tanggungjawab atas perlakuan Alvaro ke Bos kita." Dia menyunggingkan senyum yang menyeramkan.

BUGH.

BUGH.

BUGH.

Nadia tersentak, kaget. Seseorang memukuli semua Teman TM yang akan menyulik Nadia.

Nadia menyipitkan matanya, Alvano.
Dia yang sedang menghajar mereka semua. Walaupun Alvano sendiri namun nyatanya dia sudah bisa memberantasnya hingga mereka lari terbirit birit.

"Lo nggakpapa." Alvano mengulurkan tangannya, Nadia menerima.

"Ma-makasih," ujar Nadia gemetar.

Alvano mengusap bahu Nadia.

"Jangan takut, gue bakal nganterin lo pulang."

Alvano mengantarkan Nadia ke rumahnya, diam disepanjang perjalanan tak ada yang mau memulai percakapan. Nadia maklumi cowok itu memang sangat dingin, bicara seperlunya saja tak seperti kakaknya yang cenderung banyak bacot.

Setelah sampai didepan rumah.

"Alvano, makasih lagi untungnya tadi ada lo, kalo nggak ada lo gue nggak tau bakal jadi apa gue." Nadia memberikan helm yang dipinjami Alvano.

Cowok itu menatap datar. "Iya sama sama, lain kali hati hati, cewek itu harus selalu ada yang njaga."

Nadia mengigit bibir bawahnya menahan senyum.

"Kok gue baper sih anying, baperan amat diri ini."

**** 

Paginya.

Nadia berangkat sangat awal dengan membawa bekal sarapan untuk diberikan pada Alvaro.

Namun saat Cowok itu datang, Nadia menghela nafas kasar, Alleta lagi lagi ada seperti parasit dalam hubungannya dengan Alvaro.

Nadia menarik tangan Alvaro.

"Al gue pengen ngomong."

Dengan semangat Nadia membawa Alvaro ke rooftop.

"Gue juga mau ngomong sesuatu hal ke lo," ujar Alvaro dengan wajah datar. Tak seperti biasanya.

"Okeh tapi gue dulu ya," ucap Nadia.

Alvaro mengangguk. Mempersilahkan gadis itu untuk berbicara terlebih dahulu.

Nadia meraih tangan Alvaro, mengenggamnya.

"Lo udah pernah nembak gue berkali kali Roo, dan waktu itu gue bilang ke Lo bakal kasih jawaban ke Lo suatu saat nanti, dan sekarang gue mau jawab. Jawaban gue Ya, gue mau jadi pacar lo Alvaro Daniel Adijaya," ujar Nadia mengukir senyum.

"Gue percaya lo bakal jadi cowok terbaik buat gue, bisa menuntun, gue percaya sayang lo ke gue itu lebih besar daripada sayang gue ke lo," timpal Nadia.

Alvaro tetap menampilkan wajah datarnya. Malah memalingkan wajahnya ke arah lain enggan menatap Nadia.

"Alvaro, tanggapan lo gimana?," tanya Nadia memastikan.

"Maaf Nad, sepertinya gue udah nggak suka lagi sama lo, gue udah kembali ke cinta pertama gue, and lo tau sendirikan. Gue bahkan sampe berubah sifat gara gara dia dan sekarang dia kembali. Gue bakal balik ke dia," ucap Alvaro.

Seperti ada panah yang menusuk hati Nadia, itu sakit banget. Parah sih.

"Maksud lo apa Roo,"

"Lo harus paham ini, sepertinya gue udah nggak suka sama lo Nadia Salwa Cassandra. Kita selesai, gue udah capek buat nunggu lo selama itu. Kita udahan. Gue nggak mau jadi cowok bodoh yang ngebucinin cewek, sedangkan cewek itu bahkan nggak ada rasa ke kita."

Nadia gemetar, menahan bendungan airmata.

"Jangan nangis didepan gue, gue pergi dulu," ujar Alvaro menyelesaikan semuanya.

Badan Nadia tak kuat menahan, hingga badan itu luruh ke lantai semen Rooftop, Ia menahan sesak didadanya. Menangis, menyesali semuanya. Kenapa dulu Ia harus bertele tele. Sekarang Alvaro meninggalkannya. Dan Ia merasa kehilangan.

Disisi lain Alvaro, membenturkan jidatnya ke dinding, hingga mengeluarkan darah di pelipisnya. Melampiaskan segala emosi, kemarahannya. Membiarkan tangannya terluka memukuli tembok, rasa sakit difisiknya tidak seberapa dengan sakit dihatinya. Alvaro merasa bersalah serta pedih telah meyakiti perasaan gadis itu.

Flashback.
"Alvaro," ucap Alleta dengan isak tangisnya tiba tiba.

"Kenapa lo Lett," tanya Alvaro khawatir melihat gadis itu tiba tiba menangis tanpa sebab.

"Alvaro, hiks. Gue mohon nikahin gue, gue hamil, dan dia pergi."

Degh. Alvaro terpaku, tak percaya dengan ucapan Alleta.

"Aku mau jujur semuanya ke kamu, Aku sebenarnya nggak sakit apapun, Aku baik baik saja. Tapi Aku tengah mengandung tanpa suami, pacarku di Australia, meninggal karena kecelakaan. Aku putus asa Roo, Aku nggak mau anak ini lahir tanpa seorang Ayah, Aku pengen kamu nikahin Aku, Aku tau Aku egois tapi, ini Aku minta tolong, hiks, hiks."

"Alleta, maaf Aku nggak bisa, cuma Nadia yang ada dihatiku saat ini. Aku nggak mau nyakitin dia."

Alleta bergerak gusar, mengeluarkan belatinya.

"Aku nggak bisa nanggung semua ini sendiri, Roo, kalo kamu nggak bisa maka Aku juga nggak bisa nerusin ini semua."

Alleta mengarahkan belati kecil itu pada perutnya, dengan sigap Alvaro menepis belati itu, memeluk Alleta dari belakang.

"Aku janji bakal nikahin kamu."

Tbc.

Aku tau ini belibet banget. Wkwkwk. Jangan bosen ya.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang