"Alvaro bangun lo." Nadia memukul mukul Alvaro tanpa belas kasihan agar cowok itu bangun, tak bangun juga Nadia ambil toa masjid sekitar.
"ALVARO BANGUN IHH, GA BANGUN GUE GUYUR LO PAKE AIR COMBERAN."
Alvaro terbangun setelah badannya terguncang beberapa kali, gempa dugaannya.
"Eugh paan sih berisik banget." Nyawanya belum terkumpul.
BYURR..
"Alvaro mandi lo, gue nggak mau punya pacar jorok."
Alvaro mengeliat campur mengigil, siapa yang nyiram nih.
"Nadia, lo kenapa udah pake baju aja di mimpi gue tadi..." ucapan Alvaro terpotong.
Nadia marah campur kesal dan malu.
"Jadi maksud lo sering mimpi yang bukan bukan sama gue," ujar Nadia penuh kekesalan. Ia melempari cowok itu dengan bantal atau barang sekenanya.
Nadia merangkul badannya sendiri.
"Nyesel gue kesini, gimana sih katanya mau belajar bareng."
"Nggak usah sekarang deh kan ada hari lain gue mau lanjutin tidur, bye." Alvaro meraih bantal, memancal selimut tidur kembali.
"Yakin lo nggak mau mandi?"
"Emm." Alvaro paling tidak suka diganggu masa tidurnya, jangankan Nadia Mamanya aja undur diri.
"Ya udah sih gue cuma mau ngingetin aja, itu tadi air yang buat nyiram lo itu kencingnya Haikal sama Reno, nggak papa sih kalo lo lanjut tidur, lo kan jorok."
Mata Alvaro terbuka seketika, mencium bau badannya sendiri, syaland anak buah kurang ajar.
Alvaro berdiri, mengandeng tangan Nadia.
"Apa apa nih."
"Bantuin gue mandi lo yang udah bikin gue kayak gini."
"Nggak ada akhlak lo, gue cewek, mandi sendiri cepet abis itu kita belajar."
"Oh lupa gue kalo lo cewek soalnya kelakuan lo kayak cowok."
"Okeh sabar Nad sabar, orang sabar pantatnya lebar kok semlohay," ujar Nadia menyabarkan diri agar tak emosi, Alvaro memang ngeselin.
Nadia menunggu Alvaro yang tengah mandi, dari luar Nadia bisa mendengar Alvaro sedang menyanyikan sebuah lagu, tapi tak jelas yang membuat kupingnya penggeng.
"ALVARO!"
"Paan yang, mau ikut mandi tadi diajak nggak mau," teriak Alvaro dari dalam.
"Lo bisa nggak diem pas mandi, kuping gue berdarah dengernya."
"Kenapa merdu ya."
"Merdu kok, merusak dunia. Lebih baik lagi kalo diem."
Huft.
Untuk menghilangkan rasa bosan, Nadia memilih bermain dengan hape kesayangannya yang bolak balik kecemplung bak mandi tapi masih hidup, untungnya. Berselancar di media sosial menstalking stalking ig Idolanya, bukan mantan kaya kalian ya.
"HAHHAHAHAHA" Nadia tertawa keras tanpa beban layaknya dihutan. Menonton aegyo idolanya membuatnya tak tahan menahan senyum, ketawa ketiwi nggak jelas. Itu terlalu mengemaskan untuk diskip.
"Kenapa lo cekikikan sendiri kayak kembaran lo," ujar Alvaro. Ia mengusak rambutnya dengan handuk.
"Siapa?" Nadia penasaran.
"Yang biasa nangkring dipohon malem malem."
"Oh bidadari." Nadia mengangguk, jadi malu disamain bidadari.
"Mbak Kuntilanak maksud gue."
Nadia mendekat, menjitak Alvaro.
"Aww sakit," ucap Alvaro pura pura kesakitan.
"Nunduk."
Alvaro patuh Ia menunduk. Nadia mengambil alih handuk, mengusap rambut Alvaro dengan lembut.
"Nah gini kan enak lo yang ngeringin, kita udah kayak suami istri yang harmonis Nad."
Nadia membesarkan kedua matanya.
"Apa lo bilang!"
"Aww sakit yang."
Nadia mengikat kepala Alvaro dengan handuk beserta wajahnya penuh, membuat Alvaro kesusahan nafas.
"Mati lo, mampus," ucap Nadia kejam.
Alvaro menghempaskan kain handuk dari wajahnya, mengubah posisi menjadi Nadia berada dibawah kungkungannya.
"Mau apa lo."
Manik mata mereka bertemu, keduanya merasakan desiran di dalam dirinya.
"Muka lo Var."
"Kenapa lo terpesona?" Alvaro menyugar rambutnya ke belakang. Pede banget, positif thingking saja mungkin saat pembagian tingkat kepercayaan diri Ia ngantri sebelum subuh, tapi pada saat pembagian akhlak laki laki itu tidak berangkat.
"Lo sih jarang mandi, jadi muka ganteng lo ketutupan daki jadi burik, sini lo." Nadia menyeret Alvaro ke wastafel.
Nadia mengeluarkan pembersih muka, ralat krim cuci muka dari ranselnya. Alvaro memicingkan matanya.
"Ada apa aja lagi didalem situ," tanya Alvaro penasaran.
"Ck, diem lo. Ransel gue ini lebih lengkap dari kantong Doraemon dan Dora kang bacot."
"Okeh nih." Nadia menuangkan cairan secukupnya di tangan Alvaro, lalu ke tangannya juga.
"Ikutin gue ya, sekali putaran setengah putaran bersihkan sel kulit mati dan kotoran tar putar diwajah bilas, mukanya ilang, ABCD NANANANANAA."
Alvaro mengikuti sesuai intruksi.
"Kayak gini."
Alvaro mendekatkan wajahnya ke Nadia.
Nadia mundur selangkah.
"Iya kayak gitu, nggak usah deket deket juga." Gue nya kan jadi salting ntar," sambung Nadia dalam batin.
Setelah proses cuci muka selesai Nadia mengeringkan wajah Alvaro dengan handuk kecil dari ranselnya, Deg degan banget sumpah pas ngeringin muka doi.
Lalu lanjut ke proses selanjutnya pemakaian sheet mask, Nadia menyuruh Alvaro tidur dipangkuannya. Tanpa disuruh kedua kalinya, Alvaro sigap melakukannya dengan senang hati.
"Dah selesei anteng lo sampai 30 menit ke depan, abis ini lo mandinya yang rajin, nggak usah ngerokok lagi biar gantengnya plus plus."
"Hem iya bawel."
Nadia kembali bermain handphone.
"Varo."
"Paan."
"Sini deh liat."
"Liat apaan kata lo gue suruh anteng."
"Oh iya lupa, nih." Nadia menampilkan didepan wajah Alvaro, idolanya sedang aegyo, Jaehyun.
"Gue suka banget sumpah, lucu gemes banget, nggak bosen deh liat dia terus, lo coba deh Ro, aegyo."
"Ogah, emangnya cowok apaan kayak gitu.. Ban."
Ucapan Alvaro terpotong dengan cubitan yang Ia terima dari Nadia.
"Sekali lagi lo bilang ya nggak nggak gue sleding pala lo."
"Inget Varo visual lo itu dia."
"Ah iya deh, janji nggak gitu lagi beb."
Nadia kembali fokus dengan handphonenya.
Alvaro sedikit kesal diabaikan.
Tbc.
Spam next sahabat.
Follow ig: erna_wati_12
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO NADIA [COMPLETED]
Teen FictionAlvaro, Si Badboy sekaligus ketua geng motor Gervanest yang kepincut sama Nadia, gadis fuckgirl yang tersakiti. Kisah bermula saat Nadia ingin mendekati Alvano, kembaran Alvaro yang dingin dan cuek habis, Nadia tak pernah sekalipun menyangka Alvar...