Chapter 58

4.1K 275 14
                                    

Nadia duduk sambil memainkan ponselnya guna menutupi rasa canggungnya sama Mama dan Papa Rahma, walaupun hanya sekedar mengeser ngeser tak jelas menu, Aku yakin kalian pasti juga pernah melakukan demikian.

Sesekali Nadia akan tersenyum canggung saat Tante Risma, Mama Rahma meliriknya. Tidak ada yang mau mencari topik, Nadia pun juga binggung bagaimana harus berbasa basi tapi dengan sopan. Padahal Ia sudah sering kesini, tapi biasanya Nadia akan menganggap rumah ini seperti rumahnya sendiri soalnya orangtua Rahma kan sering pergi untuk urusan bisnis namun sekarang tiba tiba saja orangtuanya bisa lengkap gitu, ini aneh.

"Kalian mau kemana?" Akhirnya Risma membuka suara.

"Mau ke acara nikahan temen Tan," jawab Nadia dengan nada sopan.

"Oh, loh mata kamu kenapa Nad, kok bengkak gitu."

Nadia reflek memegangi matanya, lalu tersenyum.

"Ini tan, kemarin malam marathon drakor sad ending jadinya terngiang ngiang sampe sekarang." Nadia menutupi fakta bahwa matanya yang bengkak dan sembab itu gara gara tak henti menangisi Alvaro, cinta membuat Nadia yang kuat nan tegar menjadi letoy, Ahsudahlah mungkin bukan cuma Nadia yang akan seperti itu, lelaki berotot pun bisa menangiskan gara gara Cinta.

"Hah, kok bisa ya."

Nadia mengangguk malu.

Akhirnya yang ditunggupun tiba, Rahma keluar dari kamarnya, meminta izin pada orangtuanya sejenak lalu keluar rumah bareng Nadia.

"Kok muka lo kusut gitu Ma," tanya Nadia penasaran saat mereka berdua sudah ada dimobil, disini yang galaukan Nadia kenapa Rahma ikut ikutan sembab juga mukanya.

"Oh gue belum cerita ya ke Lo."

Nadia mengeleng."Cerita apaan?"

"Gue sama Haikal putus"

"Hah, kok bisa? Kalian berantem, gara gara apa, siapa yang mutusin duluan," tanya Nadia beruntun dirinya terlalu kepo.

"Gue, hiksss. Sumpah kesel banget gue, jadul banget emang ini ceritanya tapi ya faktanya gue dijodohin tadi malem sama Mama Papa."

Nadia melotot, matanya hampir keluar. Enggak deng canda.

"Lo terima?"

"Ya terpaksa gue terima, hah." Rahma menunjukan raut wajah frustasinya." Gue ngerasa dijual daripada dijodohin sama Mama Papa gue Nad cuma agar perusahaan mereka bersatu menjadi lebih besar, dan lebih parahnya lagi, lo harus tau ini Nad, orang yang dijodohin sama gue itu Reno, Reno Nad temennya Haikal sendiri, gue nggak nyangka dunia sesempit itu woy."

Nadia mengelus punggung Rahma, mencoba menguatkan sahabatnya itu.

"Gue harus gimana Nad, gue sefrustasi itu anying, kalo masalah rasa gue masih cinta sama Haikal, tapi kalo gue nggak nurutin, well lo tau sendiri Mama Papa gue bakal ngancem gue dengan cara mereka sendiri hingga gue mau nggak mau harus nurutin kemauan mereka."

"Hah ternyata jalan cerita cinta kita sama sama nggak mulus Ma, kita cuma bisa sabar, hikss, kenapa ya saat kita udah sayang gitu sama orang, ada aja halangannya."

"Mikir gini, gue pengen meninggoy aja Nad, ngerti bakal sesakit ini, dulu gue nggak usah ngerti cinta cintaan Nad, enakan jomblo deh sumpah, kit heart itu nggak enak."

Curhat curhatan dua sahabat itu berlangsung sedikit lama hingga sekitaran 30 menit, baru setelah itu mereka tancap gas ke nikahannya Alvaro dan Alleta.

****

Di ruang ganti, Alleta meremas tangannya sendiri untuk menghilangkan rasa gugupnya. Hari ini dirinya akan menikah dengan orang yang tak pernah sedetikpun Ia cintai, Ia hanya mencintai Alvano.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang